PADI
( Oryza Sativa )
1. SEJARAH SINGKAT
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian
kuno berasal dari dua benua yaitu
Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti
sejarah memperlihatkan bahwa
penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai
pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi
dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar
Pradesh India sekitar 100-800 SM.
Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal
padi adalah, Bangladesh Utara, Burma,
Thailand, Laos, Vietnam.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman padi
adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledonae
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza spp.
Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies
yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam
di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi
dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan.
Varitas unggul nasional berasal dari
Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur
(dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19,
GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas
unggul introduksi dari International
Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah
jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14,
IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34,
PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).
3. MANFAAT TANAMAN
Beras merupakan makanan sumber
karbohidrat yang utama di kebanyakan negara
Asia. Negara-negara lain seperti di
benua Eropa, Australia dan Amerika
mengkonsumsi beras dalam jumlah yang
jauh lebih kecil daripada negara Asia.
Selain itu jerami padi dapat
digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usaha
tani.
4. SENTRA PENANAMAN
Pusat penanaman padi di Indonesia
adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali,
Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini
Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi
mencapai 10.869.000 ha dengan
rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi
nasional adalah 47.293.000 ton. Pada
tahun itu hampir 22,5 % produksi padi
nasional dipasok dari Jawa Barat.
Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa
Barat seperti Karawang dan Cianjur
mengalami penurunan produksi yang berarti.
Produksi padi nasional sampai
Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Karena
pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi
gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan
dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah
mencapai 6-7 ton/ha.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Tumbuh di daerah tropis/subtropis
pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS
dengan cuaca panas dan kelembaban
tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
b) Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun.
Padi dapat ditanam di musim kemarau
atau hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan, walaupun air
melimpah prduksi dapat menurun karena
penyerbukan kurang intensif.
c) Di dataran rendah padi memerlukan
ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur
22-27 derajat C sedangkan di dataran
tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur
19-23 derajat C.
d) Tanaman padi memerlukan penyinaram
matahari penuh tanpa naungan.
e) Angin berpengaruh pada penyerbukan
dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang
akan merobohkan tanaman.
5.2. Media Tanam
a) Padi gogo
1. Padi gogo harus ditanam di lahan
yang berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara.
2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm,
tanah yang cocok bervariasi mulai dari
yang berliat, berdebu halus,
berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang
tersedia diperlukan cukup banyak.
Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada
harus < 50%.
3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0
sampai 8,0.
b) Padi sawah
1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung
yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah
permukaan tanah.
2. Menghendaki tanah lumpur yang
subur dengan ketebalan 18-22 cm.
3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0.
Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral
(7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur
dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak
tanaman padi. Karena mengalami
penggenangan, tanah sawah memiliki
lapisan reduksi yang tidak mengandung
oksigen dan pH tanah sawah biasanya
mendekati netral. Untuk mendapatkan
tanah sawah yang memenuhi syarat
diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai
dari daratan rendah sampai daratan tinggi.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik:
a) Tidak mengandung gabah hampa,
potongan jerami, kerikil, tanah dan hama
gudang.
b) Warna gabah sesuai aslinya dan
cerah.
c) Bentuk gabah tidak berubah dan
sesuai aslinya.
d) Daya perkecambahan 80%.
2) Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni
dan direndam 1 malam di dalam air
mengalir supaya perkecambahan benih
bersamaan.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Padi sawah
Untuk satu hektar padi sawah
diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis
padinya. Lahan persemaian
dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas
persemaian kira-kira 1/20 dari aeral
sawah yang akan ditanami. Lahan
persemaian dibajak dan digaru
kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600
cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm.
Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea
dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter
persegi. Benih disemai dengan
kerapatan 75 gram/meter persegi.
b) Padi Gogo
Benih langsung ditanam di ladang.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur
sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida
pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea
10 gram/meter persegi pada hari ke 10.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
5) Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke
sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat,
pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pengolahan Lahan Padi Sawah
a) Bersihkan saluran air dan sawah
dari jerami dan rumput liar.
b) Perbaiki pematang serta cangkul
sudut petak sawah yang sukar dikerjakan
dengan bajak.
c) Bajak sawah untuk membalik tanah
dan memasukkan bahan organik yang ada
di permukaan. Pembajakan pertama
dilakukan pada awal musim tanam dan
dibiarkan 2-3 hari setelah itu
dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh
pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang
tanam.
d) Ratakan permukaan tanah sawah, dan
hancurkan gumpalan tanah dengan cara
menggaru. Permukaan tanah yang rata
dapat dibuktikan dengan melihat
permukaan air di dalam petak sawah
yang merata.
e) Lereng yang curam dibuat teras
memanjang dengan petak-petak yang dibatasi
oleh pematang agar permukaan tanah
merata.
3) Pengolahan Lahan Padi Gogo
Waktu yang tepat adalah di akhir
musim kemarau atau menjelang musim hujan.
Cara pengolahan tanah adalah sebagai
berikut:
a) Lahan dibersihkan dari tanaman
penggangu dan rumput sambil memperbaiki
pematang dan saluran drainase.
b) Tanah dibajak dua kali pada
kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
c) Pemupukan organik diberikan pada
waktu pembajakan yang kedua sebanyak
20 ton/ha.
d) Untuk menghaluskan tanah, tanah
digaru lalu diratakan.
e) Tanah dibiarkan sampai hujan
turun.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat
ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah
tadah hujan harus dilakukan
pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran
tanaman ini juga dilakukan pada lahan
beririgasi, biasanya setelah satu tahun
menanam padi.
Untuk meningkatkan produktivitas
lahan, seringkali dilakukan tumpang sari
dengan tanaman semusim lainnya,
misalnya padi gogo dengan jagung atau padi
gogo di antara ubi kayu dan kacang
tanah. Pada pertanaman padi sawah,
tanaman tumpang sari ditanam di
pematang sawah, biasanya berupa kacangkacangan.
2) Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan
jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22
cm atau 30 x 20 cm tergantung pada
varitas padi, kesuburan tanah dan musim.
Padi dengan jumlah anakan yang banyak
memerlukan jarak tanam yang lebih
lebar. Pada tanah subur jarak tanam
lebih lebar. Jarak tanam di daerah
pegunungan lebih rapat karena bibit
tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam
pada kedalaman 3-4 cm.
3) Penanaman Padi Gogo
Penanaman dilakukan pada awal musim
hujan setelah dua atau tiga kali turun
hujan di bulan Oktober-November.
Penanaman dilakukan dengan cara:
a) Di dalam lubang tanam
Kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak
tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi
dengan 5-7 butir benih dan ditutup
dengan pupuk kandang dan abu, debu atau
tanah halus.
b) Di dalam larikan
Terlebih dahulu dibuat alur tanam
dengan bantuan kayu berujung runcing
dengan jarak antar aluran 60 cm dan
kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke
dalam aluran.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman Padi
Sawah
Penyulaman tanaman yang mati
dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam.
Bibit sulaman harus dari jenis yang
sama yang merupakan bibit cadangan pada
persemaian bibit.
2) Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut
rumput-rumput yang dikerjakan
sekaligus dengan menggemburkan tanah.
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu
pada saat berumur 3 dan 6 minggu
dengan menggunakan landak (alat penyiang
mekanis yang berfungsi dengan cara
didorong) atau cangkul kecil.
3) Pengairan Padi Sawah
Syarat penggunaan air di sawah:
a) Air berasal dari sumber air yang
telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas
Pertanian dengan aliran air tidak
deras.
b) Air harus bisa menggenangi sawah
dengan merata.
c) Lubang pemasukkan dan pembuangan
air letaknya bersebrangan agar air
merata di seluruh lahan.
d) Air mengalir membawa lumpur dan
kotoran yang diendapkan pada petak
sawah. Kotoran berfungsi sebagai
pupuk.
e) Genangan air harus pada ketinggian
yang telah ditentukan.
Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3
hari kemudian diairi kembali sedikit demi
sedikit. Sejak padi berumur 8 hari
genangan air mencapai 5 cm. Pada waktu padi
berumur 8-45 hari kedalaman air
ditingkatkan menjadi 10 sampai dengan 20 cm.
Pada waktu padi mulai berbulir,
penggenangan sudah mencapai 20-25 cm, pada
waktu padi menguning ketinggian air
dikurangi sedikit-demi sedikit.
4) Pemupukan Padi Sawah
Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke
dalam tanah dua minggu sebelum tanam
pada waktu pembajakan tanah sawah.
Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan
KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu
pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah tanam.
Urea disebarkan dan diinjak agar
terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari
sebelum tanam dengan cara disebarkan
dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan 2
kali yaitu pada saat tanam dan saat
menjelang keluar malai.
5) Penyiangan dan Pembumbunan Padi
Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan
cangkul kecil, sabit atau dengan tangan waktu
tanaman berumur 3-4 minggu dan 8
minggu. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan pertama
dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.
6) Penyulaman Padi Gogo
Dilakukan pada umur 1-3 minggu
setelah tanam.
7) Pemupukan Padi Gogo
a) Pupuk organik
Berasal dari tanaman pupuk hijau
seperti Crotalaria juncea yang berumur 4-6
bulan atau dari pupuk kandang yang
telah matang. Pupuk organik dibenamkan
ke tanah dengan dosisi 10-30 ton/ha.
b) Pupuk anorganik
Pupuk yang diberikan berupa 150-200
kg/ha Urea, 75 kg/ha TSP dan 50 kg/ha
KCl. Pupuk TSP dan KCl diberikan saat
tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8
minggu setelah tanam.
8) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2
minggu sekali tergantung dari intensitas
serangan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama Hama di Persemaian
Basah (untuk padi sawah)
a) Hama di Persemaian Basah (untuk
padi sawah)
1. Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang
memanjang
sejajar tulang daun, ulat menggulung
daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan
air yang baik, penggunaan bibit
sehat, melepaskan musuh alami,
menggugurkan tabung daun; (2)
penyemprotan insektisida Kiltop 50 EC atau
Tomafur 3G.
2. Padi trip (Trips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan,
pertumbuhan bibit terhambat, pada
tanaman dewasa gabah tidak berisi.
Pengendalian: insektisida Mipein 50 WP atau Dharmacin 50 WP.
3. Ulat tentara (Pseudaletia unipuncta, berwarna abu-abu; Spodoptera litura,
berwarna coklat hitam; S. exempta, bergaris kuning)
Gejala: ulat memakan helai daun, tanaman hanya tinggal tulang-tulang
daun.
Pengendalian: cara mekanis dan insektisida Sevin, Diazenon, Sumithion dan
Agrocide.
7.2. Hama di Sawah
a) Wereng penyerang batang padi:
wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng
padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan
batang padi. Saat ini hama wereng paling
ditakuti oleh petani di Indonesia.
Wereng ini dapat menularkan virus. Gejala:
tanaman padi menjadi kuning dan
mengering, sekelompok tnaman seperti
terbakar, tanaman yang tidak
mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1)
bertanam padi serempak, menggunakan
varitas tahan wereng seperti IR 36, IR
48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb,
membersihkan lingkungan, melepas musuh alami
seperti laba-laba, kepinding dan
kumbang lebah; (2) penyemportan insektisida
Applaud 10 WP, Applaud 400 FW atau
Applaud 100 EC.
b) Wereng penyerang daun padi: wereng
padi hijau (Nephotettix apicalis dan N.
impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan
daun. Gejala: di tempat bekas hisapan
akan tumbuh cendawan jelaga, daun
tanaman kering dan mati. Tanaman ada
yang menjadi kerdil, bagian pucuk
berwarna kuning hingga kuning kecoklatan.
Malai yang dihasilkan kecil.
c) Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala: dan menyebabkan buah hampa
atau berkualitas rendah seperti
berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada
daun terdapat bercak bekas isapan dan
buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan
dan memunahkan telur, melepas musuh
alami seperti jangkrik; (2)
menyemprotkan insektisida Bassa 50
EC, Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP,
Kiltop 50 EC.
d) Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas
tusukan, buah padi yang diserang
memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan
tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan
telurtelurnya,
penyemprotan insektisida Curacron 250
ULV, Dimilin 25 WP, Larvin 75
WP.
e) Penggerek batang padi terdiri
atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza
innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu
(Sesamia
inferens).
Dapat menimbulkan kerugian besar.
Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut,
daun mengering dan seluruh batang
kering. Kerusakan pada tanaman muda
disebut hama “sundep” dan pada
tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan
lingkungan, menggenangi sawah selama
15 hari setelah panen agar kepompong
mati, membakar jerami; (2)
menggunakan insektisida Curaterr 3G, Dharmafur 3G,
Furadan 3G, Karphos 25 EC, Opetrofur
3G, Tomafur 3G.
f) Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan
parah apabila terserang oleh hama
tikus dan menyebabkan penurunan
produksi padi yang cukup besar. Menyerang
batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh
pada petak sawah dan pada serangan
hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami
seperti ular dan burung hantu,
penggunaan pestisida dengan tepat, intensif dan
teratur, memberikan umpan beracun
seperti seng fosfat yang dicampur dengan
jagung atau beras.
g) Burung (manyar Palceus manyar, gelatik Padda aryzyvora, pipit Lonchura
lencogastroides, peking L. puntulata, bondol hitam L. ferraginosa dan bondol putih
L. ferramaya).
Menyerang padi menjelang panen,
tangkai buah patah, biji berserakan.
Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
7.3. Penyakit
a) Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae). Gejala: menyerang pelepah, malai,
buah yang baru tumbuh dan bibit yang
baru berkecambah. Biji berbercak-bercak
coklat tetapi tetap berisi, padi
dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air
panas,
pemupukan berimbang, menanam padi
tahan penyakit ini, menaburkan serbuk air
raksa dan bubuk kapur (2:15); (2)
dengan insektisida Rabcide 50 WP.
b) Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai
dan ujung tangkai malai. Serangan
menyebabakn daun, gelang buku, tangkai
malai dan cabang di dekat pangkal
malai membusuk. Proses pemasakan
makanan terhambat dan butiran padi
menjadi hampa. Pengendalian: (1)
membakar sisa jerami, menggenangi
sawah, menanam varitas unggul Sentani,
Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian
pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif
dan fase pembentukan bulir; (2)
menyemprotkan insektisida Fujiwan 400 EC,
Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS atau
Rabcide 50 WP.
c) Penyakit garis coklat daun (Narrow brown leaf spot,)
Penyebab: jamur Cercospora oryzae. Gejala: menyerang daun dan pelepah.
Tampak gari-garis atau bercak-bercak
sempit memanjang berwarna coklat
sepanjang 2-10 mm. Proses pembungaan
dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini seperti Citarum,
mencelupkan benih ke dalam larutan
merkuri; (2) menyemprotkan fungisida
Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX
200.
d) Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun,
gejala terlihat pada tanaman yang
telah membentuk anakan dan menyebabkan
jumlah dan mutu gabah menurun.
Penyakit ini tidak terlalu merugikan secara
ekonomi. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit
ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat
pembentukan anakan seperti Monceren 25
WP dan Validacin 3 AS.
e) Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda,
malai dan biji menjadi kecoklatan
hingga coklat ulat, daun terkulai, akar
membusuk, tanaman padi. Kerusakan
yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan
merkuri.
f) Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhi
spora, dalam satu malai hanya beberap
butir saja yang terserang. Penyakit tidak
menimbulkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit,
menyemprotkan fungisida pada malai
sakit.
g) Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun
dan titik tumbuh. Terdapat
garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan
berisi cairan kehitam-hitaman, daun
mengering dan mati. Serangan menyebabkan
gagal panen. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit
seperti IR 36, IR
46, Cisadane, Cipunegara, menghindari
luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2)
pengendalian kimia dengan bakterisida
Stablex WP.
h) Penyakit bakteri daun bergaris/Leaf streak
Penyebab: bakteri X. translucens. Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh.
Terdapat garis basah berwarna merah
kekuningan pada helai daun sehingga
daun seperti terbakar. Pengendalian: menanam varitas unggul, menghindari
luka
mekanis, pergiliran varitas dan
bakterisida Stablex 10 WP.
i) Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh serangga Nilaparvata
lugens. Gejala: menyerang
semua bagian tanaman, daun menjadi
pendek, sempit, berwarna hijau kekuningkuningan,
batang pendek, buku-buku pendek,
anakan banyak tetapi kecil.
Penyakit ini sangat merugikan. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan
dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terserang ada memberantas
vektor.
j) Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala:
menyerang semua bagian tanaman,
pertumbuhan tanaman kurang sempurna,
daun kuning hingga kecoklatan, jumlah
tunas berkurang, pembungaan tertunda,
malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti
Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54,
IR 46, IR 42.
7.4. Gulma
Gulma yang tumbuh di antara tanaman
padi adalah rumput-rumputan seperti rumput
teki (Cytorus rotundus) dan gulma berdaun lebar.
Pengendalian dengan cara
mekanis (mencabut, menyiangi), jarak
tanam yang tepat dan penyemprotan
herbisida Basagran 50 ML, Difenex 7G,
DMA 6 dll.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Padi siap panen: 95 % butir sudah
menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian
bawah malai masih terdapat sedikit gabah
hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau
rendah.
8.2. Cara Panen
Keringkan sawah 7-10 hari sebelum
panen, gunakan sabit tajam untuk memotong
pangkal batang, simpan hasil panen di
suatu wadah atau tempat yang dialasi.
Panen dengan menggunakan mesin akan
menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar
sedangkan dengan
Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar.
8.3. Perkiraan Produksi
Dengan penanaman dan pemeliharaan
yang intensif, diharapkan produksi mencapai
7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat
hanya 4-5 ton/ha.
9. PASCAPANEN
a) Perontokan. Lakukan
secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (±60
jam orang untuk 1 hektar),
dihempas/dibanting (±
16 jam orang untuk 1 hektar)
dilakukan dua kali di dua
tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok,
waktu dapat dihemat.
Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya
memerlukan 7,8 jam orang untuk
1 hektar hasil panen.
b) Pembersihan. Bersihkan
gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower
manual. Kadar kotoran tidak
boleh lebih dari 3 %.
c) Jemur gabah selama 3-4 hari
selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %.
Secara tradisional padi
dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering,
kebersihan gabah lebih
terjamin daripada dijemur di halaman.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H.
Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
d) Penyimpanan. Gabah
dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras
karena dapat tertulari hama
beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan
beras (huller).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Harga padi yang sangat ditentukan
pemerintah menyebabkan petani sering kali
merugi karena modal dasar tidak
seimbang dengan harga gabah. Keadaan ini
semakin memburuk dengan
dihilangkannya subsidi pupuk. Petani menjual padi ke
Bulog dengan harga yang ditentukan
pemerintah (saat ini seharga Rp. 2.100-
1.500/kg). Pada saat penen raya,
bulog tidak memiliki cukup uang untuk membeli
padi rakyat sehingga menunggak
pembayaran ke petani. Keadaan ini sangat
merugikan petani. Budidaya padi untuk
mencapai keuntungan yang layak sulit
diwujudkan.
Perkiraan analisis budidaya padi
(nasional) permusim panen dengan luas lahan 1
hektar masa tanam tahun 1999.
(sumber: Departemen Pertanian)
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan Rp. 600.000,-
2. Bibit: benih 25 kg @ Rp. 3.000,-
Rp. 75.000,-
3. Pupuk
- Urea: 200 kg @ Rp. 1.115,- Rp.
223.000,-
- ZA: 50 kg @ Rp. 1.000,- Rp.
50.000,-
- SP-35: 100 kg @ Rp. 1.600,- Rp.
160.000,-
- KCl: 75 kg @ Rp. 1.650,- Rp.
123.750,-
- PPC/ZPT Rp. 64.000,-
4. Pestisida Rp. 600.000,-
5. Tenaga kerja
- Persemaian 5 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.
40.000,-
- Pengolahan tanah dgn mesin 15 HOK @
Rp. 15.000 Rp. 220.000,-
- Menanam 20 HOK @ Rp. 6.000,- Rp.
120.000,-
- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.
120.000,-
- Pemupukan 9 HOK @ Rp. 8.000,- Rp.
72.000,-
- Pemberantasan OPT 4 HOK @ Rp.
8.000,- Rp. 32.000,-
6. Panen dan pascapanen
- Merontok, keringkan, angkut 72 HOK
@ Rp. 8.000,- Rp. 576.000,-
- Ongos angkut ke pasar Rp. 26.918,-
7. Bunga bank Rp. 148.037,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.994.705,-
b) Pendapatan 4.201 kg (GKG) @
Rp.1.450,- Rp. 6.091.450,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
c) Keuntungan Rp. 3.096.745,-
d) Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio = 1,03
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Beras adalah makanan pokok sumber
karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi di
dunia. Kebutuhan beras nasional tidak
terpenuhi oleh produksi beras dalam negeri
karena itu kita masih selalu
mengimpor beras. Pemerintah, pada tahun 1998
mengimpor 3,1 juta ton beras untuk
mengantisipasi kebutuhan beras masyarakat.
Dengan memperhatikan hal di atas
seharusnya agribisnis padi dapat menarik banyak
para investor. Namun demikiaan,
dilain pihak, harga beras sangat ditentukan
pemerintah dan tidak dinamis seperti
halnya tanaman hortikultur atau perkebunan
sehingga umumnya petani padi sering
merugi. Tanpa perubahan tata niaga beras
dan pengurangan campur tangan
pemerintah, agribisnis padi akan tetap tidak
banyak diperhitungkan dan diminati
oleh investor di bidang pertanian.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang lingkup
Standar produksi meliputi:
klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan
pengemasan.
11.2.Diskripsi
Standar mutu gabah di Indonesia
tercantum dalam SNI 0224-1987-0.
11.3.Klasifikasi
dan Standar mutu
a) Persyaratan kualitatif
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam atau
bau-bau lainnya.
3. Bebas dari bahan-bahan kimia
seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida
dan bahan kimia lainnya.
4. Gabah tidak boleh panas.
b) Persyaratan kuantitatif
1. Kadar air maksimum (%): mutu
I=14,0; mutu II=14,0; mutu III=14,0.
2. Gabah hampa maksimum (%):
mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=3,0.
3. Butir rusak dan butir kuning
maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu
III=7,0.
4. Butir rusak dan gabah muda
maksimum (%): mutu I=1,0; mutu II=5,0; mutu
III=10,0.
5. Butir merah maksimum (%):
mutu I=1,0; mutu II=2,0; mutu III=4,0.
6. Benda asing maksimum (%):
mutu I tidak ada; mutu II=0,5; mutu III=1,0.
7. Gabah varientas lain
maksimum (%): mutu I=2,0; mutu II=5,0; mutu III=10,0.
Tingkat mutu gabah rendah (sample
grade) adalah tingkat mutu gabah tidak
memenuhi persyaratan tingkat
mutu I,II dan III tidak memenuhi persyaratan kualitatif.
11.4.Pengambilan Contoh
Sedangkan untuk cara pengujian mutu
dan pengambilan contoh terdapat dalam
“Petunjuk pengujian mutu dan
pengambilan contoh “ yang disajikan tersendiri dalam
pelaksanaan standar (implementasi).
11.5.Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus
mempunyai persyaratan bersih dan dijahit
mulutnya, berat netto maksimum 75 kg
dan tahan mengalami “handling” baik waktu
pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam
bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman
yang tidak luntur dan jelas terbaca
antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan/pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung.
h) Tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
a) AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Dinas Pertanian Propinsi Jawa
Barat. 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen
Tanaman Padi.
c) Griest, D.H. Rice. Longman.
Singapore
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
d) Suparyono, Dr & Agus Setyono,
Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, Proyek
PEMD, BAPPENAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar