S A L A K
1. SEJARAH SINGKAT
Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai
prospek baik untuk diusahakan. Daerah
asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada
pula yang mengatakan bahwa tanaman salak
(Salacca
edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji
salak
dibawa oleh para saudagar hingga
menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai
ke Filipina, Malaysia, Brunei dan
Muangthai.
2. JENIS TANAMAN
Di dunia ini dikenal salak liar,
seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S.
magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu,
masih dikenal salak liar lainnya
seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang
juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar
(populer di
Thailand) sebagai pembuat masam segar
pada masakan. Kumbar ini tidak berduri,
bunganya berumah 2 (dioeciious).
Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
monokotil, daun-daunnya panjang
dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang
disebut lidi. Seluruh bagian daunnya
berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan
meninggi sampai 3 m atau lebih,
akhirnya roboh tidak mampu membawa
beban mahkota daun terlalu berat
(tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).
Banyak varietas salak yang bisa
tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah
terasa manis, Varietas unggul yang
telah dilepas oleh pemerintah untuk
dikembangkan ialah: salak pondoh,
swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan
lain-lain. Sebenarnya jenis salak
yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang
menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3
butir,
salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir,
dan salak
Padang Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis
salak
itu mempunyai nilai komersial yang
tinggi.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah salak hanya dimakan segar atau
dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini
manisan salak dibuat beserta
kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat
digunakan untuk bahan bangunan atau
kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai
buah meja. Buah segar yang
diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau
telah dilepas (petilan). Buah salak
yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya
untuk dibuat manisan.
4. SENTRA PENANAMAN
Tanaman salak banyak terdapat di DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera
Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan
Barat.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Tanaman ssalak sesuai bila ditanam
di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan
Cbc. A berarti jumlah bulan basah
tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun
dan C : 5-7 bulan/tahun.
2) Salak akan tumbuh dengan baik di
daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun
200-400 mm/bulan. Curah hujan
rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah
tergolong dalam bulan basah. Berarti
salak membutuhkan tingkat kebasahan atau
kelembaban yang tinggi.
3) Tanaman salak tidak tahan terhadap
sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup
50-70%, karena itu diperlukan adanya
tanaman peneduh.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi,
tetapi tidak tahan genangan air.
5.2. Tanah
1) Tanaman salak menyukai tanah yang
subur, gembur dan lembab.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang
cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5.
Kebun salak tidak tahan dengan
genangan air. Untuk pertumbuhannya
membutuhkan kelembaban tinggi.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian
tempat 100-500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak
adalah penggunaan bibit unggul dan
bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman
tahunan, karena itu kesalahan dalam
pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam
pengusahaannya, walaupun diberi
perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan
memberikan hasil yang diinginkan,
sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan
kembali karena adanya kerugian dalam
usaha tani. Untuk menghindari masalah
tersebut, perlu dilakukan cara
pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat
berasal dari biji (generatif) atau dari
anakan (vegetatif).
Pembibitan secara generatif adalah
pembibitan dengan menggunakan biji yang baik
diperoleh dari pohon induk yang
mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah,
berbuah sepanjang tahun, hasil buah
banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman
baik, tahan terhadap serangan hama
dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang
kurang menguntungkan.
Keuntungan perbanyakan bibit secara
generatif:
a) dapat dikerjakan dengan mudah dan
murah
b) diperoleh bibit yang banyak
c) tanaman yang dihasilkan tumbuh
lebih sehat dan hidup lebih lama
d) untuk transportasi biji dan
penyimpanan benih lebih mudah
e) tanaman yang dihasilkan mempunyai
perakaran kuat sehingga tahan rebah dan
kekeringan
f) memungkinkan diadakan perbaikan
sifat dalam bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara
generatif:
a) kualitas buah yang dihasilkan
tidak persis sama dengan pohon induk karena
mungkin terjadi penyerbukan silang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
b) agak sulit diketahui apakah bibit
yang dihasilkan jantan atau betina.
1) Persyaratan Bibit
Untuk mendapatkan bibit yang baik
harus dilakukan seleksi terhadap biji yang
akan dijadikan benih. Syarat-syarat
biji yang akan dijadikan benih :
a) Biji berasal dari pohon induk yang
memenuhi syarat.
b) Buah yang akan diambil bijinya
harus di petik pada waktu cukup umur.
c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85
%.
d) Besar ukuran biji seragam dan
tidak cacat.
e) Biji sehat tidak terserang hama
dan penyakit.
f) Benih murni dan tidak tercampur
dengan kotoran lain.
2) Penyiapan Bibit
a) Bibit dari Biji:
1. Biji salak dibersihkan dari
sisa-sisa daging buah yang masih melekat.
2. Rendam dalam air bersih selama 24
jam, kemudian dicuci.
b) Bibit dari Anakan:
1. Pilih anakan yang baik dan berasal
dari induk yang baik
2. Siapkan potongan bambu, kemudian
diisi dengan media tanah
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Bibit dari Biji:
1. Biji salak yang telah direndam dan
dicuci, masukkan kedalam kantong plastik
yang sudah dilubangi (karung goni
basah), lalu diletakkan di tempat teduh
dan lembab sampai kecambah berumur
20-30 hari
2. Satu bulan kemudian diberi pupuk
Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5
gram, tiap 2-3 minggu sekali
3. Agar kelembabannya terjaga,
lakukan penyiraman setiap hari
b) Bibit dari Anakan dengan pesemaian
bak kayu:
1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi
25 cm, lebar dan panjang disesuaikan
dengan kebutuhan
2. Diisi dengan tanah subur dan
gembur setebal 15-20 cm
3. Diatas tanah diiisi pasir setebal
5-10 cm
4. Arah pesemaian Utara Selatan dan
diberi naungan menghadap ke Timur
5. Benih direndam dalam larutan
hormon seperti Atonik selama 1 jam,
konsentrasi larutan 0,01-0,02
cc/liter air
6. Tanam biji pada bak pesemaian
dengan jarak 10 x 10 cm
7. Arah biji dibenamkan dengan posisi
tegak, miring/rebah dengan mata tunas
berada dibawah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Untuk pembibitan dari biji, media
pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x
25 cm yang diisi dengan tanah campur
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Setelah bibit atau kecambah berumur
20-30 hari baru bibit dipindahkan ke polibag.
Pembibitan dengan sistem anakan,
bambu diletakkan tepat di bawah anakan
salak, kemudian disiram setiap hari.
Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dan
anakan dipisahkan dari induknya,
kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea,
TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali
sebanyak 1 sendok teh.
5) Pemindahan Bibit
Untuk bibit dari biji, setelah bibit
salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan
pertanian. Untuk persemaian dari
anakan, setelah 6 bulan bibit baru bisa
dipindahkan ke lapangan.
6.2. Pengolahan Lahan
1) Persiapan
Penetapan areal untuk perkebunan
salak harus memperhatikan faktor kemudahan
transportasi dan sumber air.
2) Pembukaan Lahan
a) Membongkar tanaman yang tidak
diperlukan dan mematikan alang-alang serta
menghilangkan rumput-rumput liar dan
perdu dari areal tanam.
b) Membajak tanah untuk menghilangkan
bongkahan tanah yang terlalu besar.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30
x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4
m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran
lubang dapat juga dibuat 50 x 50 x 40 cm,
dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4
m. Setiap lubang diberi pupuk kandang
yang telah jadi sebanyak 10 kg.
2) Cara Penanaman
Biji ditanam langsung dalam lubang
sebanyak 3- 4 biji per lubang. Sebulan
kemudian biji mulai tumbuh
3) Lain-lain
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
Untuk menghindari sinar matahari
penuh, tanaman salak ditanam di bawah
tanaman peneduh seperti tanaman
kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya.
Apabila lahan masih belum ada tanaman
peneduh, dapat ditanam tanaman
peneduh sementara seperti tanaman
pisang. Jarak tanam pohon peneduh
disesuaikan menurut ukuran luas tajuk
misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x
10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12
x 12 m.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Setelah selesai ditanam, tanaman
salak perlu dipelihara dengan benar dan teratur
sehingga diperoleh produksi kebin
yang baik dan produktif. Pemeliharaan ini
dilakukan sampai berakhirnya masa
produksi tanaman salak.
1) Penjarangan dan Penyulaman
Untuk memperoleh buah yang berukuran
besar, maka bila tandan sudah mulai
rapat perlu dilakukan penjarangan.
Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan
ke 4 atau ke 5.
Penyulaman dilakukan pada tanaman
muda atau yang baru ditanam, tetapi mati
atau pertumbuhannya kurang bagus atau
kerdil, atau misalnya terlalu banyak
tanaman betinanya. Untuk keperluan
penyulaman kita perlu tanaman cadangan
(biasanya perlu disediakan 10%) dari
jumlah keseluruhan, yang seumur dengan
tanaman lainnya. Awal musim hujan
sangat tepat untuk melakukan penyulaman.
Tanaman cadangan dipindahkan dengan
cara putaran, yaitu mengikutsertakan
sebagian tanah yang menutupi daerah
perakarannya. Sewaktu membongkar
tanaman, bagian pangkal serta
tanahnya kita bungkus dengan plastik agar akarakar
di bagian dalam terlindung dari
kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.
2) Penyiangan
Penyiangan adalah membuang dan
memebersihan rumput-rumput atau tanaman
pengganggu lainnya yang tumbuh di
kebun salak. Tanaman pengganggu yang
lazim di sebut gulma ini bila tidak
diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman
salak dalam memperebutkan unsur hara
dan air.
Penyiangan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit
ditanam, penyiangan berikutnya
dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman
berumur setahun. Setelah itu
penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali
atau 2 kali dalam satu tahun,
dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
3) Pembubunan
Sambil melakukan penyiangan,
dilakukan pula penggemburan dan pembumbunan
tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini
dilakukan untuk menghemat ongkos kerja
juga untuk efisiensi perawatan. Tanah
yang digemburkan dicangkul membentuk
gundukan atau bumbunan yang berfungsi
untuk menguatkan akar dan batang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
tanaman salak pada tempatnya.
Bumbunan jangan sampai merusak parit yang
ada.
4) Perempalan dan Pemangkasan
Daun-daun yang sudah tua dan tidak
bermanfaat harus dipangkas. Juga daun
yang terlalu rimbun atau rusak
diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak
harus dijarangkan, terutama mendekati
saat-saat tanaman berbuah (perempalan).
Dengan pemangkasan, rumpun tanaman
salak tidak terlalu rimbun sehingga
kebun yang lembab serta pengap akibat
sirkulasi udara yang kurang lancar
diperbaiki. Pemangkasan juga membantu
penyebaran makanan agar tidak hanya
ke daun atau bagian vegetatif saja,
melainkan juga ke bunga, buah atau bagian
generatif secara seimbang.
Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan
sekali, tetapi pada saat mendekati masa
berbunga atau berbuah pemangkasan
kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1
kali.
Apabila dalam rumpun salak terdapat
beberapa anakan, lakukanlah pengurangan
anakan menjelang tanaman berbuah.
Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1
atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal
3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari
itu anakan akan mengganggu
produktivitas tanaman.
Pemangkasan daun salak sebaiknya
sampai pada pangkal pelepahnya. Jangan
hanya memotong setengah atau sebagian
daun, sebab bagian yang disisakan
sebenarnya sudah tidak ada gunanya
bagi tanaman.
Pemangkasan pada saat lewat panen
harus tetap dilakuakan. Alat pangkas
sebaiknya menggunakan golok atau
gergaji yang tajam. Pemangkasan yang
dilaksanakan pada waktu dan cara yang
tepat akan membantu tanaman tumbuh
baik dan optimal.
5) Pemupukan
Semua bahan yang diberikan pada
tanaman dengan tujuan memberi tambahan
unsur hara untuk memperbaiki
pertumbuhan dan produksi tanaman disebut
pupuk. Ada pupuk yang diberikan
melalui daerah perakaran tanaman (pupuk
akar). Pupuk yang diberikan dengan
cara penyemprotan lewat daun tanaman
(pupuk daun). Jenis pupuk ada 2
macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah
dan sebagainya. Pupuk anorganik
adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil,
Gandasil, Super Fosfat, Bay folan,
Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik
yang sering diberikan ke tanaman
salak adalah pupuk kandang.
Umur tanaman :
a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk
kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl
5 gram.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10
gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.
c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15
gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.
d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20
gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.
6) Pengairan dan Penyiraman
Air hujan adalah siraman alami bagi
tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan
agar sesuai dengan yang dibutuhkan
tanaman. Air hujan sebagian besar akan
hilang lewat penguapan, perkolasi dan
aliran permukaan. Sebagian kecil saja
yang tertahan di daerah perakaran,
air yang tersisa ini sering tidak memenuhi
kebutuhan tanaman. Dalam budidaya
salak, selama pertumbuhan, kebutuhan
akan air harus tercukupi, untuk itu
kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan
jumlah yang sesuai.
7) Pemeliharaan Lain
Setelah ditanam di kebun kita buatkan
penopang dari bambu atau kayu untuk
menjaga agar tanaman tidak roboh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu wol /putih (Cerataphis sp.)
Hama ini bersembunyi di sela-sela
buah.
2) Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)
3) Kumbang penggerek batang
Menyerang ujung daun yang masih muda
(paling muda), kemudian akan masuk
ke dalam batang. Hal ini tidak
menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan
tumbuh anakan yang banyak di dalam
batang tersebut. Pengendalian: dimatikan
atau dengan cara meneteskan larutan
insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc
per liter pada ujung daun yang
terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam
hal ini diusahakan insektisida dapat
masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.
Memasukkan kawat yang ujungnya lancip
ke dalam lubang yang dibuat kumbang
hingga mengenai hama.
4) Babi hutan, tupai, tikus dan luwak
Pengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan
penembakan khusus, atau memagari
kebun salak dengan salak-salak jantan
yang rapat. Akan lebih baik lagi
kalau memagari kebun salak dengan kawat
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
berduri; (2) untuk memberantas Tikus,
digunakan Zink phosphit, klerat dan lainlain;
(3) untuk memberantas Luwak dan
Tupai, dapat digunakan umpan buah
pisang yang dimasuki Furadan 3 G.
Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih
0,5 gram Furadan dimasukkan ke
dalamnya, kemudian buah pisang tersebut
dijahit dan dijadikan umpan.
7.2. Penyakit
1) Penyakit yang sering menyerang
salak adalah sebangsa cendawan putih,
Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi
menurun, karena warna kulit salak
jadi tidak menarik. Pengendalian: mengurangi
kelembaban tanah, yaitu mengurangi
pohon-pohon pelindung.
2) Noda hitam
Penyebab: cendawan Pestalotia sp. Gejala: adanya bercak-bercakhitam pada
daun salak.
3) Busuk merah (pink)
Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor. Gejala: adanya pembusukan pada
buah dan batang. Pengendalian: tanaman yang sakit dan daun yang
terserang
harus dipotong dan dibakar di tempat
tertentu.
7.3. Gulma
Di beberapa tempat di Pulau Jawa,
lahan salak dibangun di bekas persawahan.
Sehingga otomatis gulma yang merajai
kebun adalah gulma-gulma yang biasa
terdapat di sawah. Karena lahan sawah
yang biasa tergenang air dikeringkan dan
dibumbun tanahnya maka gulma yang
mampu bertahan adalah gulma berdaun
sempit dan tumbuh menjalar yang
sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yang
berbatang kurus tegak, berdaun
panjang yang umumnya di persawahan kurang
mampu bertahan. Itulah sebabnya
mengapa gulma di lahan bekas persawahan
relatif lebih sedikit. Pengendalian
secara manual dengan dikored atau dicangkul pun
sudah memadai.
Pemberantasan gulma secara kimia di
kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan.
Untuk lahan yang tidak seberapa luas,
para petani masih menggunakan cara manual
(mencabuti rumput-rumputan dengan
tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan
salak cukup luas, serta baru dibuka,
gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan
sulit diberantas hanya dengan cara
manual. Untuk situasi seperti ini perlu
menggunakan herbisida, sebab biaya
tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih
cepat. Reaksi bahan kimia dalam
membunuh tanaman liar juga sangat cepat.
Herbisida memiliki pengruh negatif,
sebab racun yang dikandungnya dapat
membahayakan mahluk hidup lain
termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang
akan digunakan perlu sesuai dengan
jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
kurang tepat akan memboroskan biaya.
Gulma dari golongan rumput-rumputan
dapat dibasmi dengan herbisida
Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari
golongan teki-tekian dapat diberantas
dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmi
dengan Round-up atau Sun-up.
Sedangkan tanaman yang berdaun lebar dapat
diatasi dengan Fernimine. Ada juga
herbisida yang dapat memberantas beberapa
jenis gulma.
8. PANEN
Mutu buah salak yang baik diperoleh
bila pemanenan dilakukan pada tingkat
kemasakan yang baik. Buah salak yang
belum masak, bila dipungut akan terasa
sepet dan tidak manis. Maka pemanenan
dilakukan dengancara petik pilih, disinilah
letak kesukarannya. Jadi kita harus
benar-benar tahu buah salak yang sudah tua
tetapi belum masak.
8.1. Ciri dan Umur Panen
Buah salak dapat dipanen setelah
matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan
setelah bunga mekar (anthesis). Hal
ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit
buah merah kehitaman atau kuning tua,
dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit
buah (bagian buah yang meruncing)
terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang
sudah tua, menurut sumber lain
adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik
mudah terlepas dari tangkai buah dan
beraroma salak.
8.2. Cara Panen
Cara memanen: karena buah salak
masaknya tidak serempak, maka dilakukan petik
pilih. Yang perlu diperhatikan dalam
pemetikan apakah buah salak tersebut akan
disimpan lama atau segera dimakan.
Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan
pada saat buah salak tua (Jawa:
gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah
salak yang masir tidak tahan lama
disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan
cara memotong tangkai tandannya.
8.3. Periode Panen
Tanaman salak dalam masa panennya
terdapat 4 musim:
1) Panen raya pada bulan Nopember,
Desember dan Januari
2) Panen sedang pada bulan Mei, Juni
dan Juli
3) Panen kecil pada bulan-bulan
Pebruari, Maret dan April.
4) Masa kosong/istirahat pada
bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila
pada bulan-bulan ini ada buah salak
maka dinamakan buah slandren. Menurut
sumber lain panen besar buah salak
adalah antara bulan Oktober - Januari.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
8.4. Prakiraan Produksi
Dalam budidaya tanaman salak, hasil
yang dapat dicapai dalam satu musim tanam
adalah 15 ton per hektar.
9. PASCAPANEN
Seperti buah-buahan lainnya, buah
salak mudah rusak dan tidak tahan lama.
Kerusakan ditandai dengan bau busuk
dan daging buah menjadi lembek serta
berwarna kecoklat-coklatan. Setelah
dipetik buah salak masih meneruskan proses
hidupnya berupa proses fisiologi
(perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan
perombakan fungsional dengan adanya
pembusukan oleh jasad renik). Sehingga
buah salak tidak dapat disimpan lama
dalam keadaan segar, maka diperlukan
penanganan pascapanen.
9.1. Pengumpulan
Gudang pengumpulan berfungsi sebagai
tempat penerima buah salak yang berasal
dari petani atau kebun. Dalam gudang
pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading
dan pengemasan.
9.2. Penyortiran dan
Penggolongan
Sortasi/pemilihan bertujuan untuk
memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak
ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan
buah-buah dari berbagai bahan yang
tidak berguna seperti tangkai,
ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong
dengan pisau, sabit, gunting pangkas
tajam tidak berkarat sehinga tidak
menimbulkan kerusakan pada buah.
Grading/penggolongan bertujuan untuk:
a).mendapat hasil buah yang seragam
(ukuran dan kualitas)
b).mempermudah penyusunan dalam
wadah/peti/alat kemas
c).mendapatkan harga yang lebih
tinggi
d).merangsang minat untuk membeli
e).agar perhitungannya lebih mudah
f). untuk menaksir pendapatan
sementara.
Penggolongan ini dapat berdasarkan
pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak,
bebas dari penyakit dan ada tidaknya
cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam
kelas dan golongan sendiri-sendiri.
a. Salak mutu AA (betul-betul super,
kekuningan, 1kg= 12 buah)
b. Salak mutu AB (tidak terlalu
besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)
c. Salak mutu C (untuk manisan, 1kg =
25 - 30 buah)
d. Salak mutu BS (busuk atau 1/2
pecah), tidak dijual.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
9.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Tujuan pengemasan adalah untuk
melindungi buah salak dari kerusakan,
mempermudah dalam penyusunan, baik
dalam pengangkutan maupun dalam
gudang penyimpanan dan untuk
mempermudah perhitungan. Ada pengemasan
untuk buah segar dan untuk manisan
salak.
Pengemasan untuk buah segar:
a).alat pengemas harus berlubang
b).harus kuat, agar buah salak
terlindung tekanan dari luar
c).dapat diangkut dengan mudah
d).ukuran pengemas harus disesuaikan
dengan jumlah buah.
Pengemasan untuk manisan salak:
dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang
telah dipastursasi sehingga semua
mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim
dapat mati dan tidak akan menimbulkan
proses pembusukan. Untuk manisan yang
dikeringkan, umumnya dikemas dalam
plastik.
Pengangkutan merupakan mata rantai
penting dalam penanganan, penyimpanan
dan distribusi buah-buahan.
Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:
a) Pengangkutan harus dilakukan
dengan cepat dan tepat.
b) Pengemasan dan kondisi
pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya
mutu yang tinggi.
d) Harapan adanya keuntungan yang
cukup dengan menggunakan fasilitas
pengangkutan yang memadai.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Prakiraan anilisis budidaya salak
dengan luas lahan 1 ha selama masa produksi 5
tahun di daerah Jawa Barat tahun
1999.
1) Biaya produksi
1. Bibit
- Bibit salak 2.000 pohon/ha @ Rp
15.000,- Rp. 30.000.000,-
2. Pupuk
- Pupuk kandang 20 ton @ Rp.
150.000,- Rp. 3.000.000,-
- Urea tahun ke-1, 150 kg @ Rp.
1.500,- Rp. 225.000,-
- Urea tahun ke-2, 150 kg Rp.
225.000,-
- Urea tahun ke-3, 150 kg Rp.
225.000,-
- Urea tahun ke-4, 100 kg Rp.
150.000,-
- Urea tahun ke-5, 100 kg Rp.
150.000,-
- TSP tahun ke-1, 150 kg @ Rp.1.800,-
Rp. 270.000,-
- TSP tahun ke-2, 150 kg Rp. 270.000,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
- TSP tahun ke-3, 150 kg Rp.
270.000,-
- TSP tahun ke-4, 100 kg Rp.
180.000,-
- TSP tahun ke-5, 100 kg Rp.
180.000,-
- KCl tahun ke-1, 150 kg @ Rp.
1.650,- Rp. 247.500,-
- KCl tahun ke-2, 150 kg Rp.
247.500,-
- KCl tahun ke-3, 150 kg Rp. 247.500,-
- KCl tahun ke-4, 100 kg Rp.
165.000,-
- KCl tahun ke-5, 100 kg Rp.
165.000,-
3. Obat dan pestisida : tahun ke-1
s.d. tahun ke-5 Rp. 500.000,-
4. Peralatan Rp. 600.000,-
5. Tenaga kerja
- Penanaman Rp. 700.000,-
- Pengolahan tanah Rp. 1.400.000,-
- Penyulaman Rp. 105.000,-
- Penyiangan: tahun ke-1 s.d. tahun
ke-5 Rp. 315.000,-
- Pemangkasan tahun ke-1 s.d. tahun
ke-5 Rp. 210.000,-
- Pemberantasan hama/penyakit tahun
ke-1 s.d. th ke-5 Rp. 210.000,-
- Pemupukan tahun ke-1 s.d. tahun
ke-5 Rp. 420.000,-
- Panen dan pascapanen tahun ke-2 Rp.
525.000,-
- Panen dan pascapanen tahun ke-3 Rp.
700.000,-
- Panen dan pascapanen tahun ke-4 Rp.
700.000,-
- Panen dan pascapanen tahun ke-5 Rp.
875.000,-
Jumlah biaya produksi selama 5 tahun
Rp. 43.477.500,-
2) Pendapatan
1. Produksi tahun ke-2 rata-rata 1
kg/pohon @ Rp. 4.250,- Rp. 8.500.000,-
2. Produksi tahun ke-3 rata-rata 1,5
kg/pohon Rp. 12.750.000,-
3. Produksi tahun ke-4 rata-rata 1,5
kg/pohon Rp. 12.750.000,-
4. Produksi tahun ke-2 rata-rata 2
kg/pohon Rp. 17.000,000,-
Jumlah pendapatan selama 5 tahun Rp.
51.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan dalam 5 tahun Rp.
7.522.500,-
2. Keuntungan rata-rata per tahun Rp.
1.504.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. B/C ratio = 1,17
10.2.Analisis Agrobisnis
Sebagai tanaman asli Indonesia salak
mempunyai masa depan yang cerah untuk
dikembangkan baik untuk memenuhi
pasaran lokal ataupun pasaran luar negeri. Di
Indonesia produksi buah ini mengalami
peningkatan yang tajam dari tahun 1983-
1987. Bila di tahun 1983 produksinya
hanya 52.014 ton dan menurun sedikit di tahun
1984 menjadi 46.456 ton, maka
tahun-tahun berikutnya produksi buah salak
melonjak dengan sangat pesat.
Produksi tahun 1987 tiga kali lipat lebih banyak dari
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
produksi tahun 1983. Akan tetapi,
produksi pada tahun 1988 dan tahun 1989
mengalami penurunan. Data pada tabel
di bawah ini.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu,
cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan
cara pengemasan salak.
11.2.Diskripsi
Salak adalah buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukup
tua, utuh, segar dan bersih. Standar
mutu salak di Indonesia tercantum dalam
Standar Nasional Indonesia SNI
01-3167-1992.
11.3.Klasifikasi dan Standar
Mutu
Jenis mutu salak dalam tiga ukuran,
yaitu ukuran besar, sedang dan kecil.
Berdasarkan berat, masing-masing
digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu I
dan Mutu II, ukuran besar, berat 61
gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat
33 – 60 gram per buah dan ukuran
kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.
a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam
tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji
organoleptik
b) Kekerasan: mutu I keras, mutu II
keras, cara uji organoleptik
c) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit
buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptik
d) Ukuran: mutu I seragam, mutu II
seragam, cara uji SP-SMP-310-1981
e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%,
mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981
f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II
bebas, cara uji organoleptik
11.4.Pengambilan Contoh
1) Salak Dalam Kemasan
Contoh diambil secara acak dari
jumlah kemasan seperti terlihat d bawah ini. Dari
setiap kemasan diambil contoh
sebanyak 2 kg dari bagian atas,tengah dan
bawah. Contoh tersebut diacak
bertingkat (stratified random sampling) sampai
diperoleh minimum 2 kg untuk
dianalisa.
1. Jumlah kemasan dalam partai (lot):
s/d100, contoh yang diambil 5.
2. Jumlah kemasan dalam partai (lot):
101-300 contoh yang diambil 7.
3. Jumlah kemasan dalam partai (lot):
301-500 contoh yang diambil 9.
4. Jumlah kemasan dalam partai (lot):
501-1000 contoh yang diambil 10.
5. Jumlah kemasan dalam partai (lot)
>1000 contoh yang diambil min 15.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 15/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Salak dalam Curah (in bulk)
Contoh diambil secara acak sesuai
dengqan jumlah berat total seperti terlihat di
bawah ini. Contoh-contoh tersebut
yang diambil bagian atas, tengah, bawah serta
berbagai sudut dicampur, kemudian
diacak bertingkat (stratified random sampling)
sampai diperoleh minimum 2 kg untuk
dianalisa.
1. Jumlah berat lot (kg): < 200,
contoh yang diambil <10.
2. Jumlah berat lot (kg): 201–500,
contoh yang diambil 20.
3. Jumlah berat lot (kg): 501–1000,
contoh yang diambil 30.
4. Jumlah berat lot (kg):
1.001–5.000, contoh yang diambil 60.
5. Jumlah berat lot (kg): > 5.000,
contoh yang diambil min. 100.
11.5.Pengemasan
Salak dikemas dalam besek, keranjang
bambu, peti kayu ataupun kemasan lain
yang sesuai dengan berat bersih
maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau bahan
lain dapat dipakai sebagai penyekat.
Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya
Dibagian luar keranjang/kemasan
diberi label yang bertuliskan antara lain :
a) Nama barang
b) Jenis mutu
c) Nama/kode perusahaan/eksportir
d) Golongan ukuran
e) Berat bersih
f) Produksi Indonesia
g) Negara/tempat tujuan
h) Daerah asal
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 16
Kantor Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP
Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021
316 1952, http://www.ristek.go.id
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Balai Informasi Pertanian. (1992).
Budidaya Tanaman Salak. LIPTAN Lembar
Informasi Pertanian.
Palangkaraya-Kalimantan Tengah. Nopember.
2) Balai Informasi Pertanian
(1994-1995). Pembibitan Tanaman Salak. LIPTAN.
Lembar Informasi Pertanian. Sumatera
Barat.
3) Departemen Pertanian. (1995).
Salak Pondoh. Proyek Informasi Pertanian.
Daerah Istimewa Yogyakarta.
4) Sunarjono, Hendro. (1998). Prospek
Berkebun Buah. Jakarta, Penebar Swadaya.
5) Tim Penulis Penebar Swadaya.
(1998). 18 Varietas Salak: Budidaya, Prospek
Bisnis, Pemasaran. Jakarta, Penebar
Swadaya.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar