D U K U
( Lansium domesticum Corr. )
1. SEJARAH
Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan tanaman buah berupa pohon yang
berasal dari Indonesia. Sekarang populasi duku sudah tersebar
secara luas di
seluruh pelosok nusantara. Selain itu ada yang menyebutkan duku
berasal dari Asia
Tenggara bagian Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat
sampai Kalimantan
di sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar
kembali di wilayah
tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama.
2. JENIS TANAMAN
Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku
unggul seperti duku
komering, duku metesih dan duku condet.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan
olahan
lainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah kayunya yang berwarna
coklat muda
keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang
perabotan dan
sebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai
obat anti diare
dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya
sepet
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu
digunakan untuk
menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia duku terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta),
Sumatera
(Komering, Sumatera Selatan) dan Jakarta (Condet).
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman duku
tetapi tidak
dapat tumbuh optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi.
2) Tanaman duku umumnya dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya
tinggi dan
merata sepanjang tahun. Tanaman duku tumbuh secara optimal di
daerah dengan
iklim basah sampai agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500
mm/tahun.
3) Tanaman duku tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi.
4) Tanaman duku dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah
dengan suhu
rata-rata 19 derajat C.
5) Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman
duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat menghambat
pertumbuhan
tanaman duku.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak
mengandung
bahan organik, subur dan mempunyai aerasi tanah yang baik.
Sebaliknya pada
tanah yang agak sarang/tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman
duku
tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan
pengairan yang
cukup.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah
6–7,
walaupun tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah
masam.
3) Di daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan
berproduksi dengan
baik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di
bawah
permukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku
tidak
menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman.
4) Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena
tanaman duku
tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang.
Sehingga jika
tempatnya agak lereng, air hujan akan terus mengalir dan tidak
membentuk suatu
genangan air.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
5.3. Ketinggian Tempat
Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki ketinggian
tidak lebih
dari 650 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Kualitas bibit tanaman duku yang akan ditanam sangat menentukan
produksi
duku. Oleh sebab itu bibit duku harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a) Bebas dari hama dan penyakit
b) Bibit mempunyai sifat genjah
c) Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan
ukuran lebih
seragam dari bibit lain yang sejenis
d) Bibit cepat tumbuh.
2) Penyiapan Benih
Perbanyakan dan penanaman duku umumnya masih diperbanyak dengan
benih
atau dari semai yang tumbuh spontan di bawah pohonnya, kemudian
dipelihara
dalam pot sampai tinggi hampir 1 meter dan sudah dapat ditanam di
lapangan.
Sehingga tingkat keberhasilan perbanyakan generatif cukup tinggi
walaupun
memerlukan waktu yang relatif lama. Daya perkecambahan dan daya
tahan semai
akan lebih baik sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih
yang
berukuran besar yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan.
Pertumbuhan awal semai itu lambat sekali, dengan pemilihan yang
intensif
diperlukan waktu 10–18 bulan agar batang duku berdiameter sebesar
pensil, yaitu
ukuran yang cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di
lapangan,
tetapi di kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut
diperlukan
waktu 2 kali lebih lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan
dengan
menggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang
teliti.
Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag
diperbanyak dengan
cangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun saja, tetapi
kematian setelah
cangkokan dipisahkan dari pohon induknya cenderung tinggi
presentasenya.
3) Teknik Penyemaian Benih
Waktu penyemaian benih sebaiknya pada musim hujan agar diperoleh
keadaan
yang selalu lembab dan basah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Cara pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang
subur/campuran
tanah dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan
perbandingan
sama (1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit
pasir. Tempat
persemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau
polybag.
Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong
plastik agar
mempermudah dalam proses pemindahan bibit.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak memerlukan perawatan khusus kecuali pemberian air
yang cukup
terutama pada musim kemarau. Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit
duku ditanam
perlu dilakukan penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan
sore hari, terutama
pada saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali
setiap hari. Kalau
pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup dilakukan
penyiraman secukupnya jika media penyemaian kering.
Penyulaman pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun
bibit yang
pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan
bibit
juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu
diberi pupuk
baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk
anorganik
berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang
dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Umur bibit yang siap tanam adalah sekitar 2-3 bulan dengan tinggi
bibit 30-40 cm.
Kegiatan pemindahan bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit
waktu yang
tepat
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Sebelum dilakukan pengolahan lahan perlu diketahui terlebih dahulu
tingkat pH
tanah yang sesuai untuk tanaman duku, yaitu sebesar 6-7. Selain
itu kondisi tanah
yang akan diolah juga harus sesuai dengan persyaratan tumbuh
tanaman duku
yaitu tanah yang mengandung banyak bahan organik serta airase
tanah yang
baik.
2) Pembukaan Lahan
Kegiatan pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
bantu
seperti traktor maupun cangkul. Pembukaan laahan sebaiknya dilakukan
pada
waktu musim kering agar pada awal waktu musim hujan kegiatan
penanaman
dapat dilakukan segera.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan tidak terlalu diperlukan delam pengolahan
lahan untuk
tanaman duku, sehingga bedengan jarang dijumpai pada lahan tanaman
duku.
4) Pengapuran
Kegiatan pengapuran sangat diperlukan jika kondisi pH tanah tidak
sesuai dengan
persyaratan pH tanah untuk tanaman duku. Cara pengapuran dapat
dilakukan
dengan penyiraman di sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis
pengapuran harus
sesuai dengan kadar yang dianjurkan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pohon duku umumnya di tanam di pekarangan, tetapi sering pula
ditanam
tumpang sari di bawah pohon kelapa (di Filipina) atau ditumpang
sarikan dengan
tanaman lain seperti pohon manggis dan durian (di Indonesia dan
Thailand). Jarak
tanam yang dianjurkan sangat bervariasi dari jarak 8x8 m
(kira-kira 150 pohon/ha,
di Philipina) sampai jarak 12x12 m untuk tipe longkong yang
tajuknya memencar
di Thailand bagian selatan (50-60 pohon/hektar). Jarak tanam ini
ditentukan
dengan memperhatikan adanya pohon-pohon pendampingnya.
Variasi jarak tanam yang lain adalah ukuran 7x8 m, 8x9 m, 9x9 m,
9x10 m.
Namun hal yang perlu diperhatikan adalah jarak tanam harus cukup
lebar, karena
jika tanamannya sudah dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang
cukup luas.
Salah satu variasi tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi
tanah terutama
tingkat kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10x10 m,
berarti untuk
lahan yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku
sebanyak 100
pohon.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Setelah jarak tanam ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
pembuatan
lubang tanam. Waktu yang terbaik untuk membuat lubang tanam adalah
sekitar 1-
2 bulan sebelum penanaman bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat
adalah
berukuran 0,6 x 0,6 x 0,6 meter. Namun akan lebih baik apabila
ukurannya lebih
besar yaitu 0,8 x 0,8 x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan
ditanam berakar
panjang (bibit dari biji), maka lubang yang dibuat harus lebih
dalam. Tetapi jika
bibit duku berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang
diusahakan
lebih lebar dan lebih luas.
3) Cara Penanaman
Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu sampai tanah galian
memadat atau
tampak turun dari permukaan tanah sekitarnya. Sebelum penanaman
dilakukan,
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
maka tanah pada lubang tanam digali terlebih dahulu dengan ukuran
kira-kira
sebesar kantung yang dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu
pembungkus
bibit dibuka dan tanaman dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang
perlu
diperhatikan adalah posisi akar tidak boleh terbelit sehingga
nantinya tidak
mengganggu proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi
tanah
harus basah/disiram dahulu.
Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal. Selain itu permukaan
tanah yang
dibawa oleh bibit dari kantung pembungkus harus tetap terlihat.
Setelah bibit
tanam, maka tanah yang ada disekitarnya dipadatkan dan disiram
dengan air
secukupnya. Disekitar permukaan atas lubang tanam dapat diberi
bonggol pisang,
jerami, atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan
menghindari
pengerasan tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kegiatan penjarangan pada dasarnya adalah untuk mengurangi
persaingan antara
tanaman pokok (tanaman duku) dan tanaman lain (tanaman pelindung).
Persaingan yang terjadi adalah untuk mendapatkan unsur hara, air,
sinar
matahari, dan ruang tumbuh. Tanaman selain duku yang dijarangi
sebaiknya
merupakan tanaman yang memang tidak dikehendaki dan menggangu
pertumbuhan tanaman duku.
Penyulaman tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku
yang mati.
Tumbuhan liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin.
Radius 1-2 meter
dari tanaman duku harus bersih.
2) Penyiangan
Kegiatan penyiangan diperlukan untuk menghilangkan rumput dan
herba kecil
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman duku. Penyiangan dapat
dilakukan dengan tangan maupun dengan bantuan beberapa alat
pertaniannya
lainnya.
3) Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan ketersediaan hara
tanah.
Meskipun tidak ada pedoman baku untuk pemupukan duku, tetapi agar
tidak
membingungkan dapat menggunakan patokan sebagai berikut:
a) Tahun kedua dan ketiga untuk setiap pohon duku bisa diberikan
pupuk 15-30
kg pupuk organik, urea 100 gram, TSP 50 gram dan ZK 20 gram.
b) Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk dinaikan menjadi
25-40 kg
pupuk organik, urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK
sebanyak 40
gram.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
c) Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan lagi. Namun
pemberian pupuk
sebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku
dan
kesuburan tanah.
Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar
tanaman duku
sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut
dibuat
melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman duku hanya memerlukan pemberian air yang cukup terutama
pada
musim kemarau. Selain itu juga tanaman duku sudah cukup kuat dan
kokoh maka
penyiraman dilakukan seperlunya saja. Di sekitar lubang tanam
sebaiknya dibuat
saluran air untuk mencegah air yang tergenang baik yang berasal
dari hujan
maupun air penyiraman.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan
siap
dipanen. Pengendalian: untuk mencegah gangguan kelelawar ini
adalah dengan
membungkus buah duku sejak buah itu berukuran kecil. Bahan
pembungkus
dapat berupa ijuk tanaman aren, kain bekas, bongsang yang terbuat
dari anyaman
bambu.
2) Kutu perisai (Asterolecantium sp.)
Hama ini menyerang daun dan batang duku. Pengendalian: (1) dengan
cara
pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin; (2) menggunakan
insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
3) Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)
Gejala: menyerang buah duku yang sudah matang, sehingga buah duku
berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke dalamnya.
Pengendalian: sama kutu
perisai.
4) Kutu putih (Psedococcus lepelleyi)
Hama yang menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku.
Pengendalian:
sama kutu perisai.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
7.2. Penyakit
1) Penyakit busuk akar
Merupakan penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah
duku.
Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman
yang baik; (2) disemprot
dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2) Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
Gejala: adanya bintik kecoklatan pada
rangkaian buah, serangan ini
menyebabkan buah berguguran lebih awal dan juga menyebabkan
kerugian
pasca panen. Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yang baik; (2)
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya
masing-masing obat.
3) Penyakit mati pucuk
Penyebab: cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan
ranting
yang nampak kering. Pengendalian: (1) dengan pemeliharaan tanaman yang
baik; (2) dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti
Manzate, Zerlate,
Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat
pemberantasan
penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label
masing-masing obat.
7.3. Gulma
Adanya gulma seperti rumput liar dan alang-alang dapat menghambat
pertumbuhan
tanaman duku. Gulma ini harus dihilangkan dengan cara penyiangan
dan untuk
mencegah gulma ini dapat digunakan obat-obatan kimia.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur tanaman duku dapat mencapai 300 tahun atau lebih, tergantung
dari sifat atau
jenisnya, cara pemeliharaan dan kondisi lingkungan tempat tumbuh.
Produktivitas
buahnya yang siap panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor
tersebut. Buah
duku yang siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning
kehijau-hijauan bersih
dan bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak
lunak. Tandatanda
lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak berkurang
atau tidak
ada getah sama sekali pada kulit buah duku, jika buah masih
berwarna hijau berarti
buah belum matang dan tidak siap dipanen.
Tanaman duku yang diperbanyak dengan biji, biasanya mulai berbunga
sekaligus
berbuah pada umur tanaman 12 tahun bahkan lebih. Sedangkan untuk
tanaman
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
duku yang pembibitannya secara vegetatif seperti pencangkokkan
atau sambungan
dapat berbuah lebih cepat yaitu pada umur 8 tahun.
8.2. Cara Panen
Buah duku biasanya dipanen dengan cara dipanjat pohonnya dan
dipotongi tandan–
tandan buahnya yang matang dengan pisau atau gunting pangkas.
Hendaklah
berhati-hati agar tidak melukai bagian batang tempat menempelnya
gagang tandan,
sebab perbungaan berikutnya juga akan muncul disitu juga.
Kenyataannya, daripada memanjat pohonnya lebih baik menggunakan
tangga,
sebab tindakan demikian akan mengurangi kerusakan kuncup-kuncup
bunga yang
masih dominan. Diperlukan 4 atau 5 kali pemanenan sampai semua
buah habis
dipetik dari pohon. Hanya pemetikan buah yang matang, yang
ditaksir dari
perubahan warna, yang akan sangat memperbaiki kualitas buah. Umumnya
buah
yang berada dalam satu tandan akan matang hampir bersamaan, tetapi
jika proses
pematangan tidak bersamaan, akan sangat menyulitkan pemanenan.
Buah duku
harus dipanen dalam kondisi kering, sebab buah yang basah akan
berjamur jika
dikemas.
8.3. Periode Panen
Pada umumnya, tanaman duku mulai berbunga sekitar bulan September
dan
Oktober setiap tahunnya dan buahnya yang masak mulai dapat
dipungut setelah 6
bulan kemudian sejak keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari
atau Maret.
Penyerbukan bunga duku biasanya terjadi secara silang oleh
perantaraan serangga
seperti lebah madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula
terjadi. Masa
keluarnya bunga duku yang pertama tergantung pada kondisi
lingkungan dan
sifat/jenis dari tanaman duku tersebut.
Musim panen duku pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih
awal dari buah
duku. Di daerah tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2
kali panen pertahun
(walupun tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih dari
sekali setiap
tahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk berbagai
daerah, sehingga di
pasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh selama 4 bulan (di
Thailand dan
Filiphina pada bulan Juli sampai Oktober) sampai 8 bulan (di
Semenanjung Malaysia
pada bulan Juni sampai Februari).
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil Panen buah duku agak bervariasi. Suatu kecenderungan adanya
2 kali
berbuah telah dilaporkan di Filiphina. Pohon duku yang berumur 10
tahun dapat
menghasilkan 40-50 kg, buah duku meningkat menjadi 80–150 kg pada
umur pohon
30 tahun, hasil maksimumnya menurut laporan yang ada mencapai 300
kg per
pohon. Angka-angka mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di
atas jika
dihitung menjadi hasil rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per
hektar untuk negara
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Filiphina dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat dan
5,6 ton per
hektar untuk duku di Thailand.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah buah dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu
tempat yang
kering dan tidak berair.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Dalam skala usaha komersial, buah duku yang sudah dipanen sudah
barang tentu
harus disortir terlebih dahulu. Sortasi terutama dilakukan
berdasarkan ukuran besar
kecilnya buah duku, sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat
dan
menyingkirkan tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama
dengan tandannya,
karena ada orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai
tandannya.
9.3. Penyimpanan
Duku merupakan buah yang sangat mudah rusak karena kulit buahnya
akan
berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5 hari setelah dipanen. Buah
dapat dibiarkan
dipohonnya selama beberapa hari menunggu sampai tandan-tandan
lainnya juga
matang, tetapi walau masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap
berubah menjadi
coklat dan dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di
pasar. Sehingga
diperlukan adanya proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan
suhu 150 C
dan kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan
sampai 2
minggu, jika buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah duku mudah sekali mengalami kerusakan yang tidak berbeda
dengan buahbuahan
lain pada umumnya. Untuk mengatasi kemungkinan adanya kerusakan
pada
buah duku, terutama kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah
duku itu harus
dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat.
Jenis kemasan
yang paling baik untuk buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan
jangan terlalu
kecil atau besar, tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x 30
x 50 cm yang
dapat memuat buah duku sekitar 20 kg per peti. Setelah buah duku
dikemas dalam
kemasan yang baik maka kemasan itu dikumpulkan pada suatu tempat
atau gudang
untuk kemudian diangkut dengan alat transportasi.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
…
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agrobisnis tanaman duku masih sangat cerah. Untuk pasaran
dalam negeri
biasanya para pedagang musiman yang menjajakan buah duku
bermunculan di kotakota
besar pada musim panen hanya terjadi sekali setahun. Hal ini
membuktikan
bahwa duku sangat digemari oleh masyarakat yang tentu saja
mengundang minat
banyak orang untuk menjadi penjualnya. Selain itu penjualan buah
duku dapat
mendatangkan keuntungan lumayan sekaligus dapat menjadi sumber
usaha bagi
pedagang musiman yang sifatnya hanya sementara itu. Tingginya
minat masyarakat
untuk membeli buah duku merupakan indikasi bahwa masa depan buah
duku
mempunyai peluang pasar yang prospektif. Oleh karena itu pemasran
buah duku
bisa menjadi salah satu andalan sebagai sumber lapangan kerja bagi
mereka yang
berjiwa bisnis tetapi tidak memiliki jenis usaha yang tetap, yaitu
menjadi pedagang
musiman.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu,
cara pengambilan
contoh dan cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
…
11.4.Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas,
tengah dan
bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan
kerusakan, kemudian
dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini
dilakukan beberapa kali
sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
1) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah
contoh yang
diambil 5.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah
contoh yang
diambil 7.
3) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah
contoh yang
diambil 9.
4) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah
contoh yang
diambil 10.
5) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah
contoh yang
diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang
berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan
suatu badan
hukum.
11.5.Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam
keranjang
bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup
dengan
anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan
lain. Isi
kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih
maksimum 20 kg.
Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain:
nama barang,
golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode
perusahaan/eksportir, berat
bersih, hasil Indonesia
dan tempat/negara tujuan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
12. DAFTAR PUSTAKA
1) AAK. 1991. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Kanisius. Yogyakarta
2) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1991. Invertasi
Agribisnis Komoditas
Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta .
3) Daryanto. 1985. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu. Semarang .
4) Lutony, Tony Luqman. 1993. Duku Potensi dan Peluangnya,
kanisius.
5) , 1990. Tanamn Duku Menunggu Pengembangan, Dalam Rubrik
Informasi Wiraswasta harian umum Pikiran Rakyat Granesia. Bandung .
6) Majalah Salera, 1991. Mengenal Duku yang Sedang Laku, Edisi
Februari 1991.
Sarana Vida Widya. Jakarta .
7) Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan Yang
Bergizi. Pustaka
Dian. Jakarta
8) Tohir, A.K. 1983. Pedoman Bercocok Tanamn Buah-buahan.
Pradyaoaramita.
Jakarta.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar