ANGGREK
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 1/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
ANGGREK
1. SEJARAH SINGKAT
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya
indah.
Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun
terakhir mulai
dibudidayakan secara luas di Indonesia .
2. JENIS TANAMAN
Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah
antara lain:
Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda
hookeriana, berwarna
ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek
larat/Dendrobium phalaenopis,
anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom,
anggrek
Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek
Paphiopedilun
glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
1) Anggrek Ephytis adalah jenis anggrek yang menupang pada
batang/pohon lain
tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi. Alat yang dipakai
untuk
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari
makanan adalah akar udara.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 2/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman
lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar lekatnya juga
berfungsi
seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
3) Anggrek tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup
di atas tanah.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga
anggrek
mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek
bermanfaat sebagai
campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan di Asia adalah
Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat,
Jawa Tengah,
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman
anggrek.
2) Sinar matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanaman ini.
Kebutuhan cahaya
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman anggrek.
3) Suhu minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7 derajat C.
Jika suhu
udara malam berada di bawah 12,7 derajat C, maka daerah tersebut
tidak
dianjurkan untuk ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
4) Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus menerus,
akan tetapi
menyukai kelembaban udara di siang hari 65-70 %.
5.2. Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
1) Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
1. Serat Pakis yang telah digodok.
2. Kulit kayu yang dibuang getahnya.
3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2 minggu.
4. Ijuk.
5. Potongan batang pohon enau.
6. Arang kayu .
7. Pecahan genting/batu bata.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 3/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
8. Bahan-bahan dipotong menurut ukuran besar tanaman dan akarnya.
Untuk anggrek Semi Epirit yang akarnya menempel pada media untuk
mencari
makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos, pupuk
kandang/daundaunan.
2) Media untuk anggrek Terrestria
Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos,
sekam,
pupuk kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
3) Media untuk anggrek semi Terrestria
Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak
besar,
ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan
genting,
serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat keasaman air tanah
yang dipakai
adalah 5,2.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat
dibedakan menjadi 3
macam yaitu:
1) Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl)
Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 derajat C pada siang
hari, 21
derajat C pada malam hari, dengan daerah ketinggian 0-650 meter
dpl. Contoh
jenis anggrek ini adalah:
1. Dendrobium phalaenopsis
2. Onchidium Papillo
3. Phaphilopedillum Bellatum
2) Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl)
Anggrek sedang pada suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15–21
derajat C,
pada malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.
3) Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl)
Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia , tumbuh baik pada suhu
udara 15-21
derajat C di siang hari dan 9–15 derajat C pada malam hari, dengan
ketinggian =
1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul mempunyai beberapa ciri,
yaitu: bentuk
batang kuat, pertumbuhan pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 4/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Penyebaran Biji
Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan. Adapun penyebaran
biji anggrek
sebagai berikut:
a) Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
b) Mensterilkan biji
Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit
dilarutkan
dalam 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke
dalam botol. Biji
dimasukan dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang
semula kuning
kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang
dan
diganti dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).
c) Penyebaran biji anggrek
Botol-botol yang telah disterilkan dapat digunakan untuk
menyebaran biji
anggrek. Sebelum botol dibuka, leher botol dipanaskan di atas
lampu spritus
untuk menghilangkan kuman. Untuk memasukan biji anggrek ke dalam
botol
digunakan pipet yang dibersihkan dulu dengan cara pemanasan di
atas lampu
spritus sampai merah kemudian dicelup kedalam spritus. Botol yang
telah
terbuka kemudian diisi biji anggrek dan diratakan keseluruh permukaan
alas
makanan yang telah disediakan. Sebelum botol ditutup kita panaskan
lagi di
atas spritus kemudian ditutup kembali.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji anggrek,
yang kosong
berwarna putih dan yang isi kuning coklat/warna lain.
b) Mempersiapkan botol yang bermulut lebar bersih dan tidak
berwarna agar
dapat meneruskan cahaya matahari yang dibutuhkan dan mudah
dilihat.
c) Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras, ujung
diikat tali untuk
memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yang dipotong potong.
Kerapatan
tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak
terinfeksi
atau terkontaminasi.
d) Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yang bersih dari
bakteri/jamur dengan
kain yang sudah dicelup formalin udara dalam lemari disterilkan
dengan kapas
dipiring dituangi formalin supaya menguap mensterilkan kaca
(ent-kas).
e) Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas
makanan anggrek
biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram
2. KH2PO4 : 0,25 gram
3. MgSO47H2O : 0,25 gram
4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5. Saccharose : 20 gram
6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram
7. MnSO4 : 0,0075 gram
8. Agar-agar : 15–17,5 gram
9. Aquadest : 1000 cc
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 5/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH
meter/kertas pH
tekstil/Indikator Paper.
Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110
derajat C
selama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada
tempat
bersih, dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3
tinggi botol
(dari alas sampai ke leher botol) dan didiamkan selama 5–7 jam
untuk
mengetahui sterilisasi yang sempurna.
4) Pemindahan Bibit
Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar,
tumbuh akar.
Dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot
penyemaian yang
berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yang berlubang.
Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna coklat, di potong
dengan panjang
5–30 mm sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum
dipakai
terlebih dulu dicuci bersih dan biarkan airnya hilang. Akar pakis
setelah dicuci,
direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:
a) Urea atau ZA : 0,50 mg
b) DS, TS atau ES : 0,25 mg
c) Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg
d) Air : 1000 cc
Alaternatif lain sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk
buatan campuran
unsur N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan
pupuk kandang
yang telah dicampur pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang
= 4:1.
Selain itu dapat digunakan kulit Pinus yang di potong kecil
sebesar biji kacang
tanah, yang telah direndam dalam alas makanan seperti akar pakis
selama 24
jam. Untuk isian pot ini dapat juga digunakan arang kayu
bakar/serabut kelapa
yang dipotong-potong sebesar ibu jari.
Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi
pot/layah, kemudian isi
remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi pot/layah
(tidak perlu
dipadatkan).
Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan
tanaman di botol
dengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih
berujung
seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih
dahulu). Setelah
keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian dengan air bersih.
Seedlings
(semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol
sudah terjadi
kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic
(penicillin,
streptomycin yang telah lewat expirydatenya) 10 menit baru
ditanam.
5) Pemindahan dari Pot Penyemaian
Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman
dipindahkan
ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yang berisi potongan
genting/batu bata
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 6/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam dalam
alas makanan
sampai 1 cm di bawah tepi pot.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
a) Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung dari
jenis tanaman).
Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang tiang di
tengah-tengah
pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di letakkan di
tengah dan
akarnya disebar merata dalam pot, kemudian batang anggrek diikat
pada tiang.
Pot diisi pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan
komposisi kira-kira
2/3 dari pot.
b) Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam.
Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan
tinggi bak 2 lapis
batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari
dari
kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi
bata ukuran
40 cm x 2 m dan jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm.
Tiang penahan
dibuat 4 buah yang ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian
masingmasing
1,5 m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu
sehingga keempat tiang tersebut merupakan suatu rangkaian.
6.3. Teknik Penanaman
Penanaman tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman
anggrek,
yaitu:
1) Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada batang/pohon
lain tetapi
tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau ditempelin. Alat yang
dipakai
untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari
makanan adalah akar udara.
2) Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman
lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar lekatnya juga
berfungsi seperti
akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk berkembang.
3) Anggrek tanah/anggrek Terrestris.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan
dengan
jenis anggrek, yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
2) Penyiangan
Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu pada kondisi di
dalam botol
kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang sudah disediakan sesuai
jenis
anggrek.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 7/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
3) Pemupukan
Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah besar yang
meliputi: C, H,
O, N, S, P, K, Ca, Mg. Untuk unsur mikro yaitu unsur yang
dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si,
dst. Unsur makro
dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah, berupa
gas atau air dan
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
a) Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak dibutuhkan untuk
pembentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur N diambil
dari
pupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, dan K dari Kalium
Sulfat
(K2SO4).
Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air
2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air
b) Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak disini tidak memerlukan
tambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri pupuk yang mengandung
N, P,
K dengan cara misalnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air
2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter air
3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
c) Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size)
Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K=
1:6:1.
Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
a) Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan
secara hatihati,
jangan tersangkut pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang
tadi dapat terbakar.
b) Disiramkan, yang mana anggrek dapat menyerap air dan garam-garam
yang
terlarut di dalamnya. Cara ini banyak dilakukan dimana-mana.
c) Penyemprotan, cara ini sangat baik apabila terjadi pembusukan
akar
didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.
Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi,
kerbau,
kambing, ayam dan lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang
selain
mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga
sangat membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau.
Keburukan dari pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak
bateri yang
mengandung jamur. Untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk
menghilangkan jamur/bakteri di dalamnya. Pemupukan tanaman lebih
baik
dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul
5.00 sore.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 8/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
4) Pengairan dan Penyiraman
Sumber air untuk penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:
a) Air Ledeng, baik untuk menyiram karena jernih dan steril,
tetapi pHnya tinggi
maka perlu diturunkan dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH
yang
baik sekitar 5,6-6.
b) Air sumur, baik untuk menyiram karena banyak mengandung mineral
dari
tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air sumur di daerah
kapur harus
diperhatikan pHnya.
c) Air hujan, yang ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik
untuk
menyiraman.
d) Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air
itu mengandung jamur,
bakteri/lumut yang bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat
dari sudut isi
makanan mungkin cukup baik.
Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui
sifat-sifat dari isian
pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram. Adapun
macam isian
pot dan sifat diuraikan sebagai berkut:
a) Pecahan genting/pecahan batu merah, yang mana mudah menguapkan
air dan
sifat anggrek yang tidak begitu senang dengan air sehingga tidak
mudah untuk
lumutan. Untuk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih
banyak dan
untuk siraman lebih sedikit.
b) Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih baik
untuk digunakan
di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau penggunaan di
daerah
dingin tidak menguntungkan karena mudah busuk.
c) Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru tidak mudah untuk
menyerap
air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis yang
coklat dan
lunak lebih mudah menyerap dan menahan air.
d) Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali untuk
penyerapan air,
mudah terjadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan kecil
dan jika
potongan kecil penyerapan air lebih banyak.
Bagi tanaman yang sudah besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali
musim
hujan dan 1-3 hari sekali pada musim hujan.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih
baik pada sore
hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat,
dilakukan rutin
kurang lebih 3 bulan sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek
terserang hama
perlu dilakukan berulang-ulang 3 kali dengan jangka waktu tertentu
(untuk kutu)
daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan dosis yang
digunakan untuk
a) Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan
daun
b) Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
c) Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
d) Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 9/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
e) Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter,
untuk keong dan
bekicot air
f) Falidol E.605 dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10
liter, untuk keong
dan bekicot air
Untuk hama
bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
a) Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur antara
obat
Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
b) Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur dengan 1 liter
air atau 6–8
cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian pot tanaman
anggrek
direndam dalam larutan tersebut selama beberapa waktu dan diulang
satu
minggu sekali.
7. HAMA
DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya
banyak;
bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun. Pengendalian:
digosok
dengan kapas dan air sabun; apabila serangan sudah parah, harus
disemprot oleh
insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
2) Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan.
Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan
bersih di sekitar
rak/sebaiknya pot digantung.
3) Belelang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan.
Untuk jenis
belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat. Pengendalian:
segera
semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak/yang sistematik;
bila jumlahnya
sedikit bisa langsung dimusnahkan/dibunuh.
4) Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda; menimbulkan
bercak
abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga
tidak
menarik. Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek
disemprot
insektisida.
5) Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut; tapi
tidak menyerang
tunas daun. Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari
pot
anggrek.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 10/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
6) Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam
jumlah sedikit
cukup diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai
insektisida/dijebak
dengan bubuk prusi.
7) Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi
kuning dan
lama kelamaan daun mati. Pengendalian: bila sedikit cukup diambil
dengan
menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol;
apabila
banyak maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif
diazinon, dicofol.
8) Kumbang
Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang
penggerek
batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak
nampak dari luar;
Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek.
Pengendalian:
menyemprotkan tanaman yang diserang dengan menggunakan insektisida
sistemik secara rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur
kumbang dengan
jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.
9) Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang
sedang
mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat
dibunuh dengan
tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik;
tanaman yang telah
diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
10) Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga
menyebabkan bintik
putih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan
tidak
berhijau daun lagi. Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama
seperti untuk
membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
11) Kutu tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan
mati.
Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips.
7.2. Penyakit
1) Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini
terbawa oleh biji
anggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek
tidak mampu
berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang
telah
tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian:
pada awal
serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup
kembali, dilakukan
dengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera
dikeluarkan dari
botol dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 11/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
2) Penyakit rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian.
Penyebaran
penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening
pada permukaan
daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada
tunas serta ke
bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati.
Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar
sampai
musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan
fungisida.
3) Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama
pada
cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka
pada daun.
Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat dapat menularkan penyakit
ini.
Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari
dapat meluas
ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati.
Penyakit ini
sangat ganas, karena mematikan dan cepat menular. Pengendalian:
sangat sulit
penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak
ada jalan lain
kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
4) Penyakit bercak hitam
Pada tanaman anggrek yang, penyakit ini cepat menular malalui akar
dan alat
yang tidak sterill Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada
bagian tanaman
yang terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke
bawah hingga
ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan
kematian.
Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau
disemprotkan
fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum
digunakan.
5) Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala: akar leher membusuk
mencapai
rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning,
berkeriput, tipis dan
bengkok, tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua
bagian tanaman
yang sakit dipotong dan dibuang; bekasnya disemprot dengan
fungisida (Benlate).
6) Penyakit layu
Penyebab: cendawan Fusarium Oxyporium. Gejala: mirip serangan
penyakit
busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau
lingkaran berwarna
ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti
pembusukan
pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian
yang
terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman
segera
dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih.
Usahakan
terdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
7) Penyakit busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat
bintil-bintil kecil berwarna
coklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian:
bagian
tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media tanaman dan seluruh
pot
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 12/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun
fungisida/antibiotik Natrippene
0,5 % selama 1 jam.
8) Penyakit bercak coklat
Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh
bagian
tanaman. Pengendalian: membuang semua bagian yang sakit, lalu
semprotkan
fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.
9) Penyakit busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia Cartovora. Gejala: daun dan akar
membusuk serta
berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma
dan umbi
batang, penyebarannya agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun
harus
steril, bagian yang sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan
20, pot
tanaman disemprot dengan formalin 4 %.
10) Penyakit bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum).
Gejala: timbul
lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun.
Pengendalian:
hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yang sakit
serta
menstrerilkan semua alat potong.
11) Penyakit Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic Cymbidium. Gejala: semula berupa bercak
kekuningan
lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran.
Khusus pada Cattleya,
bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala
kematian
jaringan di tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun tua
banyak sekali
menunjukkan adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya
bersifat
pencegahan yaitu membuang bagian tanaman yang sakit, serta
mensterilkan
segala alat yang dipakai.
12) Penyakit busuk hitam
Penyebab: cendawan Phytopytora Omnivora. Gejala: muncul warna
kehitaman
pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya daun mati.
Pengendalian:
semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban,
Physan,
Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan dosis 2
gram/2 liter
air.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya. Umumnya
tanaman angrek
dewasa berbunga setelah 1-2 bulan ditanam. Tangkai bunga yang
dihasilkan kirakira
2 tangkai dengan jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 13/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
8.2. Cara Pemetikan Bunga
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan dilakukan
pada jarak 2
cm dari pangkal tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang
bersih.
8.3. Prakiraan Produksi
Bibit anggrek yang sudah dewasa dan sesudah 2 bulan tangkai bunga
akan
menghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum 20-25 kuntum/tangkai.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Pengumpulan bunga anggrek dilakukan berdasarkan permintaan pasar.
Jenis
anggrek Dendrobium dapat dipanen dalam bentuk:
a) Tanaman muda untuk bibit
b) Tanaman dewasa untuk tanaman hias
c) Bunga potong
Tanaman muda untuk bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil,
sedangkan tanaman
dewasa biasanya tanaman sudah berbunga. Untuk bunga potong dipilih
tangkai
yang kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3
kuntum).
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun luka.
Selanjutnya bunga
dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tingkat kesegaran
atau ukuran
bunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai jual sehingga
bunga yang
bagus tidak turun harganya.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga,
sehingga
dilakukan pada saat:
a) Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen selesai.
b) Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau diangkut.
c) Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.
Agar bunga tetap segar perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar
penurunan
mutu lebih lambat bunga tetap segar. Usaha pengawetan bunga
dillakukan dengan
cara penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat
(38–43 derajat C)
selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain:
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 14/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
a) Larutan seven up dengan kadar 30 %.
b) 2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida)
dan 1 gram asam
sitrat per 10 liter.
c) 2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline sulfat dan 1
gram asam sitrat
per 10 liter.
d) Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin per liter.
Pengawetan untuk bunga yang dikirim jauh adalah dengan merendam
tangkainya
dalam larutan gula dengan kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan
dalam
kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan
menggunakan es
kering atau disimpan pada ruangan dengan kondisi udara antara 0–5
derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Setelah dilakukan pembersihan, pemilihan dan pengawetan bunga
dendrobium
potong dipak melalui cara:
1) Setiap sepuluh tangkai dibungkus bagian pucuk dengan menggunakan
kantong
plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai.
2) Setiap pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus
kantong plastik
ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm.
3) Pembungkus bunga dan pembungkus pangkal tangkai digabungkan
selanjutnya
diikat dengan karet gelang.
4) Bungkusan-bungkusan bunga disusun bersilang di dalam kotak
karton yang
berlubang sampai cukup padat.
5) Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton tape.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium dengan luas
lahan 1,25 m x
12 m; Untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3
tangkai bunga
dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan
menjadi bunga
potong pada umur 6–7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali. Pada
panen ke 2
s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu tangkai bunga terdapat
10-15 kuntum
bunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor . Harga 1 kuntum
bunga
mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp. 1000,-.
1) Biaya produksi
1. Bibit
- Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-
- Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-
2. Perlengkapan
- Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-
- Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 15/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
- Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
- Kerangka: 1 unit bambu Rp. 150.000,-
3. Pupuk
- Furadan Rp. 20.000,-
- Azodrin: 1 botol Rp. 12.500,-
- Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
- NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 5.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 5.207.000,-
2) Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,- Rp.
9.000.000,-
3) Keuntungan Rp. 3.793.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input = 1,73
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dalam usaha anggrek ini sangat visibel dan modal akan kembali
dalam waktu kurang
lebih 8 bulan sejak penaman dan apabila penjualan dimulai dari
sejak dalam botol,
maka akan dapat mengurangi biaya operasional.
Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri
per tahun untuk
berbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah
tersebut diluar
adanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan
contoh, cara uji, syarat
penandaan dan pengemasan.
11.2.Diskripsi
Standar mutu bunga angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI
01–3171–
1992.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Bunga angrek potongan antara lain terdiri dari 3 jenis “Arathera
James Storie” yang
digolongkan dalam empat jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan
“Oncidium Golden
Shower” yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.
a) Aranthera James Storie
1. Panjang tangkai: mutu I=75 cm; mutu II=67,5 cm; mutu III=60 cm;
cara uji
dengan SP-SMP-287-1980.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 16/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=6; mutu III=6; cara uji
dengan
organoleptik.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara
uji dengan
organoleptik.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=3; mutu II=2; mutu III=1 ; cara uji
dengan
organoleptik.
5. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap;
mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
6. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada;
mutu II=tidak
ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
b) Arachnis Maggie Oei
1. Panjang tangkai: mutu I=60 cm; mutu II=42,5 cm; mutu III=32,5
cm; cara uji
dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=8; mutu II=8; mutu III=8; cara uji
dengan
organoleptik.
3. Minimum. jumlah kuncup: mutu I=2; mutu II=2; mutu III=2; cara
uji dengan
organoleptik.
4. Susunan bunga dalam tangkai: mutu I=lengkap; mutu II=lengkap;
mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
5. Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada;
mutu II=tidak
ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
c) Onchidium Goldian Varientas Golden Shower
1. Panjang tangkai: mutu I=67,5 cm; mutu II=60 cm; mutu III=35 cm;
cara uji
dengan SP-SMP-287-1980.
2. Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7; mutu III=7; cara uji
dengan SPSMP-
288-1980.
3. Minimum jumlah kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara
uji dengan SPSMP-
288-1980.
4. Minimum jumlah cabang: mutu I=9; mutu II=7; mutu III=27; cara
uji dengan
organoleptik.
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan terkecil dalam lot
dan contoh
dengan rincian sebagai berikut:
a) Contoh yang diambil 1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 1 – 3.
b) Contoh yang diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 4 – 25.
c) Contoh yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 26 – 50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 51 – 100.
e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 101 – 150.
f) Contoh yang diambil 12, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 151 – 200.
g) Contoh yang diambil 15, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot
= 201 – lebih.
TTG BUDIDAYA PERTANIAN
Hal. 17/ 17
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin
8 Jakarta 10340
Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id
Sedangkan untuk petugas pengambil contoh adalah orang yang telah
berpengalaman/dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dalam
suatu badan
hukum.
11.5.Pengemasan
1) Cara pengemasan
Pangkal tangkai bunga angrek potongan dimasukan ke dalam tube
berisi cairan
pengawet/dibungkus dengan kapas kemudian dimasukan ke dalam
kantong
plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam kotak karton/kemasan
lain yang
sesuai.
2) Pemberian merek
Pada bagian luar kemasan diberi tulisan:
1. Nama barang/varietas anggrek.
2. Jenis mutu.
3. Nama atau kode produsen/eksportir.
4. Jumlah isi.
5. Negara/tempat tujuan.
6. Produksi Indonesia.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar
Swadaya IKAPI 219 hal.
2) Tim Red. Trubus (1997) Jakarta .
Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.
3) Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko M.
Nurcahyo, Penerbar
Swadaya 1993
4) Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987, 63 hal.
5) Merawat Anggrek , Sutarni M. Soeryowinoto, Penerbit Yayasan
Kanisius, 87 hal.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
KEMBALI KE MENU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar