S A W O
( Acrhras zapota. L )
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
S A W O
( Acrhras zapota. L )
1. SEJARAH SINGKAT
Sawo yang disebut neesbery atau sapodilas adalah tanaman buah berupa yang
berasal dari Guatemala (Amerika Tengah), Mexico dan Hindia Barat.
Namun di
Indonesia, tanaman sawo telah lama dikenal dan banyak ditanam
mulai dari dataran
rendah sampai tempat dengan ketinggian 1200 m dpl, seperti di Jawa
dan Madura.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
Kerabat dekat sawo dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1) Sawo Liar atau Sawo Hutan
Kerabat dekat sawo liar antara lain: sawo kecik dan sawo tanjung.
Sawo kecik
atau sawo jawa (Manilkara kauki L. Dubard.) Sawo kecik dimanfaatkan sebagai
tanaman hias atau tanaman peneduh halaman. Tinggi pohon mencapai
15 - 20
meter, merimbun dan tahan kekeringan. Kayu pohonnya sangat bagus
untuk
dibuat ukiran dan harganya mahal. Sawo tanjung (Minusops elingi) memiliki buah
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
kecil-kecil berwarna kuning keungu-unguan, jarang dimakan, sering
digunakan
sebagai tanaman hias, atau tanaman pelindung di pinggir-pinggir
jalan.
2) Sawo Budidaya
Berdasarkan bentuk buahnya, sawo budidaya dibedakan atas dua
jenis, yaitu:
a. Sawo Manilas
Buah sawo manila berbentuk lonjong, daging buahnya tebal, banyak
mengandung air dan rasanya manis. Termasuk dalam kelompok sawo
manila
antara lain adalah: sawo kulon, sawo betawi, sawo karat, sawo
malaysia, sawo
maja dan sawo alkesa.
b. Sawo Apel
Sawo apel dicirikan oleh buahnya yang berbentuk bulat atau bulat
telur mirip
buah apel, berukuran kecil sampai agak besar, dan bergetah banyak.
Termasuk
dalam kelompok sawo apel adalah: sawo apel kelapa, sawo apel lilin
dan sawo
Duren
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat tanaman sawo adalah sebagai makanan buah segar atau bahan
makan
olahan seperti es krim, selai, sirup atau difermentasi menjadi
anggur atau cuka.
Selain itu, manfaat lain tanaman sawo dalam kehidupan manusia
adalah:
1) Tanaman penghijauan di lahan-lahan kering dan kritis.
2) Tanaman hias dalam pot dan apotik hidup bagi keluarga;
3) Tanaman penghasil buah yang bergizi tinggi; dan dapat dijual di
dalam dan luar
negeri yang merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi keluarga dan
negara;
4) Tanaman penghasil getah untuk bahan baku industri permen karet;
5) Tanaman penghasil kayu yang sangat bagus untuk pembuatan perabotan
rumah
tangga.
4. SENTRA PENANAMAN
Pengembangan budidaya sawo sudah meluas hampir di seluruh
Indonesia. Pada
tahun 1990 areal penanaman sawo terdapat di 22 propinsi, kecuali
N.T.T, Maluku,
Irian Jaya, dan Timor Timur. Provinsi yang termasuk katagori lima
besar sentra
produsen sawo pada tahun 1993 adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, D.I.
Yogyakarta, dan Kalimantan Barat.
Produksi dan perdagangan mancanegara sawo manila sangat populer di
Asia
Tenggara. Data statistik menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara
merupakan
produsen utama buah sawo manila ini. Pada tahun 1987, Thailand
menghasilkan
53.650 ton dari jumlah 18.950 ha, Filipina menghasilkan 11.900 ton
dari lahan 4.780
ha, dan Semenanjung Malaysia menghasilkan 15.000 ton dari lahan
1.000 ha.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim
basah sampai
kering.
2) Curah hujan yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan
basah dengan
2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7
bulan basah
dengan 5 bulan kering dan 5 bulan basah dengan 7 bulan kering atau
membutuhkan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun.
3) Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar
matahari
namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
4) Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32
derajat C.
5.2. Media Tanam
1) Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah
lempung berpasir
(latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan
drainase baik.
Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian
cocok untuk
ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan),
alluvial loams (daerah
aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung).
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan
tanaman
sawo adalah antara 6–7.
3) Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo,
yaitu
antara 50 cm sampai 200 cm.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi sampai
dengan ketinggian 1.200 m dpl. Tetapi ada daerah-daerah yang cocok
sehingga
tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu
dari dataran
rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Saat ini tanaman sawo sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat,
yaitu di
kebun dan di dalam pot. Bibit yang dipilih sebaiknya bibit yang
berasal dari
cangkok atau sambung, sebab bibit yang berasal dari biji lambat
dalam
menghasilkan buah. Bibit dipilih yang sehat dengan daun yang
kelihatan hijau
segar dan mengembang sempurna serta bebas hama dan penyakit. Bibit
dari
cangkok dipilih yang memiliki cabang atau ranting yang bagus dan
sehat.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Penyiapan Bibit
Untuk memperoleh bibit tanaman sawo ada beberapa cara, misalnya
dari biji,
sambung, dan cangkok.
a) Pembenihan biji
Perbanyakan tanaman sawo secara generatif dengan biji memiliki
keunggulan
dan kelemahan. Bibit yang berasal dari biji memiliki perakaran
yang kuat dan
dalam. Akan tetapi perbanyakan secara generatif hampir selalu
memberikan
keturunan yang berbeda dengan induknya karena ada pencampuran
sifat
kedua tetua atau terjadi proses segregasi genetis. Tanaman sawo
yang berasal
dari biji mulai berbuah pada umur ± 7 tahun. Teknik pembibitan tanaman sawo
dari biji melalui tahap tahap sebagai berikut:
1. Pemilihan buah
Pilih buah tua yang matang di pohon, sehat, bentuknya normal dan
berasal
dari pohon induk varietas unggul yang telah berbuah.
2. Pengambilan biji
- Belah buah menjadi beberapa bagian.
- Ambil dan kumpulkan biji-biji sawo yang baik saja, kemudian
tampung
dalam wadah.
- Cuci dalam air yang mengalir atau air yang disemprotkan sampai
biji
benar-benar bersih.
- Keringkan biji selama 3 hari sampai 7 hari agar kadar air biji
berkisar
antara 12-14%.
- Masukkan biji ke dalam wadah tertutup rapat untuk disimpan
beberapa
waktu.
3. Pengecambahan benih
- Siapkan bak pengecambahan yang telah diisi media pasir bersih
setebal
10–15 cm.
- Sebarkan biji sawo pada permukaan media, kemudian tutup dengan
pasir
setebal 1–2 cm.
- Siram media dalam bak pengecambahan dengan air bersih hingga
cukup
basah.
- Tutup permukaan bak pengecambahan dengan lembaran plastik bening
(tembus cahaya) untuk menjaga kestabilan kelembaban media.
- Biarkan biji berkecambah ditempat yang teduh selama 7 hari
sampai 15
hari. Biji sawo yang telah berkecambah atau keluar akar sepanjang
2-5
mm dapat segera dipindahsemikan.
b) Bibit Asal Enten (Grafting)
Penyambungan tanaman sawo sebagai batang atas dilakukan dengan
tanaman
ketiau atau melali (Bassia sp.) sebagai batang bawahnya. Metoda
penyambungan yang dilakukan adalah metoda sambung pucuk (top grafting).
Tata laksana memproduksi bibit sawo dengan cara sambung pucuk (top
grafting) adalah sebagai berikut:
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
1. Persiapan
Siapkan alat dan bahan berupa pisau tajam, tali rafia atau lembar
plastik,
gunting, kantong plastik bening, batang bawah melali atau bassia umur 3-6
bulan atau berdiameter batang 0,3–0,7 cm, dan cabang atau tunas entres.
2. Pelaksanaan sambung pucuk
- Potong ujung batang tanaman bassia
pada ketinggian 15–20 cm dari
permukaan tanah.
- Sayat batang bawah membentuk celah atau huruf V sepanjang 3–5
cm.
- Sayat cabang entres sepanjang 4 cm membentuk baji seukuran sayatan
batang bawah dan buang sebagian daunnya.
- Masukkan pangkal cabang entres ke celah batang bawah hingga pas
benar.
- Ikat erat-erat hasil sambungan tadi dengan tali rafia atau
lembaran plastik.
- Kerudungi hasil sambungan dengan kantong plastik bening selama
10-15
hari.
3. Pengakhiran
Hasil sambungan dapat diperiksa setelah 10 hari sampai 15 hari
kemudian.
Caranya adalah dengan membuka kerudung kantong plastik, kemudian
mata
entres atau bidang sambungan diperiksa. Jika
mata entres berwarna hijau
dan segar berarti penyambungan berhasil. Sebaliknya, bila mata entres
berwarna coklat dan kering berarti penyambungan gagal.
c) Bibit Cangkok
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cangkok paling umum
dipraktekkan oleh pembibit tanaman tahunan, khususnya buah-buahan.
Kelemahan bibit cangkok adalah sistem perakaran kurang kuat karena
tidak
memiliki akar tunggang. Keuntungan perbanyakan tanaman dengan
cangkok,
antara lain adalah sebagai berikut: (1) cangkok mempercepat
kemampuan
berbuah karena pada umur kurang dari satu tahun tanaman sudah
mulai
berbunga atau berbuah; (2) cangkok memperoleh kepastian kelamin
serta sifat
genetiknya sama dengan pohon induk; (3) Habitus tanaman pada umumnya
pendek (dwarfing) sehingga memudahkan pemeliharaan dan panen. Tata
laksana pembibitan tanaman sawo dengan cangkok adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan
Siapkan alat dan bahan yang terdiri dari pisau, sabut kelapa atau
lembaran
plastik, tali pembalut, kotak alat, tali, media atau campuran
tanah subur
dengan pupuk kandang (1:1), dan cabang yang cukup umur.
2. Pelaksanaan mencangkok
- Pilih cabang yang memenuhi persyaratan, yaitu berukuran cukup
besar,
tidak terlalu muda ataupun tua, pertumbuhannya baik, sehat dan
tidak
cacat, serta lurus.
- Tentukan tempat untuk keratan pada bagian cabang yang licin.
- Buat dua keratan (irisan) melingkar cabang dengan jarak antara
3–5 cm.
- Lepaskan kulit cabang bidang keratan tadi.
- Kerik kambium hingga tampak kering.
- Biarkan bekas keratan mengering antara 3 hari sampai 5 hari.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
- Olesi bidang sayatan dengan zat pengatur tumbuh akar, seperti
Rootone
F.
- Ikat pembalut cangkok pada bagian bawah keratan.
- Letakkan media pada bidang karatan sambil dipadatkan membentuk
bulatan setebal ± 6 cm.
- Bungkus media dengan pembalut sabut kelapa atau lembaran
plastik.
- Ikat ujung pembalut (pembungkus) di bagian ujung keratan.
- Ikat bagian tengah pembungkus cangkok, dan buat lubang-lubang
kecil
dengan cara ditusuk-tusuk lidi.
3. Pemotongan bibit cangkok
Setelah bibit cangkok menunjukkan perakarannya (1,5–3,5 bulan dari
pencangkokan), potong bibit cangkok dari pohon tepat dibawah
bidang
keratan.
4. Pendederan bibit cangkok
- Siapkan polybag berdiameter antara 15-25 cm atau sesuai dengan
ukuran
bibit cangkok.
- Isi polybag dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang
matang (1:1) hingga mencapai setengah bagian polybag.
- Lepaskan (buka) pembalut bibit cangkok.
- pangkas sebagian dahan, ranting, dan daun yang berlebihan untuk
mengurangi penguapan.
- Tanamkan bibit cangkok tepat di tengah-tengah polybag sambil
mengatur
perakarannya secara hati-hati.
- Penuhi polybag dengan media hingga cukup penuh sambil memadatkan
pelan-pelan pada bagian pangkal batang bibit cangkok.
- Siram media dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah.
- Simpan bibit cangkok di tempat yang teduh dan lembab.
- Biarkan dan pelihara bibit cangkok selama 1-1,5 bulan agar
beradaptasi
dengan lingkungan setempat dan tumbuh tunas-tunas dan akar baru.
- Pindah tanamkan bibit cangkok yang sudah tumbuh cukup kuat ke
kebun
atau dalam pot.
5. Pengakhiran
Berhasil tidaknya cangkok dapat diketahui setelah 1,5-3,5 bulan
kemudian.
Berdasarkan pengalaman para pembibit tanaman buah-buahan,
pembungkus (pembalut) cangkok yang berupa lembaran plastik lebih
cepat
menumbuhkan akar dibandingkan sabut kelapa.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Pembuatan media persemaian
Persemaian dapat dilakukan pada bedengan persemaian atau
menggunakan
polybag. Tata laksana penyiapan lahan persemaian berupa bedengan
adalah
sebagai berikut:
1. Buat bedengan persemaian berukuran 100-150 cm, tinggi 30-40 cm,
panjang
tergantung keadaan lahan, dan jarak tanam antar bedengan 50-60 cm.
2. Sebarkan pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 sampai 3 kg/m2 luas bedengan,
lalu campurkan merata dengan lapisan tanah atas.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
3. Buat tiang-tiang persemaian setinggi 100-150 cm di sebelah dan
75-100 cm
di sebelah barat, kemudian pasang palang-palang dan atap
persemaian
yang terbuat dari plastik atau daun kering.
4. Ratakan dan rapikan bedengan persemaian, lalu siram dengan air
bersih
hingga cukup basah.
Tata cara penyiapan tempat semai dalam polybag adalah sebagai
berikut:
1. Siapkan polybag berdiameter 10-15 cm, media campuran tanah
subur,
pupuk kandang halus (diayak), dan pasir (1:1:1), atau campuran
tanah
dengan pupuk kandang (1:1).
2. Lubangi bagian dasar polybag untuk pembuangan air.
3. Isikan media ke dalam polybag hingga cukup penuh.
4. Simpan polybag yang telah diisi media di tempat yang rata mirip
bedengan
dan diberi naungan.
b) Penyemaian
1. Semaikan biji sawo yang sudah berkecambah (7-15 hari setelah
tahap
pengecambahan biji) pada bedengan penyemaian atau dalam polybag
sedalam 1-2 cm. Jarak semai antar biji yang disemai pada bedengan
penyemaian diatur 10 cm x 10 cm atau 15 cm x 15 cm. Penyemaian
dalam
polybag cukup diisi satu butir biji sawo tiap polybag.
2. Siram media dengan air bersih hingga cukup basah.
3. Biarkan biji tumbuh menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Tata laksana pemeliharaan bibit dalam tempat penyemaian adalah
sebagai
berikut:
a) Lakukan penyiraman secara kontinu tiap hari 1 kali sampai 2
kali, atau
tergantung pada cuaca dan keadaan media.
b) Pupuklah tanaman muda tiap 1 bulan sampai 3 bulan sekali dengan
pupuk NPK
(15-15-15 atau 16-16-16) sebanyak 10 gram sampai 25 gram, yang
dilarutkan
dalam 10 liter air untuk disiramkan pada media.
c) Lakukan penyemprotan pestisida bila ditemukan serangan hama dan
penyakit
dengan menggunakan dosis rendah (30-50% dari dosis anjuran).
d) Pindah tanamkan bibit dari bedengan persemaian secara cabutan
ke dalam
polybag, atau dari polybag lama ke polybag baru yang ukurannya
lebih besar.
e) Pelihara bibit sawo sampai cukup besar atau setinggi 50-100 cm
untuk siap
ditanam.
5) Pemindahan Bibit
Bibit sawo yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah
mencapai
ketinggian 50-100 cm.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan sawo harus memperhatikan faktor
kemudahan
transportasi dan sumber air.
2) Pembukaan Lahan
a) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan
alang-alang serta
menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu
besar.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Untuk tujuan mendapatkan buah yang banyak, menanam sawo di kebun
memang
lebih tepat. Penanaman tidak hanya dilakukan dengan satu atau dua
buah pohon,
tetapi dalam jumlah yang banyak.
Tanaman sawo di kebun dapat tumbuh besar dengan tajuk yang lebar.
Mengingat
hal ini maka penanaman sawo harus dilakukan dengan jarak yang
tidak terlalu
rapat antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lain. Jarak
tanam untuk
sawo yang dianggap cukup adalah 12 m x 12 m. Dengan jarak tanam
seperti ini,
antara tanaman sawo yang satu dengan yang lain tidak bersentuhan
yang dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan. Penanaman sebaiknya
dilakukan
pada waktu musim penghujan.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan
yang lebih
baik bagi bibit yang akan ditanam. Untuk itu tanah tempat
penanaman dalam
lubang tanam haru gembur karena sistem perakaran bibit yang masih
lemah.
Lubang tanam untuk sawo dapat dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x
60 cm.
Tanah galian bagian atas ± 30 cm dipisah
dengan tanah bagian bawah. Keduanya
kemudian dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 20 kg sampai rata.
Pupuk
kandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selama dua minggu
lubang tanam ini
dibiarkan terjemur sinar matahari.
Bila bibit telah siap, bisa langsung ditanam di lubang tanam.
Tetapi bila bibit belum
siap tanam, maka tanah galian bagian bawah dikembalikan ke bawah
dan tanah
galian atas dikembalikan ke bagian atas. Sebagai tanda bahwa di
tempat itu ada
lubang tanam, dapat ditandai dengan kayu yang ditancapkan pada
lubang
tersebut. Setelah bibit siap tanam maka lubang tanam digali lagi.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
3) Cara Penanaman
Sebelum ditanam, pembungkus (polybag) harus dilepas dengan
hati-hati agar
tanahnya tidak berantakan dan perakaran tidak rusak. Penanaman
dilakukan
sedalam leher akar tegak di tengah lubang tanam.Masukkan tanah
bagian atas
bekas galian lebih dahulu, baru disusul tanah bagian bawah bekas
galian. Tanah
di sekeliling akar tanaman dipadatkan agar tidak terjadi
rongga-rongga udara yang
dapat menyulitkan akar mencari makan.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Setelah satu bulan sampai dua bulan tanam, perlu dilakukan
penyiangan tanaman
sawo untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika
tanaman
sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika
tanaman masih
kecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan
tanaman sawo.
Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan.
Jika kelihatan
pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera
dibersihkan
dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan
sebaiknya
dilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan
pemberantasan benalu
pada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan.
2) Pembubunan
Pada saat melakukan penyiangan tanaman sawo, dapat juga dilakukan
pembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk
menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh
batang
tumbuhnya.
3) Pemupukan
Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gram
urea/pohon/tahun
sebelum tanaman sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk
merangsang
pertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang
berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.
Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun,
dilakukan
pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang
kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gram
per pohon tiap
tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan
KCl sebanyak
108 gram, 277 gram, dan 144 gram. Unsur P bagi tanaman berfungsi
untuk
mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga
bunga
dan buah supaya tidak mudah gugur.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2
kg/pohon tiap
tahun untuk tanaman sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea
dan NPK
yang diberikan, perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10
kg/pohon untuk
memperbaiki struktur tanah. Pemberian pupuk lanjutan tersebut
dilakukan dua kali
dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang
diberikan
setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang
digali di
bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan
kedalaman ± 10 cm.
Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan
ukuran 20
cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang.
4) Penyiraman
Pada awal tanaman sawo memulai kehidupannya, perlu dilakukan
penyiraman
paling sedikit dua minggu sekali jika tidak ada hujan. Pemberian
air pada tanaman
sawo perlu dilakukan sampai tanaman berumur 3-4 tahun. Semakin tua
tanaman,
semakin tahan terhadap kekeringan.
Kekurangan air pada waktu tanaman sawo sedang berbunga atau
berbuah dapat
menyebabkan bunga atau buah mudah gugut. Pemberian air yang baik
dan
teratur akan menghasilkan buah dengan jumlah dan kualitas yang
baik.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dengan pestisida atau insektisida dapat dilakukan
jika pada
tanaman sawo terdapat hama dan penyakit yang menyerangnya, yaitu:
a) Penyemprotan dengan insektisida jenis Agrothion 50 EC dengan
dosis 3-4
cc/liter air untuk membunuh lalat buah (Ceratitis capitata atau Dacus sp.).
b) Penyemprotan dengan insektisida jenis Diasinon 60 EC dengan
dosis 1-2
cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air untuk
membunuh kutu
hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan kutu coklat (Saissetia nigra)
yang menyerang ranting muda dan daun-daun tanaman sawo yang
menyebabkan ranting dan daun mengkerut, layu, kering, dan
terhambat
pertumbuhannya.
c) Penyemprotan dengan fungisida Cuspravit OB 21 dengan dosis 4
gram/liter air
setiap tiga minggu sekali untuk mengatasi dan mencegah serangan
jamur upas
yang disebabkan oleh jamur Corticium
salmonicolor.
d) Penyemprotan dengan fungisida Antracol 70 WP dengan dosis 2
gram/liter air
atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air untuk
mengatasi
penyakit jamur jelaga yang disebabkan oleh jamur Capnodium sp.
Penyemprotan dengan fungisida Dithane M-45 80 WP dengan dosis
1,8-2,4
gram/liter air untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur
Phytopthora valmivora Butl. Yang menyebabkan busuk buah
sawo.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
6) Pemangkasan
Jika dibiarkan tumbuh secara alami, tanaman sawo dapat mencapai
ketinggian 20
m. Pohon dengan ketinggian seperti itu akan menyulitkan dalam
pemetikan buah.
Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan
pemangkasan.
Pemangkasan juga bertujuan membentuk sistem percabangan yang baik
dan
kuat.
Ada dua tahap pemangkasan pada tanaman sawo, yaitu pemangkasan
bentuk
dan pemangkasan pemeliharaan.
a) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur tinggi rendah dan
bentuk tajuk
untuk memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan terhadap
hama
dan penyakit.
Pemangkasan pertama dilakukan ketika tanaman telah mencapai tinggi
100-
160 cm. Pemangkasan dilakukan pada musim penghujan dengan memotong
ujung batang hingga ketinggiannya tinggal 75-150 cm. Tempat
pemangkasan
harus sedikit di atas ruas batang. Untuk mencegah penyakit, luka
bekas
pangkasan dapat ditutup dengan cat meni atau parafin. Beberapa
hari setelah
pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru. Tiga dari tunas yang
tumbuh
sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer
dan tunas
lainnya dibuang.
Pemangkasan ke dua dilakukan pada awal musim penghujan berikutnya,
tunas
yang telah berumur satu tahun dipangkas lagi hingga panjangnya
tinggal 25-40
cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat
pemangkasan
ini akan muncul tunas-tunas baru. Tiga sampai empat tunas yang
sehat
dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain
dipotong.
Pemangkasan ke tiga yang merupakan pemangkasan terakhir dilakukan
pada
awal musim penghujan berikutnya, cabang-cabang sekunder dipotong
untuk
membentuk cabang-cabang tersier. Pemotongan dilakukan sampai
jumlah
cabang-cabang sekunder tinggal dua pertiganya. Setelah pemangkasan
ini
akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas dari
masing-masing cabang
sekunder dibiarkan tumbuh, yang lainnya dibuang setelah tumbuh sepanjang
10 cm.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk mencegah serangan
penyakit,
menumbuhkan tunas baru untuk mengganti cabang tua yang tidak
berproduktif
lagi, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat
dimasukkan
ke mahkota tajuk.
Dalam pemangkasan ini yang perlu dipangkas adalah cabang-cabang
air yaitu
cabang-cabang yang tumbuh lurus ke atas dengan kecepatan
pertumbuhan
lebih besar dibandingkan cabang-cabang lain. Warna cabang air ini
lebih muda
dengan jarak antar ruas cabang yang lebih panjang. Selain cabang
air yang
perlu dihilangkan adalah cabang yang tumbuh liar, cabang yang
sakit atau
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
rusak, dan cabang yang terlalu rendah. Pemangkasan pemeliharaan
ini dapat
dilakukan setiap saat jika diperlukan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Lalat buah(Dacus sp.)
Gejala: terdapat bintik-bintik kecil
berwarna hitam atau cokelat pada permukaan
kulit, tetapi dagin buah sudah membusuk. Pengendalian: (1) membersihkan
(sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2)
membungkus buah
sejak stadium muda; (3) memasang perangkap lalat buah yang
mengandung
bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik
bekas; (4)
menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur
dengan
insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman
dengan larutan
insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5%
pada fase
sebelum berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida
kontak, seperti
Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
2) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara menghisap
cairan
yang terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini
juga
menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan
jelaga.
Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida,
seperti Diasinon 60 EC dengan
dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter
air yang
disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.
7.2. Penyakit
1) Jamur upas
Penyebab: jamur Corticium salmonocolor. Spora dari jamur ini menular
kemanamana
oleh hembusan angin. Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, yaitu ditandai
dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera
atau perak.
pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo;
(2) Stadium
bongkol, yaitu stadium dimana jamur membentuk
gumpalan-gumpalan hifa di
depan lentisel; (3) Stadium corticium, yaitu stadium dimana jamur membentuk
kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi
lebih muda
lalu menjadi putih. Kerak yang terbentuk terdiri dari lapisan basidium yang pada
setiap basidiumnya terdapat basidiospora. Kulit tanaman sawo yang terdapat di
bawah kerak tersebut akhirnya busuk; (4) Stadium necator, yaitu stadium dimana
jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah. Piknidium ini terdapat
pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering. Pengendalian: (1) Pada stadium
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat
yang
terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan
cat meni, ter,
atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang
mengandung
tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4
gram/liter air
setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan
lagi; (3)
Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah
mencapai
stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan
pada bagian
yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong
kemudian
diolesi dengan fungisida dan dibakar.
2) Jamur jelaga
Penyebab: jamur Capnodium sp. Gejala: serangan jamur ini berupa warna hitam
seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Serangan lebih
lanjut dapat
menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo.Jika serangan jamur
ini
berjumlah banyak, proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu
sehingga
pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman
berbunga
dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang
terserang
adalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya
kualitas buah.
Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang
menghasilkan embun madu
terlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan
dengan fungisida
seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane
M-45 80 WP
dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
3) Busuk buah
Penyebab: jamur Phytopthora palmivora Butl. Gejala: mula-mula kulit buah
berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian
melebar dan
menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair,
serta
kadang-kadang buah berjatuhan (gugur). Pengendalian: (1) dengan cara
pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah
yang
terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP
dengan dosis
1,8 gr – 2,4 gram/liter air.
4) Hawar benang putih
Penyebab: jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass, yang tumbuh pada
permukaan batang dan cabang tanaman sawo. Gejala: daun-daun mengering dan
berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang
jamur
berwarna putih. Pengendalian: (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun,
memotong bagian tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan atau
menyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 14/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman sawo yang dikembangbiakkan dengan pencangkokan dapat
menghasilakan buah hanya sampai 3-5 tahun, sedangkan yang melalui
penyambungan antara 5-6 tahun.
Buah sawo kadang-kadang matang tidak serempak sehingga pemanenan
dilakukan
dengan bertahap dengan cara memilih buah yang sudah menunjukkan
ciri fisiologis
untuk dipanen (tua). Ciri-ciri buah sawo yang sudah tua adalah
ukuran buah
maksimal, kulit berwarna cokelat muda, daging buah agak lembek,
bila dipetik
mudah terlepas dari tangkainya, serta bergetah relatif sedikit.
Pemetikan buah yang
masih muda sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu yang lama
untuk
pemeramannya dan rasa buah tidak manis (sepat).
8.2. Cara Panen
Umumnya pohon sawo cukup tinggi, buahnya terdapat di ujung batang
muda yang
jumlahnya hanya sedikit, sehingga untuk mengetahui buah yang cukup
tua sangat
sulit. Oleh karena itu, pemanenan dilakukan dengan cara memanjat
pohon. Apabila
belum mencapai buahnya, dapat disambung dengan galah. Namun
penggunaan
galah ini sering menyebabkan buah jatuh dan pecah.
Pada buah yang jatuh tetapi tidak pecah, akan terjadi penggumpalan
getah di sekitar
bijinya. Ada anggapan bahwa penggumpalan getah ini disebabkan
karena buah
terserang penyakit. Walapun terdapat gumpalan getah di sekitar
biji, tetapi tidak
mengurangi rasa manis buah sawo tersebut.
Untuk menjaga agar buah tidak pecah sewaktu dipetik, sebaiknya
sebelum
pemetikan, pada bagian bawah pohon diberi jaring agar buah tidak
langsung jatuh ke
tanah dan sebaiknya pemetikan dilakukan sebelum buah terlalu tua.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Setelah semua buah yang sudah tua dipanen, kemudian dilakukan
pengumpulan
buah-buah tersebut. Kumpulkan buah-buah tersebut dalam suatu wadah
atau
tempat, setelah semua terkumpul, kemudian dilakukan pencucian
untuk
menghilangkan kulit yang kasar atau kulit gabusnya.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 15/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Penyortiran dan penggolongan buah sawo hasil panen dilakukan untuk
memisahkan
buah yang baik dari yang jelek dan memisahkan buah yang berukuran sama.
Untuk
buah yang sudah sangat rusak, sebaiknya dibuang, tetapi buah yang
rusak sedikit
dapat dipisahkan untuk dijual ketempat yang dekat dengan harga
murah.
9.3. Penyimpanan
Buah sawo yang sudah diberi perlakuan (pencucian dan pengasapan)
mempunyai
kulit yang sangat tipis sehingga mudah rusak dan tidak tahan lama
dalam
penyimpanannya. Ada beberapa cara penyimpanan agar buah lebih
tahan lama,
salah satunya dengan mengatur temperatur ruang penyimpanan.
Buah sawo yang masak bila disimpan dalam temperatur ruang hanya
tahan 2 hari
sampai 3 hari, tetapi bila dalam ruangan yang mempunyai temperatur
0 derajat C,
buah sawo tetap dalam keadaan baik selama 12 hari sampai 14 hari.
Kelembaban
(nisbi) yang dibutuhkan dalam ruang penyimpanan adalah 85-90%.
Buah sawo yang
yang belum masak akan tahan disimpan selama 17 hari dalam ruangan
yang
bertemperatur 15 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
1) Pengemasan
Pengemasan buah-buahan di Indonesia, masih menggunakan keranjang
bambu.
Bentuk dan kapasitasnya bervariasi, biasanya kapasitas kemasan
antara 40 kg
sampai 100 kg. Dalam pengemasan buah digunakan bahan-bahan
pembantu,
misalnya daun kering, daun pisang, merang, dan kertas koran.
2) Pengangkutan
Umumnya, petani penghasil buah di Indonesia mengangkut hasil
panennya
dengan kreativitas sendiri. Pengangkutan hasil ini dalam volume
kecil, yaitu dari
ladang ke tempat penampungan, pembeli, atau ke pusat-pusat
pengumpul
sehingga pemasaran tahap pertama dapat berlangsung.
9.5. Pengasapan dan Pemeraman
Pengasapan dan pemeraman dilakukan agar buah cepat masak dan
empuk. Tata
laksana pengasapan dan pemeraman adalah sebagai berikut:
1) Buat lubang pada tanah berbentuk segi empat. Ukuran lubang
disesuaikan
dengan jumlah buah sawo.
2) Hamparkan dan gamal (Glyricidae) atau daun pisang di bagian dasar dan semua
sisi lubang.
3) Masukkan buah sawo secara teratur ke dalam lubang, kemudian
tutup dengan
daun gamal atau daun pisang.
4) Masukkan potongan bambu gelondongan untuk menghembuskan asap ke
dalam
lubang.
5) Timbun lubang tanah hingga cukup tebal.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
6) Bakar dedaunan kering, lalu asapnya diarahkan ke dalam lubang
melalui
potongan bambu.
7) Tutup atau ambil gelondongan bambu.
8) Biarkan buah sawo diperam selama sehari semalam.
9.6. Penanganan Lain
Buah sawo dapat diawetkan dalam air gula atau dibuat selai untuk
pengoles roti, dan
dapat juga dibuat serbat atau dicampur ke dalam es krim. Sari buah
sawo dapat
digodok menjadi sirup dan difermentasikan menjadi anggur dan cuka.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sawo dalam lima tahun pertama seluas
0,5 ha di daerah
Bogor pada tahun 1999.
1) Biaya produksi lima tahun pertama
1. Nilai tanah : 1/2 ha, @ m2 x Rp. 10.000,- Rp. 5.000.000,-
2. Nilai sarana produksi
- Bibit: 35 batang @ Rp. 12.000,- Rp. 420.000,-
- Pupuk kandang: 1500 kg @ Rp. 100,- Rp. 150.000,-
- Urea: 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 240.000,-
- NPK: 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 240.000,-
- Hormon/mineral: 40 liter @ Rp. 3.500,- Rp. 140.000,-
- Insektisida: 35 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 175.000,-
- Fungisida: 35 liter @ Rp. 5.000,- Rp. 175.000,-
3. Nilai bangunan dan alat/perkakas
- Bangunan dan sumur @ Rp. 7.500,- Rp. 2.000.000,-
- Alat semprot: 2 unit @ Rp. 4.000,- Rp. 150.000,-
- Cangkul: 2 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 10.000,-
- Sabit: 2 buah @ Rp. 3.500,- Rp. 7.000,-
- Garpu: 2 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 6.000,-
- Golok: 2 buah @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
- Gunting pangkas: 3 buah @ Rp. 5.000,- Rp. 15.000,-
- Gergaji pangkas: 2 buah @ Rp. 6.000,- Rp. 12.000,-
- Ember: 5 buah @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
4. Tenaga kerja tetap
- Upah 12 x 2 orang @ Rp. 250.000,- Rp. 6.000.000,-
- Pakaian 2 x 2 x Rp. 100.000,- Rp. 400.000,-
- THR 2 x Rp. 250.000,- Rp. 500.000,-
5. Tenaga kerja lepas
- Buat lubang tanam 15 OH Rp 10.000,- Rp. 150.000,-
- Pupuk dan tanam 25 OH Rp 10.000,- Rp. 250.000,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 17/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Jumlah seluruh investasi Rp. 16.070.000,-
2) Penerimaan dan keuntungan
1. Penerimaan th. ke-4 produk ke-1:
50%x35x60 kg x Rp.6.000,- Rp. 6.300.000,-
Keuntungan: - Rp. 15.770.000,-
2. Penerimaan th. ke-5 produk ke-2: 50%x
35 x 80 kg x Rp.6.000,-Rp. 8.400.000,-
Keuntungan: - Rp. 8.870.000,-
3. Penerimaan th. ke-6 produk ke-3: 50%x
35 x 120 kgx Rp.6.000 Rp. 12.600.000,-
Keuntungan: Rp. 2.230.000,-
3) Break Event Point BEP Rp. 166.666.666.7
4) R/C Rasio = Jumlah Penerimaan / Jumlah Biaya = 0,33
Catatan:
Biaya perawatan setiap tahun kurang lebih sekitar = Rp 1.500.000,-
Pada tahun ke-6 keuntungan sudah dapat menutupi investasi yang
dikeluarkan
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Permintaan buah-buahan umumnya meningkat dengan makin meningkatnya
pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa pertanaman buah-buahan
memberikan
keuntungan dan peluang bisnis yang baik. Beberapa hal yang
mendorong usaha
pengembangan pertanaman buah-buahan antara lain sebagai berikut:
a) Harga buah cukup baik, terutama di kota-kota besar dan jarang
mengalami
penurunan harga.
b) Makin banyak sarana perhubungan, maka jalur pemasarannya makin
lancar.
c) Adanya pengembangan industri pengolahan buah-buahan.
d) Sarana teknologi yang tersedia, misalnya pupuk dan obat-obatan.
Buah sawo di Indonesia sampai saat ini belum banyak diekspor ke
luar negeri. Hasil
panennya hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri saja.
Sebenarnya
perkembangan produksi buah sawo cenderung mengalamai peningkatan,
tetapi
semua itu belum dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan
masyarakat. Dengan
demikian masih dibutuhkan investor yang mau menanamkan modalnya
untuk
perluasan tanaman sawo.
Peluang bisnis buah sawo sangat besar karena konsumsi buah-buahan
berkembang
dengan pesatnya. Untuk penduduk DKI Jakarta saja, konsumsi buah
pada tahun
1988 sebanyak 8.438 orang dan telah berkembang menjadi 13.745
orang pada
tahun 1993. Apalagi begitu mudahnya menanam sawo dan dapat
menghasilkan
buah sepanjang tahun.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 18/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar mutu: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,
cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
…
11.4.Pengambilan Contoh
Satu Partai/lot mangga terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara
acak dari jumlah kemasan dalam 1 partai/lot seperti terlihat
dibawah ini:
a) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot sampai dengan 100 : contoh
yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 101–300: contoh yang diambil
7.
c) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 301–500: contoh yang diambil
9.
d) Jumlah kemasan dalam 1 partai/lot 501–1000: contoh yang diambil
10.
11.5.Pengemasan
Pengemasan buah sawo dalam peti kayu, berat bersih setiap peti
kayu maksimum
25 kg, susunan buah dalam peti kayu kompak dengan setiap buah yang
diberi
pembungkus/ penyekat, atau kotak kotoran diberi penyekat dan
lobang udara,
susunan buah dalam kotak karton satu lapis dengan berat bersih
kotak karton
maksimum 10 kg.
Untuk pemberian merek di bagian luar kotak kayu di beri label yang
dituliskan antara
lain:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/kode perusahaan/eksportir.
d) Berat bersih.
e) Produksi Indonesia.
f) Tempat/negara tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Pracaya. 1991. Hama
dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar
Swadaya
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 19/ 19
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Rahardi, F. 1990. ‘Trend Baru Pohon Sawo dalam
Pot’, Trubus (Agustus) No. 249
Th. XXI
3) Tim Penulis PS. 1993. Menanam Sawo di Pot dan di
Kebun. Jakarta : PT.
Penebar Swadaya
4) Wudianto, Rini. 1987. Membuat Cangkok, Stek, dan
Okulasi . Jakarta : PT.
Penebar Swadaya
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar