PISANG
( Musa spp )
1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan
di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke
Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut
dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya
pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma
typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk
dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber
vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang,
pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka
melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi
pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas
dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan
ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai
obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan
sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman
pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah
sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di
Indonesia. Walaupun
demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok
pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab,
Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada
tahun 1997
adalah ke Cina.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan
pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada
kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang
berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat
merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan
kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah
tidak
tergenang.
5.2. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur
atau tanah
berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam
di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena
pertanaman
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah
basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah
kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen
pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada
tanah
yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia
umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl.
Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas
(anakan).
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar
potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap
tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih
baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan
makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak
(daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih
diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di
kebun sendiri.
Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar
2 x 2 m. Satu
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari
terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan
tunas.
3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit
diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka
pada umbi
mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida
0,5–1% selama
10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir
selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit
di dalam air
panas beberapa menit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana
ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan
segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma,
rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan
sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar
sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan
ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk
menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai
penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan
tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk
menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan
pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di
antara
tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa
sayur-sayuran atau
tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah
hujannya tinggi,
pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao,
kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen
dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30
x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk
tanah
sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober).
Sebelum
tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos
sebanyak 15–
20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa
buah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas
3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu
rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase
pertumbuhan). Setelah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar
pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan
penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah
banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di
bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu
dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman
dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan
setiap waktu.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu
hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg
batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di
dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali
dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam
(dua kali dalam
setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama
pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi
parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering
ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan
gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi
dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak
boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir
harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang
mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening.
Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan
diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah
sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm
di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak
rebah akibat
beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang
dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke
atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang,
gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis,
Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan
lahan
dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di
tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah
jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun
luar lalu daun di bagian dalam,
pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna
hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun
dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur
Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar.
Gejala: tanaman
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian
yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara
berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk,
gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan
dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup
dan dalapon.
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan
naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang.
Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen
ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya
daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan
siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus
didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke
daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen.
Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima
konsumen.
8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan
yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau
yang tajam dan
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi
terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori
buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat
diakibatkan oleh
pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya
dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong
sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu
pertumbuhan
tunas.
8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10
hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang
dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga.
Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha),
produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang
kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan
menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir
pisang dilepaskan
dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya.
Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang
dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka
potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari
pembusukan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1 Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah
Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-
2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-
2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan
mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama,
Kolombia,
Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah
merupakan suatu
industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun
pengepakan yang
modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal
tersebut
menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat
tidak
mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar
terutama jenis
pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure
pisang juga
memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari
pisang cavendish
dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar
gula < 21%.
Di Indonesia pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau
kebun yang
sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil
adalah 10-30 ha.
Angka ini belum dicapai di Indonesia. Tanah dan iklim kita sangat
mendukung
penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan
pisang mungkin
dilakukan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
11.2.Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 &
>80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II=
0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu
II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai
berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas
C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C <
2,5
c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C
< 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan
pengujian yang
meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh
contoh buah pisang
segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang
tidak sesuai
dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah
pisang yang tidak
sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari
buah pisang yang
dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar
yang
bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung
buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan menggunakan alat
pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan menggunakan mistar
geser.
Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di
kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang
tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih
sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu
persatu jari buah
secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan
mekanis/fisik
berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan
jumalh
keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual
kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah,
getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah
kotoran yang
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya.
Berat
kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000
kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh :
sekurangkurangnya
5
c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh
sekurangkurangnya
7
d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh
sekurangkurangnya
9
e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh
sekurangkurangnya
10
11.5.Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg
atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa
pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi
dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. Setelah pisang disusun
tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam
kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan
antara lain:
a) Produksi Indonesia
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. C.V. Sinar Baru. Bandung
2) Rismunandar. 1990. Membudidayakan Tanaman Buah-buahan. C.V.
Sinar Baru.
3) Stover, R.H & N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical
Agriculture Series.
Longman Scientific ang Technical. New York .
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13 / 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Hendro Soenarjono. 1998. Teknik Memanen Buah Pisang agar
Berkualitas Baik.
Trubus no. 341.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar