RAMBUTAN
( Nephelium sp. )
1. SEJARAH SINGKAT
Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon
dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa
Inggrisnya
disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia . Hingga saat ini telah
menyebar luar di
daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara
Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis.
2. JENIS TANAMAN
Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik
yang berasal dari
galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis
dengan galur
yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan
dilihat dari sifat
buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit,
panjang rambut). Dari
sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan
yang digemari
orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif
tinggi diantaranya:
1) Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya
tinggi, kulit
berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak
jarang, daging
buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya
tebal, dengan
daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.
2) Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya
dengan hasil
rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah
kuning, halus,
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4
hari setelah
dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.
3) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil
90-170 ikat per
pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut
kasar dan
agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam
pengangkutan.
4) Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik
di Indonesia
dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai
merah tua
rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam
sedikit,
hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya
ngelotok.
5) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak
disukai
terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk
diokulasi, warna
kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan
rapat,rasa
buah manisa sam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.
3. MANFAAT TANAMAN
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan
buahnya yang
mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam
air, zat protein
dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan
nonesensial, vitamin
dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada
pula
sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di
pekarangan, sebagai tanaman hias.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia yang menjadi sentra penanaman rambutan adalah di Jawa
khususnya
yang sangat besar produksi buah rambutan antara lain di Bekasi,
Kuningan, Malang,
Probolinggo, Lumajang dan di Garut.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
2) Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan
berkisar antara
1.500-2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun
3) Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman
sejak dia terbit
sampai tenggelam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitannya
dengan
suhu lingkungan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah
dengan
optimal pada suhu sekitar 25 derajat C yang diukur pada siang
hari. Kekurangan
sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang
sempurna
(kempes).
5) Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena
kebanyakan
tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai
kelembaban
yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi
demikian cocok
untuk pertumbuhan tanaman rambutan.
5.2. Media Tanam
1) Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur
serta sedikit
mengandung pasir, juga dapat tumbuh baik pada tanah yang banyak
mengandung
bahan organik ataui pada tanah yang keadaan liat dan sedikit
pasir.
2) Pada dasarnya tingkat/derajat keasaman tanah (pH) tidak terlalu
jauh berbeda
dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu antara 6-6,7
dan kalau
kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
3) Kandungan air dalam tanah idealnya yang diperlukan untuk
penanaman pohon
rambutan antara 100-150 cm dari permukaan tanah.
4) Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan
kondisi tanah,
karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara
penanaman yang
benar (dibuatkan bedengan) sesuai dengan petunjuk yang ada.
5.3. Ketinggian Tempat
Rambutan dapat tumbuh subur pada dataran rendah dengan ketinggian
antara 30-
500 m dpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh
namun tidak
begitu baik hasilnya.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya dipilih dari benih-benih yang disukai
oleh masyarakat
konsumen antara lain: Rambutan Rapiah, Rambutan Aceh, Lebak bulus,
Rambutan Cimacan, Rambutan, Rambutan Sinyonya.
2) Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang dipergunakan sebagai pohon pangkal
setelah buah
dikupas dan diambil bijinya dengan jalan fermentasi biasa (ditahan
selama 1-2
hari) sesudah itu di angin-anginkan selama 24 jam (sehari semalam)
dan biji siap
disemaikan. Disamping itu dapat pula direndamdengan larutan asam
dengan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
perbandingan 1:2 dari air dan larutan asam yang terdiri dari asam
chlorida (HCl)
25% atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 1.84, caranya direndam selama 15
menit
kemudian dicuci dengan air tawar yang bersih sebanyak 3 kali
berulang dengan
air yang mengalir selama 10 menit dan dianginkan selama 24 jam.
Untuk
menghidari jamur biji dapat dibalur dengan larutan Dithane 45,
Attracol 70 WP
atau fungisida lainnya.
3) Teknik Penyemaian Benih
Teknik penyemaian benih dipilih lahan yang gembur dan mudah
mendapat
pengairan serta mudah dikeringkan disamping itu mudah diawasi
seperti:
mencangkul tanah sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari
rumput-rumput,
batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian
tanah
dihaluskan sehingga menjadi gembur dan buatkan bedang-bedeng yang
berukuran 1-1,5 m lebar dan tinggi sekitar 30 cm, panjang
disesuaikan dengan
luas pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan
sekitar 10 m,
dengan keadaan arah membujur dari Utara ke Selatan, supaya
mendapatkan
banyak sinar matahari walaupun setelah diberi atap pelindung,
dengan jarak
antara bedeng 30 cm dan untuk menambah kesuburan dapat diberi
pupuk hijau,
kompos/pupuk kandang yang sudah matang dan benih siap disemaikan.
Selain
dengan melalui proses pengecambahan juga biji dapat langsung
ditunggalkan
pada bedeng-bedeng yang sudah disiapkan, untuk menyiapkan pohon
pangkal
lebih baik melalui proses pengecambahan, biji-biji tersebut
ditanam pada bedengbedeng
yang berjarak 10 X 10 cm setelah berkecambah dan berumur 1-1,5
bulan
dan sudah tumbuh daun sekitar 2-3 helai maka bibit dapat
dipindahkan dari
bedeng persemaian ke bedeng penanaman.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambang dan telah berumur 1-1,5 bulan disiram
pagi sore,
setelah kecambah dipindah ke bedeng pembibitan penyiraman cukup 1
kali tiap
pagi hari sampai menjelang mata hari terbit, dengan menggunakan
"gembor"
supaya merata dan tidak merusak bedengan dan diusahakan air dapat
menembus
sedalam 3-4 cm dari permukaan. Kemudian dilakukan pendangiran
bedengan
supaya tetap gembur dan dilakukan setiap 2-3 minggu sekali, rumput
yang
tumbuh disekitarnya supaya disiangi, hindarkan dari serangan hama
dan penyakit,
sampai umur kurang lebih 1 tahun persemaian yang dilakukan
terhadap pohon
baru setelah itu dapat dilakukan pengokulasian yang ditentukan
dengan sistem
Fokkert yang sudah disempurnakan yang sebelumnya daun-daun
dirontokkan
pada pohon induk yang telah dipilih mata kulitnya dan kemudian
setelah disiapkan
tempat untuk penempelan mata kulit tersebut sampai mata kulit itu
tumbuh tunas,
setelah itu tunas asli pada pohon induk yang telah ditempel
dipangkas, kemudian
rawat dengan penyiraman 2 kali sehari dan mendangir serta
membersihkan
rumput-rumput yang ada disiangi, kemudian dapat juga diberi pupuk
urea 10 gram
untuk tiap 1 m² untuk 25 tanaman rambutan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
5) Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang telah berkecambah atau di cangkok
maupun
diokulasi dapat dengan mencungkil/membuka plastik yang melekat pada
media
penanaman dengan cara hati-hati jangan sampai akar menjadi rusak
dan
dilakukan penyungkilan sekitar 5 cm dan agar tumbuh akar lebih
banyak maka
dalam penanaman kembali akar tunggangnya dapat dipotong sedikit
untuk
menjaga penguapan kemudian lebar daun dipotong separuh serta
keping yang
menempel dibiarkan sebab berfungsi sebagai cadangan makanan
sebelum dapat
menerima makanan dari tanah yang baru. Dan ditanam pada bedeng
pembibitan
dengan jarak 30-40 cm dan ditutupi dengan atap yang dipasang
miring lebih tinggi
di Timur dengan harapan dapat lebih banyak kena sinar mata hari
pagi.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Pilihlah tanah yang subur, hindari daerah yang berkondisi tanahnya
terlampau liat
dan tidak memiliki sirkulasi yang baik, meskipun pada daerah
perbukitan tetapi
tanahnya subur dengan cara membuat sengkedan (teras) pada bagian
yang
curam, kemudian untuk menggemburkan tanah perlu dibajak atau cukup
dicangkul
dengan kedalaman sekitar 30 cm secara merata.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk kebun rambutan dikerjakan semua
secara
bersama, tanaman pengganggu seperti semak-semak dan rerumputan
dibuang
dan benda-benda keras disingkirkan kemudian tanah
dibajak/dicangkul. Bila bibit
berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam
tetapi kalau
dari hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam. Kemudian
dibuatkan
saluran air selebar 1 meter dan kedalam disesuaikan dengan
kedalaman air
tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air yang kurang lancar.
Tanah yang
kurus dan kurang humus atau tanah cukup liat diberikan pupuk hijau
yang dibuat
dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan dan kondisi ini
dibiarkan
selama kurang lebih 1 tahun sebelumnya.
3) Pembentukan Bedengan
Setelah tanah keadaan gembur dan buatkan bedeng-bedengan yang
berukuran 8
m lebar dan tinggi sekitar 30 cm dengan perataan dasar atasnya
guna menopang
bibit yang akan ditanam, panjang disesuaikan dengan luas
pekarangan/persawahan. Tetapi idealnya panjang bedengan sekitar 10
m, dengan
keadaan arah membujur dari utara ke selatan, supaya mendapatkan
banyak sinar
matahari pagi walaupun setelah diberi atap pelindung, dengan jarak
antara
bedeng 1 m yang diharapkan untuk lalu-lintas para pekerja dan
dapat
dipergunakan sebagai saluran air pembuangan, dan untuk menambah
kesuburan
dapat diberi pupuk hijau, kompos/pupuk kandang yang sudah matang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Pengapuran
Pengapuran pada dataran yang berasal dari tambak dan juga dataran
yang baru
terbentuk tidak bisa ditanami, selain tanah masih bersifat asam
juga belum terlalu
subur, setelah lobang-lobang itu digali dengan ukuran penanaman di
pekarangan
dan dasarnya ditaburkan kapur sebanyak 0,5 liter untuk setiap
lobang guna
menetralkan pH tanah hingga mencapai 6-6,7 sebagai syarat
tumbuhnya tanaman
rambutan, setelah 1 minggu dari penaburan kapur diberi pupuk
kandang supaya
tanah menjadi subur.
5) Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu dari pemberian kapur pada
lubang-lubang yang
ditentukan kemudian diberikan pupuk kandang sebanyak 25 kg (kurang
lebih 1
blek) dan setelah 1 minggu lahan baru siap untuk ditanami bibit
rambutan yang
telah jadi.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Penyiapan pohon pangkal sebaiknya melalui proses perkecambahan
kemudian
ditanam dengan jarak 10 x 10 cm setelah berkecambah dan berumur
1-1,5 bulan
atau telah tumbuh daun sebanyak 3 helai maka bibit/zaeling dapat
dipindahkan
pada bedeng ke dua dengan jarak 1-14 meter. Untuk menghindari
sengatan sinar
matahari secara langsung dibuat atap yang berbentuk miring lebih
tinggi ke Timur
dengan maksud supaya mendapatkan sinar matahari pagi hari secara
penuh.
2) Pembuatan Lubang Tanaman
Pembuatan lubang pada bedeng-bedeng yang telah siap untuk tempat
penanaman bibit rambutan yang sudah jadi dilakukan setelah tanah
diolah secara
matang kemudian dibuat lobang-lobang dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m
yang
sebaiknya telah dipersiapkan 3-4 pekan sebelumnya dan pada waktu
penggalian
tanah yang diatas dan yang dibawah dipisahkan yang nantinya
dipergunakan
untuk penutup kembali lubang yang telah diberi tanaman, sedangkan
jarak antar
lubang sekitar 12-14 m.
3) Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 2 pekan lubang ditutup dengan susunan
tanah
seperti sedia kala dan tanah yang bagian atas dikembalikan setelah
dicampur
dengan 3 blek (1 blek kurang lebih 20 liter) pupuk kandang yang
sudah matang,
dan kira-kira 4 pekan dan tanah yang berada di lubang bekas galian
tersebut
sudah mulai menurun baru rambutan ditanam dan tidak perlu terlalu
dalam
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
secukupnya, maksudnya batas antara akar dan batang rambutan diusahakan
setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya.
4) Lain-lain
Pada awal penanaman di kebun perlu diberi perlindungan yang
rangkanya dibuat
dari bambu/bahan lain dengan dipasang posisi agak tinggi disebelah
Timur, agar
tanaman mendapatkan lebih banyak sinar matahari pagi dari pada
sore hari, dan
untuk atapnya dapat dibuat dari daun nipah, kelapa/tebu. Sebaiknya
penanaman
dilakukan pada awal musim penghujan, agar kebutuhan air dapat
dipenuhi secara
alamiah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Karena kondisi tanah telah gembur dan mudah tanaman lain akan
tumbuh kembali
terutama Gulma (tanaman pengganggu), seperti rumput-rumputan dan
harus
disiangi sampai radius 1-2 m sekeliling tanaman rambutan. Apabila
bibit tidak
tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit
cadangan.
2) Perempalan
Agar supaya tanaman rambutan mendapatkan tajuk yang rimbun,
setelah
tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan peempelan/ pemangkasan
pada
ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang
seimbang
juga berguna memberi bentuk tanaman, memperbanyak dan mengatur
produksi
agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan
setelah masa
panen buah berakhir dengan harapan muncul tajuk-tajuk baru sebagai
tempat
munculnya bunga baru pada musim berikutnya dan hasil berikutnya
dapat
meningkat.
3) Pemupukan
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman rambutan tetap stabil
perlu
diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
a) Pada tahun ke 2 setelah penanaman bibit diberikan pada setiap
pohon dengan
campuran 30 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100 gram Urea dan 20 germ
ZK
dengan cara ditaburkan disekeliling pohon/dengan jalan menggali
disekeliling
pohon sedalam 30 cm selebar antara 40-50 cm, kemudian masukkan
campuran
tersebut dan tutup kembali dengan tanah galian sebelumnya.
b) Tahun berikutnya perlu dosis pemupukan perlu ditambah dengan
komposisi 50
kg pupuk kandang, 60 kg TSP, 150 gr Urea dan 250 gr ZK dengan cara
pemupukan yang sama, apabila menggunakan pupuk NPK maka
perbandingannya 15:15:15 dengan ukuran diantara 75-125 kg untuk
setiap ha,
dan bila ditabur dalam musim hujan dan dengan komposisi 250-350 kg
apabila
dilakukan saat awal musim penghujan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Pengairan dan Penyiraman
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari
cangkokan/okulasi
ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan
sore. Dan
minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu
kali sehari.
Apabila tanaman rambutan telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi
penyiraman
bisa dikurangi lagi yang dapat dilakukan saat-saat diperlukan
saja. Dan bila
turunterlalu lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak
tegenang air dengan
cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Guna mencegah kemungkinan tumbuhnya penyakit/hama karena kondisi
cuaca/hewan-hewan perusak maka perlu dilakukan penyemprotan
pestisida
umumnyadilakukan antara 15-20 hari sebelum panen dan juga apabila
kelembaban udara terlalu tinggi akan tumbuh cendawan, apabila musim
penghujan mulai tiba perlu disemprot fungisida beberapa kali
selama musim hujan
pestisida dan insektisida
6) Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya bunga rambutan diperlukan larutan KNO (Kalsium
Nitrat) yang akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak
diberi KNO dan
juga mempunyai keunggulan memperbanyak "dompolan" bunga
(tandan)
rambutan pada setiap stadium (tahap perkembangan) serta
mempercepat
pertumbuhan buah rambutan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama pada Daun
Hama tanaman rambutan berupa serangga seperti semut, kutu, kepik,
kalong dan
bajing serta hama lainya seperti, keberadaan serangga ini
dipengaruhi faktor
lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. misal: ulat penggerek
buah
(Dichocricic punetiferalis) warna kecoklat-coklatan dengan ciri-ciri buah menjadi
kering dan berwarna hitam, Ulat penggerek batang (Indrabela sp) membuat kulit
kayu dan mampu membuat lobang sepanjang 30 cm, Ulat pemakan daun
(Ploneta
diducta/ulat keket) memakan daun-daun terutama pada musim kemarau.
Ulat
Jengkal (Berta chrysolineate) pemakan daun muda sehingga penggiran
daun
menjadi kering, keriting berwarna cokelat kuning.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
7.2. Penyakit
Penyakit tanaman rambutan disebabkan organisme semacam ganggang
(Cjhephaleusos sp) yang diserang umumnya daun tua dan muncul pada musim
hujan dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak kecil dibagian atas
daun disertai seratserat
halus berwarna jingga yang merupakan kumpulan sporanya. Ganggang
Chaphaleuros kesimbiose dengan lumut kerek (lichen) dan dapat
dijumpai pada
daun dan batang rambutan, yang nampak seperti panu sehingga
ranting yang
diserang dapat mati; Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan
(jamur)
Rigidoporus Lignosus dengan tanda rizom berwarna putih yang
menempel pada akar
dan apabila akar yang kena dikupas akan nampak warna kecoklatan.
7.3. Gulma
Segala macam tumbuhan pengganggu tanaman rambutan yang berbentuk
rerumputan yang berada disekitar tanaman rambutan yang akan
mengganggu
pertumbuhan perkembangan bibit rambutan oleh sebab itu perlu
dilakukan
penyiangan secara rutin.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah rambutan yang telah matang dengan ciri-ciri melihat warna
yang disesuikan
dengan jenis rambutan yang ada juga dengan mencium baunya serta
yang terakhir
dengan merasakan rambutan yang sudah masak dibandingkan dengan
rambutan
yang belum masak, dapat dipastikan bahwa pemanenan dilakukan
sekitar bulan
Nopember sampai Februari, juga dapat dipengaruhi musim kemarau
atau musim
penghujan.
8.2. Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik adalah dipetik beserta tungkalnya yang
sudah matang
(hanya yang sudah masak) sekaligus melakukan pemangkasan pohon
agar tidak
menjadi rusak. Pemangkasan dilakukan sekaligus panen agar dapat
bertunas
kembali cepat berbuah apabila pemetikan tidak terjangkau dapat
dilakukan dengan
menggunakan galah untuk mengkait tangkai buah rambutan secara
benar.
8.3. Periode Panen
Periode pemanenan buah rambutan dilakukan pada sekitar bulan
Nopember sampai
dengan Februari (masa musim penghujan). Dengan dicari buah yang
masak dan
yang belum masak supaya ditinggal dulu dan kemudian dipanen
kembali
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
8.4. Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan pemeliharaan semenjak pembibitan hingga
panen
dilakukan secara baik dan benar serta memenuhi aturan yang ada
maka dapat
diperkirakan mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap pohonnya
dapat mencapai
hasil minimal 0,10 kuintal, dan maksimal dapan mencapai 1,75
kuintal setiap
pohonnya.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan yang benar buah rambutan harus diikat
secara baik,
biasanya dikumpulkan tidak jauh dari lokasi pohon sehingga selesai
pemanenan
secara keseluruhan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah rambutan yang bagus agar harga jualnya
tinggi, biasanya
dipilih berdasarkan ukuran dan mutunya, buah yang kecil tetapi
baik mutunya dapat
dicampur dengan buah yang besar dengan sama mutunya, yang biasanya
dijual
dalam bentuk ikatan dan perlu diingat bahwa dalam 1 ikatan
diusahakan sama besar
dan sama baik mutunya. Dan dilakukan sesuai dengan jenis rambutan,
jangan
dicampur adukkan dengan jenis yang lain.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan yang terbaik untuk mengawetkan buah rambutan biasanya
dilakukan
dengan jalan dibuat asinan/manisan dan dimasukkan dalam kaleng/botol
atau dapat
juga dengan menggunakan kantong plastik. Hal ini dapat menjaga
kesterlilan dan
ketahanan serta lama penyimpanannya.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Hasil jual dapat tinggi tidak tergantung dari rasanya saja,tetapi
pada kenampakandan
cara pengikatannya,apabilaakan dijual tidak jauh dari lokasi maka
cukup diikat dan
kemudian di angkut dengan kendaraan/dimasukkan dalam karung. Untuk
pengiriman
dengan jarak yang agak jauh (antar pulau) yang membutuhkan waktu
hingga 2-3 hari
lamanya perjalanan rambutan. Caranya di pak dengan menggunakan
peti sebelum
dipilih dan di pak sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air
sabun dan dibilas
kemudian dikeringkan, setelah dipisah dari tangkainya, apabila ada
yang terkena
jamur sebaiknya direndam dulu dengan larutan soda 1,5% selama 3-5
menit
kemudian disikat dengan sikat yang lunak. Setelah itu disusun
berderet berbentuk
sudut terhadap sisi peti, yang sebelumnya dialasi dengan lumut/
sabut kelapa,
setelah itu dilapisi dengan kertas minyak. Setelah penuh lapisan atas
dilapisi lagi
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
dengan kertas minyak dan dengan sabut kelapa yang terakhir ditutup
dengan papan,
sebaiknya kedua sisi panjang dibentuk agak gembung, biasanya
penempatan peti
bagian yang pendek ditempatkan dibawah didalam perjalanan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Untuk mendukung perhitungan analisis usaha tani rambutan secara
konvensional
ada beberapa hal yang perlu diketahui antara lain:
1) Tanaman rambutan dibudidayakan secara pencangkokan atau
mengokulasi
dengan jarak tanam 12-14 m sehingga populasi tanaman setiap hektar
mencapai
1000 tanaman.
2) Varietas tanaman rambutan yang dibudidayakan merupakan jenis
yang disukai
konsumen.
3) Di lokasi penanaman diusahakan yang dekat dengan sumber air,
dekat dengan
sipekerja.
4) Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yakni tenaga kerja pria
(HKP) dan tenaga
kerja wanita (HKW), dengan ongkostenaga kerja pria lebih tinggi
dari pada tenaga
kerja wanita dengan jam kerja per harinya 8 jam.
5) Budidaya rambutan dilakukan pada musim (Maret-September).
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Buah rambutan merupakan buah populer di kawasan ASEAN, khususnya
di tanh air
dn di negara Jiran Malaysia tempat asal buah rambutan. Buah
rambutan dapat
dikonsumsi langsung (buah segar) ataupun diolah menjadi buah kalen
dan manisan
buah rambutan.
Rambutan selain sebagai buah segar yang digemari, hasil olahannya
pun menjadi
komoditi primadona yang memiliki prospek cukup cerah di Asia dan
di negara-negara
lainnya. Pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri masih
merupakan lahan
pemasaran yang menjanjikan. Sehingga sangat tepat untuk
membudidayakan buah
rambutan secara intensif dengan didukung kondisi alam yang ada.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standard produksi ini meliputi: klasifikasi/penggolongan dan
syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan cara
pengemasan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
11.2.Diskripsi
Buah rambutan segar adalah buah dari tanaman rambutan (Nephelium lappaceum
Linn) dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar dan bersih. Standar
buah rambutan
di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI
01-3210-1992.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Buah rambutan segar untuk masing-masing kultvar, digolongkan dalam
2 buah jenis,
yaitu: Mutu I dan Mutu II.
Klasifikasi berdasarkan ukuran berat adalah sebagai berikut:
a) Binjai: besar maksimum 20 kg; kecil : > 20 kg
b) Lebak Bulus: besar maksimum 35 kg; kecil > 35 kg
c) Rapiah: besar maksimum 30 kg; kecil > 30 kg
d) Simacan: besar maksimum 40 kg; kecil > 40 kg
Persyaratan mutu untuk buah rambutan adalah sebagai berikut:
a) Keseragaman Kultivar: mutu I seragam; mutu II seragam
b) Keseragaman Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam
b) Tingkat Kesatuan Buah: mutu I tepat; mutu II kurang Tepat
c) Tingkat Kesegaran Buah: mutu I segar; mutu II kurang segar
d) Buah cacat/busuk: mutu I 0%; mutu II 0%
e) Bentuk ikatan: mutu I maksimum 10 cm; mutu II maksimum 10 cm
f) Bentuk buah lepas: mutu I maksimum. 0,5 cm; mutu II maksimum
0,5 cm
g) Kadar Kotoran: mutu I 0%; mutu II 0%
h) Serangga hidup/mati: mutu I tidak ada; mutu II tidak ada
11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah rambutan segar terdiri dari maksimum 1.000
kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan dalam 1 (satu) partai/lot.
a) Jumlah kemasan dalam partai/lot 1 s/d 5, contoh pengambilan
semua
b) Jumlah kemasan dalam partai/lot 6 s/d 100, contoh pengambilan
sekurangkurangnya
5
c) Jumlah kemasan dalam partai/lot 101 s/d 300, contoh pengambilan
sekurangkurangnya
7
d) Jumlah kemasan dalam partai/lot 301 s/d 500, contoh pengambilan
sekurangkurangnya
9
e) Jumlah kemasan dalam partai/lot 501 s/d 1000, contoh
pengambilan sekurangkurangnya
10
Petugas pengambil contoh harus orang yang memenuhi persyaratan
yaitu orang
yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan
suatu badan hukum.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
11.5.Pengemasan
Buah rambutan segar disajikan dalam bentuk ikatan atau lepas,
dibungkus bahan
kertas, jaring plastik atau bahan laian yang sesuai, lalu dikemas
dengan keranjang
bambu atau kotak karton/kayu/bahan lain yang sesuai dengan atau
tanpa
penyangga, dengan berat bersih maksimum 10 kg.
Pada bagian luar kemasan, diberi label yang bertuliskan antara
lain :
a) Dihasilkan di Indonesia.
b) Nama barang/kultivar.
c) Golongan ukuran.
d) Jenis mutu.
e) Nama perusahaan/eksportir.
f) Berat bersih/kotor.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Mahisworo, Kusno Susanto dan Agustinus Anung, Bertanam
Rambutan; Jakarta :
Penebar Swadaya, 1991, cet ke-3. 80p; 21 cm.
2) Rahardi F.; Rina Nirwan S. dan Iman Satyawibawa, Agribisnis
tanaman
perkebunan. Jakarta :
Penebar Swadaya, 1994. Vi + 67p; ilus.; 21 p.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar