PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami
dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk memberikan manfaat yang
lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan
berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan
usaha jamur tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa
pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan
potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang
relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama
sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha.
Budidaya jamur tiram putih yang
bernama latin Pleurotus ostreatus ini masih tergolong baru. Di
Indonesia budidaya jamur tiram mulai dirintis dan diperkenalkan kepada para
petani terutama di Cisarua, Lembang, Jawa Barat pada tahun 1988, dan pada waktu
itu petani dan pengusaha jamur tiram masih sangat sedikit. Sekitar
tahun 1995, para petani di kawasan Cisarua, yang semula merupakan petani bunga,
peternak ayam dan sapi mulai beralih menjadi petani jamur tiram meski masih
dalam skala rumah tangga. Dalam perkembangannya, beberapa industri
berskala rumah tangga bergabung hingga terbentuk CV dan memiliki badan hukum.
Jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk
dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram
juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak
19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %.
Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1,
riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam
mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang.
Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram,
lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur
masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan
bahan pangan masa depan.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam
pengobatan, seperti :
·
Dapat menurunkan tingkat kolesterol
dalam darah.
·
Memiliki kandungan serat mulai 7,4 %
sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
·
Antitumor, antioksidan, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki prospek
ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan
dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi
masyarakat akan jamur tiram cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak
diperlukan dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu,
khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum
untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80
– 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung,
aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih.
Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya
jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
v Budidaya jamur tiram
memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan
pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi
jamur tiram.
v Jamur tiram merupakan salah
satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana.
Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh
seperti serbuk gergaji, dedak dan kapur, sementara proses budidaya sendiri
tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya.
v Membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar pertanian jamur tiram.
v Media pembelajaran yang
bertanggung jawab bagi penulis dalam memasuki dunia bisnis.
Visi
Menjadi industri budidaya jamur
tiram yang memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam negeri khususnya daerah Bandung
sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.
Misi
·
Meningkatkan taraf hidup petani
dengan menghasilkan jamur berkualitas baik.
·
Memperkenalkan jamur tiram secara
luas kepada masyarakat melalui pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan
kesegaran) dan pendekatan pelayanan konsumen.
·
Membuka pelatihan budidaya jamur
tiram kepada masyarakat secara luas
·
Mensosialisasikan manfaat jamur
tiram bagi kesehatan masyarakat sekitar Bandung pada khususnya dan Indonesia
pada umumnya.
ANALISIS PASAR
Deskripsi produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan
berupa :
-
Jamur Tiram segar
-
Produk turunan Jamur Tiram seperti kripik jamur, jamur goreng tepung, jamur
siap masak dalam kemasan plastik, dll.
Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung telah memiliki pasar yang jelas. Hampir semua petani
jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi
jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan
tanaman sayuran lainnya. Hal ini diperkuat dengan beberapa alasan sebagai
berikut:
1.
Permintaan jamur tiram di daerah
Bandung dan sekitarnya mencapai 7 -10 ton /hari. Adapun produksi jamur tiram
baru mencapai 2,5 – 3 ton /hari. Ini berarti terdapat gap sebesar 4 – 7
ton/hari, yang sedikitnya dapat diisi dalam rencana budidaya jamur tiram ini.
2.
Pasar jamur tiram saat ini telah
meluas di sekitar Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten sehingga diperlukan
produksi jamur tiram dalam skala besar.
3.
Masyarakat semakin sadar pentingnya
mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.
4.
Jamur saat ini dikonsumsi sebagai
pengganti daging selain dari beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan
pangan organik.
Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target ‘market’ usaha ini adalah
konsumen jamur dari ‘house need’ sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih
tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada
umumnya dan beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar
akan jamur tiram masih tergolongkan pada secondary goods, namun
permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang
kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih minim
dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan
restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor
‘satisfaction’ penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran,
layanan purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.
Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran
produk difokuskan pada pasar domestik, ‘traditional market’, dan
‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan
akan dipasarkan ke / melalui :
1.
Agen baik dalam skala besar maupun
kecil, yang selanjutnya akan dikirim ke berbagai wilayah Bandung dan sekitarnya
maupun luar Bandung seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Cibitung, dll.
2.
Pasar tradisional Bandung dan
sekitarnya. Sebagai gambaran, permintaan pasar induk seperti pasar
Caringin atas produk jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk skala
produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui
pasar induk.
3.
Pasar swalayan, restoran, dan hotel.
Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila
produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah memadai.
Proyeksi Pengembangan Usaha
Usaha ini diorientasikan sebagai
usaha kecil menurut banyak pakar ekonomi, namun usaha tersebut dipandang
sebagai tulang punggung dalam salah satu pemulihan ekonomi Indonesia. Untuk itu
pengembangan budidaya jamur ini akan dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap
industri kecil awal, tahap industri kecil lanjut, dan tahap industri menengah.
Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
A. Tahap Industri Kecil Awal
·
Tahap ini merupakan langkah awal
menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan kokoh
·
Menerapkan
standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
·
Penyempurnaan
sistem produksi, keuangan dan distribusi.
·
Penambahan
tenaga kerja.
·
Pencarian
investor
Tahap
industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil
yang kokoh. Investasi yang dibutuhkan untuk tahap industri kecil awal
diperkirakan berkisar antara 25 hingga 100 juta rupiah.
B. Tahap Industri Kecil Lanjut
Tahap
ini merupakan pengembangan dari tahap industri kecil awal. Setelah kebutuhan
dana mencukupi, dan seluruh kekurangan telah dapat diatasi, maka dimulailah
industri kecil lanjut yang ditargetkan untuk memiliki perijinan dan pembentukan
badan usaha. Industri ini diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja, mulai
dari pekerja kasar di bagian produksi hingga profesional di bidang pemasaran, R
& D dan administrasi.
Tahap
industri kecil lanjut ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri
menengah nasional yang produksinya diperkirakan mencapai sedikitnya 100.000
baglog produksi per musim. Tahap industri kecil lanjut itu sendiri
diharapkan mampu memproduksi hingga 9 ton per bulan. Investasi yang dibutuhkan
untuk tahap industri kecil lanjut ini diperkirakan berkisar antara 150 hingga
200 juta rupiah.
C. Tahap Industri Menengah Nasional
Secara
umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari
sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup
kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan mampu menyerap
sedikitnya 50 tenaga kerja. Investasi yang diperlukan masih dalam analisis.
ANALISIS
OPERASIONAL
Lokasi
Produksi
Lokasi
usaha terletak di Desa kertawangi, Cisarua. Daerah ini merupakan
sentra jamur tiram di Bandung.
Kapasitas
Produksi
Diperkirakan
dalam tahap awal memproduksi sekitar 20.000 baglog. Produksi dilakukan 4 kali
dalam seminggu, satu minggu dihasilkan rata-rata 6000 baglog produksi.
Proses
Produksi
Proses
produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Investasi Yang Dibutuhkan
Investasi
awal yang dibutuhkan adalah sebesar 30 – 100 juta rupiah. Investasi diperoleh
dari beberapa investor.
Rancangan produksi
Sebagai
gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung dan
kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia sehingga investasi
yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional usaha.
Gambar kumbung pemeliharaan
Skema kumbung pemeliharaan
Gambar
rak penyimpanan log.
Gambar skema rak penyimpanan log
Profil dan Struktur Kepengurusan
Struktur kepengurusan dibuat
sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus
memegang jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :
·
Satu orang Manajer Utama merangkap
Manager Pemasaran bertugas mengelola perusahaan
secara umum. Sebagai seorang Manager Pemasaran, ia pun bertugas membuka pasar,
melakukan negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan
sampai ke konsumen tanpa masalah.
·
Satu orang Manajer Operasional
Harian merangkap Manager Produksi.Direktur Operasional dan Manajer
Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan,
melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.
·
Satu orang Manajer Keuangan. Manajer
Keuangan bertugas melakukan analisis keuangan dan memiliki
pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian
keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga
berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara
bertahap.
Dalam target jangka panjang, setelah
memasuki tahap industri menengah, susunan kepengurusan akan disempurnakan
dengan penambahan pengurus baru dan tidak ada lagi jabatan rangkap. Divisi
produksi akan diorientasikan sebagai divisi padat karya, sehingga mampu
menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja terlatih akan direkrut dari lulusan
yang cakap dan ulet, dan tenaga pemasaran akan ditambah sesuai dengan kapasitas
produksi berjalan.
ANALISIS
KEUANGAN
A. Analisis Biaya dan
Pendapatan (Skala Produksi 18000 log)
1. Modal
tetap
2. Biaya
Penyusutan
Nilai
ekonomis lahan dan peralatan : 2 tahun
Rp.
5.000.000
:
4
= Rp.
1.250.000
3. Modal
kerja (Biaya operasional)
a.
Bahan baku untuk 18000 log
b.
Gaji pegawai
Jumlah
total per musim = Rp.3.000.000,00
c. Utilitas
4.
Total Modal = Modal tetap +modal Kerja
=
Rp. 5.000.000 + Rp. 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000
=
Rp. 26.645.000
5.
Pendapatan kotor
Produksi
jamur (kegagalan 20%) = 14.400 log x 0,5 kg
= 7.200 kg
7.200
kg @
5000
= Rp. 36.000.000
6.
Biaya Produksi = Biaya penyusutan + modal kerja
=
Rp. 1.250.000 + 18.395.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 250.000
=
Rp. 22.895.000
7.
Pendapatan bersih (Net Profit)
= pendapatan kotor – biaya produksi
=
Rp. 36.000.000 – Rp. 22.895.000
=
Rp. 13.105.000
B.
Break Event Point
BEP
Produksi
= Total
biaya produksi / harga satuan
=
22.895.000 / 5000
=
4579 kg
Artinya
budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian
bila jumlah produksi sebesar 4579 kg
BEP
Harga
= Total biaya produksi / jumlah produksi
=
22.895.000 / 7200
=
Rp. 3179,86
Artinya
usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila harga
jual Rp. 3179,86 per kilo
C.
Benefit Cost Ratio
BC
Ratio
= Rp. 13.105.000 / Rp. 26.645.000 = 0,5
Artinya
pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur adalah 0,5
di atas total biaya.
D.
Masa Pengembalian Modal
Masa
pengembalian modal = Rp.
13.105.000 + Rp. 1.250.000 x 100% Rp.26.645.000
=
53,88 %
E.
Pembagian keuntungan
Pembagian
keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan
sosial
: 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Pengembangan
usaha : 25 % profit
Pengelola
: 20 % profit
Dividen
investor
: 50 % profit (20% profit share ;
30% pengembalian modal)
PENUTUP
Demikian proposal pengembangan usaha
jamur tiram ini penulis susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang
pemasaran, operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur
tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk dikembangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar