Jumat, 30 Agustus 2013

laporan PKL III,STPP BOGOR


LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN III
DI DESA TAMBANG TINGGI  
KECAMATAN CERMIN NAN GEDANG
KABUPATEN SAROLANGUN  PROVINSI JAMBI





OLEH

H A R T A
NIRM.04.1.10.0506











JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2013

I .  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam rangka mengurangi kesenjangan dan memperluas kesempatan kerja serta mampu memanfaatkan semua peluang ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan handal dengan ciri mandiri, profesional, berjiwa wirausaha, mempunyai dedikasi, etos kerja dan moral yang tinggi serta berwawasan global, sehingga petani selaku pelaku utama pembangunan pertanian mampu mengembangkan usahatani yang berdaya saing tinggi, untuk meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan.
Pembangunan itu sendiri tidak terlepas dari adanya masyarakat sebagai subyek pembangunan. Dalam upaya memberdayakan masyarakat perlu adanya partisipasi  yang luas dari seluruh masyarakat, baik dalam proses pembangunan itu sendiri maupun dalam menikmati hasilnya. Dari hal tersebut, sektor petanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat, terutama yang hidup di pedesaan.
Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting, petani dan keluarganya dikembangkan kemampuannya, keswadayaannya dan kemandiriannya agar mereka dapat mengelola usahataninya secara produktif, efektif, dan efisien sehingga mempunyai daya saing tinggi dan dapat meningkatkan mutu hidup. Pengalaman menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak, sebagai pemicu sekaligus pemacu atau sering di sebut sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian.Dalam hal ini peran seorang penyuluh pertanian sangat penting dalam pembangunan pertanian.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) sebagai lembaga pendidikan tinggi kedinasan di Kementerian Pertanian, berperan dalam pembangunan pertanian.Melalui STPP dapat dihasilkan sumber daya manusia yang memiliki integritas moral, profesional, inovatif, kredibel, dan berwawasan global serta memiliki etos kerja yang tinggi dalam membangun sistem penyuluhan pertanian. Untuk itu diperlukan suatu proses pembelajaran yang secara optimal mendukung pencapaian kompetensi dimaksud. Proses pembelajaran dalam konteks ini memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk dapat menerapkan pengetahuan teoritis yang telah diperoleh di kampus dalam kehidupan nyata sebagai penyuluh pertanian lapangan.
Praktik Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan dilaksanakan di Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun Provinsi jambi dengan alokasi waktu dari tanggal 19 Mei 2013 sampai 17 Agustus 2013. Potensi yang mendukung untuk dapat dilaksanakannya kegiatan ini adalah  85 % penduduk merupakan petani baik tanaman pangan,ataupun perkebunan .
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan adalah :
1.    Meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap kegiatan penyuluhan pertanian mulai dari penyusunan identifikasi masalalah penerapan programa  penyuluhan pertanian, pelaksanaan serta hasil/dampak dari suatu kegiatan yang telah dilakukan.
2.    Mahasiswa dapat menyusun Rancangan Jasa Konsultasi Agribisnis
3.    Melaksanakan Pengawalan Program Pemerintah
4.    Meningkatkan proses pemberdayaan dan pembelajaran petani dan kelompok tani.
C. Manfaat
Manfaat kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan adalah :
1.    Meningkatnya hubungan kerjasama antara STPP dengan instansi lain yang terkait dengan penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
2.    Mahasiswa mampu memahami tugas-tugas penyuluhan pertanian pelaksana lanjutan.

3.    Meningkatnya hubungan kerja dengan masyarakat dan instansi terkait dengan bidang penyuluhan pertanian.
4.    Meningkatnya hubungan kerjasama diantara sesama anggota kelompok masyarakat dan antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok yang lain dalam penyusunan perencanaan usaha tani.
                                                          II .  TINJAUAN PUSTAKA
A.  Aspek Penyuluhan Pertanian
1.   Pengertian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Undang-undang SPPPK, 2006).
Mardikanto (2009) menyatakan bahwa, penyuluhan pertanian adalah proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses berlajar bersama yang partisipatif agar terjadi perubahan perilaku pada diri semuastakeholder yang terlibat dalam proses pembangunan demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan.
2.   Tujuan                   
Tujuan dalam penyuluhan pertanian yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek hanya menumbuhkan perubahan yang lebih terarah pada usahatani yang meliputi : perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tindakan petani. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan petani (Kartono, 2008). Sementara itu, fungsi penyuluh menurut Kurniawaty (2009) adalah :
a.   Menimbulkan kesadaran petani
Penyuluh berfungsi memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang cara bertani atau teknologi baru dalam meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya sehingga dapat menimbulkan kesadaran petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
b.   Jembatan antara petani dan para ahli
Penyuluh berfungsi menjembatani kesenjangan antara praktik yang harus atau biasa dijalankan oleh petani melalui bimbingan dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan petani tersebut.Hubungan antara petani dan para ahli dapat dijembatani oleh penyuluh yang secara langsung dapat menemukan dan menginvertarisasi serta membawa masalah tersebut sehingga pemecahannya dapat dilakukan oleh para ahli.
c.   Pembawa informasi kepada petani
Penyuluh berfungsi sebagai penyampai, pengusaha dan penyesuai program nasional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani dan sebaliknya pemerintah dapat memperhatikan keinginan petani seperti peningkatan produksi.
d.   Pendidik dan pembimbing
Penyuluh berfungsi memberikan pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada petani sehingga di harapkan adanya perubahan perilaku dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

3.   Sasaran
Sasaran dalam penyuluhan pertanian adalah pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama adalah petani beserta keluarganya atau koperasi yang mengelola usaha dibidang pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran satwa dan tumbuhan didalam dan disekitar hutan, yang meliputi : usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Sedangkan pelaku usaha adalah perorangan atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan (Undang-undang No.16, 2006 tentang SPPPK). Sementara itu, penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) adalah mereka yang secara langsung atau tidak langsung memiliki peran dalam kegiatan pembangunan pertanian, menurut Mardikanto (2009) mereka itu dapat dikelompokkan dalam:
a.   Pelaku utama 
Pelaku utama terdiri dari petani dan keluarganya yang selain sebagai juru tani, sekaligus sebagai pengelola usahatani yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani serta perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lain.
b.   Penentu kebijakan 
Dalam hal ini terdiri dari aparat birokrasi pemerintahan sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian, termasuk elit masyarakat dari aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian.
c.   Pemangku kepentingan yang lain
Dalam hal ini adalah mereka yang mendukung atau memperlancar kegiatan pembangunan pertanian.Termasuk dalam kelompok ini adalah peneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis, pers, aktivis LSM, tokoh masyarakat, artis, dan budayawan.

B.     Evaluasi
1.   Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan untuk menilai (to decide the value of) sesuatu keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby dan Parnwell, 1972 dalam Mardikanto dan Sutarni, 2008).
Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai; perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektifitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan (Deptan, 1995)
Evaluasi merupakan suatu proses untuk melakukan pengamatan atau pengumpulan fakta dan menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan tertentu.



2.      Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah memperbaiki program/kegiatan yang sedang berjalan maupun umpan balik untuk perbaikan program yang akan datang dan pengambilan keputusan. Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit. Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi.
a.   Tujuan Kegiatan (activity objective)
1)  Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program (keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan dan minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2)  Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3)  Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan
4)  Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan program.
5)  Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
6)  Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
b.   Tujuan Managerial (managerial objective)
1)  Memberikan data/informasi sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
2)  Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
3)  Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
4)  Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
c.   Tujuan Program  (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk memenuhi beberapa tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:
1)  Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
2)  Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga terkait
3)  Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.

3.      Manfaat Evaluasi
Manfaat melakukan evaluasi adalah:
a.   menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan dilaksanakan;
b.   perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian; dan 
c.    penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian

4.      Macam-Macam Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menarik beberapa interprestasi kesimpulan dan menetapkan keputusan tertentu.Cernea dan Tepping (1977) dalam Mardikanto (1993) membedakan evaluasi menjadi dua, yaitu on-going evaluation dan ex-post evaluation.
On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan.Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dari program atau rencana yang telah ditetapkan.
Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau kegiatan yang direncanakan telah selesai dikerjakan. Tujuan dari kegiatan evaluasi seperti ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan telah dapat dicapai dan seberapa jauh telah terjadi penyimpangan didalam pelaksanaan dengan cara membandingkannya dengan kegiatan yang direncanakan.
Menurut Mardikanto (1993) evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.Evaluasi dampak program, biasanya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah direncanakan. Kegiatan ini dapat dilakukan jika tujuan program benar-benar dirumuskan secara jelas dan telah disediakan cara-cara pengukurannya, baik yang menyangkut perubahan prilaku atau ukuran-ukuran yang lain.
5.      Kegunaan Evaluasi
Mardikanto dan Sutarni (1985) dalam Mardikanto (1993) mengemukakan 3 kegunaan evaluasi penyuluhan yang mencakup :
1.   Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan, yakni sebagai berikut :
a.   Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan telah dicapai.
b.   Untuk mencari bukti, apakah seluruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan dan apakah semua perubahan-perubahan yang terjadi memang sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
c.   Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai, yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan.
d.   Untuk mengukur efektivitas dan efisiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e.   Untuk menarik simpati para aparat dan warga masyarakat, bahwa program yang dilaksanakan itu memang memperoleh perhatian sungguh-sungguh, untuk selanjutnya, dengan adanya simpati mereka itu diharapkan lebih meningkatkan aktivitas dan partisipasi mereka dalam kegiatan penyuluhan di masa-masa mendatang.
2.   Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yang meliputi :
a.   Dengan adanya kegiatan evaluasi, penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan,sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mampu mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b.   Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan  penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluh itu sendiri, yang sangat penting artinya karena melalui evaluasi biasanya juga akan menentukan masa depan/promosi bagi pengembangan karier yang bersangkutan.
c.   Dengan adanya kegiatan evaluasi, setiap penyuluh akan selalu mawas diri, dan selalu berusaha agar kegiatannya dapat dinilai baik, sehingga akan membiasakan dirinya untuk bekerja tekun dan penuh tanggung jawab.

3.   Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yang berupa :
a.   Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan berdasarkan pada asumsi, praduga, atau intuiasi semata.
b.   Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
c.   Memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan dan mengembangkan :
1)   Teknik pengukuran yang tepat dan teliti.
2)   Teknik pengumpulan data yang andal.
3)   Teknik analisis yang tepat dan tajam.

6.      Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu keadaan, gejala,atau kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut Mardikanto (1993), kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri atas :
1.   Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan program, artinya, tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya.
2.   Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan :
a.   Obyektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta.
b.   Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan (standardized).
c.   Menggunakan metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti.
3.   Setiap evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
4.   Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk :
a.   Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaannya.
b.   Uraian kualitataif, agar dapat diketahui faktor-faktor; penentu keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.

5.   Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya :
a.   Evaluasi harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan efektivitas (tercapainya tujuan) program.
b.   Evaluasi harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdayanya sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci, tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan harus dipusatkan pada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).
C.     Evaluasi Dampak
1.   Pengertian Evaluasi Dampak
Dampak adalah gambaran nilai suatu program terhadap orang dan masyarakat. Biasanya, dampak mengacu pada manfaat jangka panjang terhadap masyarakat. Misalnya, peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup, keuntungan finansial, dll.
Evaluasi dampak sendiri menurut Rossi dan freeman, (1985), adalah sebuah evaluasi yang mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari definisi yang berbeda, misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan bahwa evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah program dengan membandingkan out come yang dihasilkan  dengan taksiran awal apa yang akan terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada (Wikipedia, 2008)
2.   Tujuan Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak bertujuan untuk mengukur akibat jangka panjang setelah seseorang menjalankan aktivitas program tertentu, baik yang berada dalam lingkungan rumah tangga, institusi, dan masyarakat pada umumnya. Sehingga ada penyediaan fitback untuk membantu memperbaiki desain sebuah program atau kebijakan.




3.      Manfaat Evaluasi Dampak
              Manfaat melakukan evaluasi adalah:
a.   menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan  dilaksanakan
b.   perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian
c.   penyempurnaaebijakan penyuluhan pertanian

4.      Kegunaan Evaluasi Dampak
Kegunaan evaluasi dampak ada 2 (dua), yaitu :
a.   Bagi Perencana
1)  Mengidentifikasi kombinasi terbaik dari semua komponen program yang berpengaruh lebih nyata terhadap pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.
2)  Mengetahui efektifitas, efisiensi, relevansi, dan manfaat dari program/ proyek
b.   Bagi Administrator/Manager
1)  Mendokumentasikan dan melaporkan manfaat dari programkepada penyandang dana.
2)  Menyempurnakanperencanaan dan pelaksanaan.

5.      Langkah – langkah Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi penyuluhan yaitu menetapkan obyek, menetapkan data atau informasi yang akan dikumpulkan, cara pengumpulannya, alat/instrumen  yang digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya. 
Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:
a.    Memahami Tujuan - Tujuan Penyuluhan yang Akan di Evaluasi.
1)  Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
a)  sasaran (S)
b)   perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
c)  materi (M)
d)   kondisi/situasi (K)
2)  Tujuan dirumuskan:
SMART
S =  Specifik ( sederhana dan spesifik)
M = Measurable ( dapat diukur )
A = Attainable (dapat dicapai )
R =  Realistik (realistis, yata)
T =  Time-bound ( berbatas waktu/jangka waktu tertentu )

3)  Menetapkan Indikator - Indikator
untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
a)  Indikator perubahan Kognitif
b)  Indikator perubahan kemampuan Afektif
c)  Indikator perubahan Psikomotor

4)  Mambuat Alat Pengukur untuk Mengumpulkan Data
Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data :
a)  Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
b)  Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian
c)  Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek
d)  Skala sikap
e)  Skala minat.
5)  Membuat alat Pengukur/Instrumen Evaluasi
Membuat alat pengukur/instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat ukur
a)   Kesahihan (validity) Sahih,
b)   Keterandalan (reliability.
c)   Obyektivitas Alat ukur harus obyektif  kongkrit, jelas.
d)   Praktis (practicability)  .
e)  Sederhana (simple)     
     
6)  Melakukan Analisis dan Interpretasi Data
  Proses Ini merupakan langkah akhir yang menentukan  :
a)     lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan, hapuskan data yang “nyleneh” (out lier)
b)     lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat memasukan data
c)     lakukan tabulasi (tally, sheet, tabulasi sheet).
Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :
1)  presentase
2)  deskriptif (mean, modus, median, rerata, Standart Deviasi)
3)   statistik inferensial
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil  serta  pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi seperti  Program excel, Program SPSS, atau dihitung secara manual dengan kalkulator.

6.   Cara Mengevaluasi Dampak
Evaluasi dampak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a)   Studi Lanjutan Pasca Program
Studi ini dilakukan setelah program sudah berakhir. Sebagai contoh, suatu survey pasca latihan terhadap peserta latihan dilakukan 6 bulan setelah berakhirnya suatu latihan untuk mengetahui apakah peserta latihan menerapkan dan atau meneruskan apa yang telah dipelajari selama latihan, dsb.
Untuk melakukan studi pasca proyek sangat dituntut adanya pencatatan yang rapih tentang data sebelum proyek dimulai. Pencatatan yang tidak rapih, tidak lengkap, dan hilang misalnya, mempengaruhi ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (reliability) dari data yang pada gilirannya menentukan haril evaluasi. Kurang lengkapnya data juga menyebabkan keraguan tentang aopakah dampak yag diamati disebabkan oleh intervensi program / proyek ataukah oleh penyebab lain.
b)     Penggunaan Ekspert
Pada cara ekspert atau konsultan untuk menilai efektivitas suatu program/proyek. Ekspert atau konsultan megunjungi lokasi proyek untuk mengamati secara dekat pelaksanaan proyek dan membuat suatu laporan tentang segala aspek yang menyangkut pelaksanaan, masalah yang dihadapi, serta informasi penting lainya. Disamping melakukan pengamatan lagsung, dapat dilakukan wawancara dengan para manager, staf, dan pelaksana proyek. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa bila ekspert atau konsultan tersebut kurang mengetahui tentang program tersebut, ada suatu kecenderungan untuk tidak bersifat objektif, terutama dalam menginterprestasi data.
c)     Evaluasi oleh Peserta
Pada cara ini peserta yang menjadi sasaran program/proyek/latihan melakukan penilaian efektivitas. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa mereka yang memperoleh manfaat positif dari proyek akan memberikan penilaian yang lebih tinggi yang didorong oleh perasaan takut bahwa memberi kritik secara jujur akan berakibat dihentikannya bantuan-bantuan yang bermanfaat bagi mereka.
d)     Evaluasi oleh Administrator
Pada cara ini diharapkan bahwa para administrator melakukan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek. Kelemahan dari cara ini ialah bahwa para administrator tersebut telah disibukkan dengan tugas-tugas rutin sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan evaluasi. Disamping itu para administrator tentu akan selalu memberikan penilaian yang cenderung baik untuk membuktikanm bahwa proyek itu efektif dan bermanfaat sehingga perlu dipertahankan dan dilanjutkan.



D.     Agribisnis
1.      Pengertian Agribisnis
Agribisnis menurut Arsyad dkk dalam http://pengertiandefinisi-arti.blogspot.com,agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas, sedangkan Agribisnis Menurut Wibowo dkk, (1994), Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim pemasaran hasil pertanian.  Pengertian Agribisnis menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998), adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.
Agribisnis menurut Sjarkowi dan Sufri (2004), adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil pertanian.
Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
2.      Komponen Agribisnis
a.   Agroinput
Agroinput atau agribisnis hulu meliputi kegiatan perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, pengadaan tenaga kerja, serta pengadaan dan penyaluran sarana produksi bagi usahatani. Proses Perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk. Kegiatan perencanaan produk menjamin bahwa proyek pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih luas.

b.   Subsistem Produksi dan Usaha Tani
Usahatani merupakan suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dmana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, sinar matahari, dan bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut (Mosher, 1968)
Usahatani merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian (Kadarsan, 1992).

c.   Subsistem Pengolahan Hasil
1)  Komponen agribisnis hilir pengolahan hasil adalah kegiatan ekonomi yang mengolah produk usahatani menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir.
2)  Pengolahan hasil atau industri pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan operasi terhadap suatu bahan mentah untuk diubah bentuk atau komposisnya.
3)  Pelaku industri pengolahan hasil usahatani berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau pengguna hasil industri pengolahan. Ciri-ciri industri pengolahan hasil usahatani:
Ø  Dapat meningkatkan nilai tambah
Ø  Menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan.
Ø  Meningkatkan daya saing, dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen.

d.   Subsistem Pemasaran Hasil Pertanian
1)  Pemasaran hasil pertanian adalah kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan di dalam dan luar negeri termasuk di dalamnya kegiatan distribusi untuk memperlancar arus komoditas dari sentra produksi ke sentra konsumsi, promosi, informasi pasar, serta market intelligence.
2)  Pemasaran merupakan titik awal dalam kegiatan agribisnis. Analisis pemasaran mengkaji lingkungan eksternal atau respon terhadap produk agribisnis yang akan ditetapkan dengan melakukan karakteristik konsumen, pengaruh kebijaksanaan pemerintah dan pasar domestik atau pasar internasional. Pemasaran dapat dilakukan dengan melalui pendekatan kelembagaan dengan mempertimbangkan sifat dan karakter dari pedagang perantara (middlemen), hubungan agen dan susunan/perlengkapan organisasi.

e.   Jasa Layanan dan Pendukung
1)  Jasa layanan dan pendukung adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan penyuluhan, sistem informasi dan transaksi, lembaga transportasi, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat.
2)  Jasa layanan lembaga keuangan;
Kebijakan pembiayaan pembangunan pertanian perlu memprioritaskan anggaran untuk sektor pertanian dan sektor pendukungnya, kebijakan pembiayaan pertanian yang mudah diakses oleh masyarakat.
3)  Jasa layanan lembaga penelitian dan pengembangan;
Berkaitan dengan pengembangan teknologi dalam agribisnis, teknologi baru diciptakan melalui kegiatan penelitian, baik dalam rangka perbaikan atau pembaharuan dari teknologi yang sudah ada sehingga mempunyai keunggulan yang lebih banyak atau penemuan teknologi yang sama sekali baru.
III .  PELAKSANAAN KEGIATAN
A.  Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) dilaksanakan selama 3 bulan, sejak tanggal 19 Mei 2013 sampai dengan 17 Agustus 2013, yang   dilaksanakan di Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.

B.  Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III adalah : Masyarakat tani, Kelompoktani, GAPOKTAN, Aparat desa dan Penyuluh.
C.  Materi Kegiatan
1.  Mengidentifikasi Masalah Penerapan Program Penyuluhan
2.   Menyusun Instrumen Evaluasi Dampak
3.   Menyusun Proposal Evaluasi Dampak
4.  Melaksanakan Evaluasi Dampak
5.  Menyusun Laporan Evaluasi Dampak
6.  Menyusun Rancangan Jasa Konsultasi Agribisnis
7.  Pengawalan Program pemerintah
                                                 
                                                                                                                   IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     Data Keragaan Wilayah
1.    Deskripsi Umum Wilayah
a.    Letak Wilayah
     Secara administrasi  DesaTambang Tinggi termasuk wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang yang  terletak pada ketinggian antara 250 sampai 300 d.p.l.   Jarak tempuh Tambang Tinggi dari Ibu kota Kabupaten 26  km, dari Ibu kota Provinsi 210 km sedangkan jarak tempuh dari Ibu kota Negara - km.
b.     Luas Wilayah
     Luas wilayah DesaTambang Tinggi 389,278 ha yang terbagi 3 (tiga) Dusun.  Data keragaan luas wilayah binaan DesaTambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.  Data Keragaan Luas Wilayah Binaan DesaTambang Tinggi Berdasarkan Penggunaan Lahan
No.
Penggunaan Lahan (ha)
D  e  s  a
Tambang Tinggi
1.
Pertanian
90,05
2.
Ladang /tegalan
23,95
3.
Peternakan
1,5
4.
Perikanan
1,8
5.
Pekarangan
10,25
6.
Pemukiman
35,243

Jumlah
157,953

c.      Batas Wilayah
       Tambang Tinggi berbatasan dengan :
-            Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sekamis
-            Sebelah timur berbatasan dengan Kampung Tujuh
-            Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Dingin
-            Sebelah selatan berbatasan Desa Sungai Baung

2.      Potensi Sumber Daya Alam
a.    Topografi
                 Wilayah binaan DesaTambang Tinggi memiliki topografi yang bervariasi dari dataran tinggi dan bergelombang.  Tingkat kemiringan lahan antara 15 – 30 derajat.  Jenis tanah pada umumnya dominan Latosol dan Grumosol dengan pH berkisar antara 4,5 – 7.
b.     Curah Hujan
          DesaTambang Tinggi termasuk daerah besar, intensitas hujan besar yang berarti sering terjadi hujan lebat, keadaan kurang menguntungkan dan kurang baik bagi tanaman karena dapat menimbulkan kerusakan.  Intensitas hujan dalam 10 tahun terakhir mencapai rata-rata 3942,2 mm/tahun.  Rata-rata bulan basah (BB) adalah 9,5 bulan, rata-rata bulan lembab (BL) adalah 1,5 bulan dan rata-rata bulan kering (BK) adalah 1 bulan, (Aldeman, 1977).  Tipe curah hujan tergolong klasifikasi tipe A (sangat basah), rata-rata BB 11,5 bulan dan rata-rata BK 0,5 bulan (Schmidt dan Ferguson, 1951).  Data keragaan curah hujan selama 10 tahun terakhir di Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2.  Data Curah Hujan Tahun 2008 – 2012 di Kecamatan Cermin Nan Gedang
No
Bulan
Jumlah Curah Hujan (x,mm/Bulan/Tahun)
2008
2009
2010
2011
2012
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
mm
HH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
199
200
055
712
300
216,6
421
410,5
248,5
239,5
271,5
443
10
18
14
15
12
16
15
15
13
13
13
13
525
550
327
240
254
357
240
37
47
8
132
317
11
15
13
11
9
12
12
2
5
2
8
14
793
80
149
192
229
136
190
57
46
201
249
327
7
6
4
14
9
8
7
3
4
6
11
15
231
209
112
270
65,5
62
55
148,4
3605
350
269,9
202
7
5
14
13
6
8
6
8
8
10
10
10
405,5
636
217,6
258,1
186
140,5
31
427
353,5
280,5
393,7
775,5
12
9
14
8
5
5
3
12
11
7
12
20

Jumlah
4157,5
156
2828

2639
94
2630,3
115
4104, 9
118

Rata-Rata
346,5
13
235,6

219,1
7,8
219,1
9,5
342,0
9,8
 Sumber : BP3K  Cermin Nan Gedang  2012
3.      Klasifikasi Lahan dan Tata Guna
Klasifikasi lahan untuk kegiatan usaha tani dibedakan menjadi lahan basah dan lahan kering.  Wilayah binaan Tambang Tinggi memiliki klasifikasi lahan usaha tani 84% lahan basah dan 16% lahan kering.  Data keragaan klasifikasi lahan dan tata guna lahan di wilayah binaan Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.  Data Keragaan Klasifikasi Lahan dan Tata Guna Lahan di Tambang Tinggi.
No.
Klasifikasi dan tataguna lahan (Ha)
D  e  s  a
Tambang Tinggi

Lahan Basah

1.
Pengairan Tehnis
-
2.
Pengairan ½ Tehnis
15,75
3.
Pengairan Sederhana
74,75

Lahan Kering

1.
Ladang/Tegalan
23,95
2.
Tadah Hujan
-
3.
Kehutanan
-
4.
Pekarangan
10,25
5.
peternakan
1,5
                       
4.      Potensi Sumber Daya Manusia Pertanian
a.     Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Kepala Keluarga
Jumlah penduduk Tambang Tinggi  menurut jenis kelamin dan jumlah penduduk berdasarkan status kepala keluarga (KK) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.  Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Desa
Laki-laki
Perempuan
Jml
KK Tani
KK Non Tani
Jml
1
Tambang Tinggi
3621
3277
6898
320
330
650
           
Berdasrkan data di atas jumlah penduduk Tambang Tinggi  menurut jenis kelamin dan mata pencaharian  untuk laki-laki 51,52%, perempuan 48,48%, sedangkan masyarakat tani hanya 9,48%, masyarakat yang bermatapencaharian non tani mencapai 90,52%.
b.     Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 
       Jumlah penduduk Tambang Tinggi  berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.  Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur.
No.
Desa
Kelompok Umur (Jiwa)
0 - 15
16 -30
31 - 45
46 – 60
> 60
Jumlah
1.
Tambang Tinggi
2282
2004
1497
849
268
6898

Data di atas menunjukan usia produktif  16 – 45 tahun yang ada di wilayah Tambang Tinggi adalah 43,19%.
c.   Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk yang ada di wilayah Tambang Tinggi menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.  Jumlah Penduduk Tambang Tinggi Menurut Tingkat Pendidikan
No.
Desa
Tdk Tmt SD
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
Jumlah
1.
Tambang Tinggi
406
3300
1485
1680
25
2
6898
             
Dari tabel di atas dapat kita lihat tingkat pendidikan penduduk yang ada di Tambang Tinggi terdiri atas 8,13% tidak tamat SD, 28,07% tamat SD, 27,58% SLTP, 32,76% SLTA, 1,75% Diploma III, dan 1,71% Stara 1.

d.      Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
       Keragaan jumlah penduduk Tambang Tinggi menurut mata pencaharian                   dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7.  Keragaan Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian.
No.
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk Desa (orang)
Tambang Tinggi
1.
Pertanian
447
2.
Pertambangan
22
3.
Industri
127
4.
Bangunan
147
5.
Perdagangan
279
6.
Transportasi
167
7.
Jasa
133
8.
Pegawai Negeri
57
9.
Swasta
45
10.
Buruh
456
11.
Perikanan
-

Jumlah
1880
             
       Dari keragaan data di atas penduduk Tambang Tinggi yang bermata pencaharian dibidang pertanian 18,81% dari total usia produktif.
e.       Jumlah Penduduk Tani Menurut Status Kepemilikan Lahan
       Kepemilikan lahan masyarakat tani di Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8.  Jumlah Penduduk Tani Menurut Status dan Kepemilikan Lahan
No.
D   e  s  a
Status Petani (orang)
Pemilik
Pemilik Penggarap
Penggarap
Penyekap
Buruh Tani
Jumlah
1.
Tambang Tinggi
1300
15
180
35
187
1717
             
       Dari tabel di atas jumlah petani di Tambang Tinggi menurut status dan kepamilikan adalah pemilik 9,19%, pemilik penggarap 12,96, penggarap 29,01%, penyekap 11,41% dan buruh tani 37,43%.
f.      Jumlah Petani Ikan
       Jumlah Petani pembudidaya ikan di Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.  Data Pembudidaya Ikan di Tambang Tinggi
No.
D e s a
Pembenih
Pembesar
Jenis Ikan
1.
Tambang Tinggi
-
-
-

Jumlah
-
-


g.     Jumlah Penduduk Peternak
Tabel 10.  Data Jumlah Penduduk Menurut Usahanya
No.
D  e  s  a
Ternak Kecil
Ternak Besar
Ternak Unggas
Jumlah
1.
Tambang Tinggi
-
26
43
69

5.      Kelembagaan Kelompoktani
            Kelembagaan tani di wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi tumbuh dan berkembang sejalan dengan pembinaan yang dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, peternak, perikanan, dan kehutanan, kontinuitas kegiatan penyuluhan berkesinambungan memberikan percepatan proses penguatan kapasitas kelembagaan tani.
            Data keregaan kelembagaan tani wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11.  Data Keragaan Kelembagaan Kelompoktani di Desa Tambang Tinggi
No.
Kelembagaan Kelompoktani
D   e   s   a
Tambang Tinggi
1.
·  Klp tani Tan.Pangan
5

·  Klp tani Ternak
-

·  Klp tani Ikan
-

·  Kelp tani Hutan
-
2
Gabungan Kelompok
1
3.
P3A
-
 

a.   Data Kelompok Tani
       Sebagaimana tertuang dalam data keragaan kelembagaan tani (tabel 11) kelompok tani yang telah ditumbuhkan sebanyak 5, terdiri atas :
Tabel 12.  Data Keragaan Kelompoktani di Tambang Tinggi
No.
Desa/Kelompok
Tgl/Bln/Th
Berdiri
Nama Pengurus
Jml Agt
Kelas Kelompok
Ketua
Sekret
Bend
1
2
3
4
5
6
7
8
1.



·  Pulau Betung
·  Mangkua Baru
·  Pulau Gedang
·  Tembang Tinggi
·  Tunas Muda
2003
2003
2003
2003
2003
M.Baki
M.Nuh
Helmi
Zulyaden
Suwendi
M.Nuri
Pardi
Bawis
Fauzi
Rodi
Maliki
Kolik
sapari
Saribi
Zahur
46
20
30
18
18
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula

b.      Data Kelompok Tani Ternak
       Pengembangan ternak di wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi belum optimal karena pembinaan yang masih kurang terutama sumber daya manusia pertanian.  Untuk potensi yang dimiliki cukup besar baik sumber daya alam maupun minat para petani untuk mengembangkan peternakan.  Data kelompok tani ternak dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13.  Data Keragaan Kelompok Tani Ternak di Wilayah Tambang Tinggi
No.
Desa/Kelompok
Tgl/Bln/Th
Berdiri
Nama Pengurus
Jml Agt
Kelas Kelompok
Ketua
Sekret
Bend
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
.
Tambang Tinggi


-

-

-


-

-  

c.      Kelompok Tani Pembudidaya Ikan
                  Pengembangan perikanan di wilayah BP3K Cermin Nan Gedang kecmatan Cermin Nan Gedang masih terbatas, usaha perikanan masih bersifat sampingan artinya belum dijadikan usaha pokok, padahal potensi sumber daya alam di Tambang Tinggi sangat mendukung.  Data keragaan kelompoktani pembudidaya ikan dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14.  Data Keragaan Kelompok Tani Ikan di Tambang Tinggi.
 No.
Desa/Kelompok
Tgl/Bln/Th
Berdiri
Nama Pengurus
Jml Agt
Kelas Kelompok
Ketua
Sekret
Bend
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
.
Tambang Tinggi


-

-

-

-

-

-

d.      Data Kelompok Tani Hutan/Kebun Rakyat
     Komoditas  kehutanan yang dapat dikembangkan adalah budidaya jamurn keragaan kelompok tani hutan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15.  Data Kelompoktani Hutan di Wilayah Tambang Tinggi
No.
Desa/Kelompok
Tgl/Bln/Th
Berdiri
Nama Pengurus
Jml Agt
Kelas Kelompok
Ketua
Sekret
Bend
1
2
3
4
5
6
7
8
1.
.
Tambang Tinggi

-






e.    Fasilitas Penunjang Usaha Tani/Usaha Pembudidaya Ikan dan hutan
     Fasilitas penunjang usaha tani tanaman pangan, pembudidaya ikan dan kehutanan di wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi masih terbatas karena kendala modal yang dimilki oleh petani.  Keragaan fasilitas penunjang usaha tani/usaha pembudidaya ikan dan hutan dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16.  Data Fasilitas Penunjang Usaha Tani/Pembudidaya Ikan/Kehutanan
No.
Jenis Fasilitas
Desa Binaan
Tambang Tinggi
1
2
3
1.
Penggilingan padi
-
2.
Traktor
-
3.
Kios Saprodi
-
4.
Koperasi Tani
-
5.
Pasar
-
6.
Ternak Kerja
-
7.
Hand Spayer
6
B.     Hasil Kegiatan PKL
1.    Mengidentifikasi Masalah Penerapan Program Penyuluhan
2.    Menyusun Instrumen Evaluasi Dampak
3.    Menyusun Proposal Evaluasi Dampak
4.    Melaksanakan Evaluasi Dampak
5.    Menyusun Laporan Evaluasi Dampak
6.    Menyusun Rancangan Jasa Konsultasi Agribisnis
7.    Pengawalan Program pemerintah
 C.     Pembahasan
1.    Melaksanakan Evaluasi dampak PUAP
a.     Latar Belakang
Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.
1)  Tujuan dari Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan adalah
a)  Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.
b)  Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus GAPOKTAN, Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.
c)  Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
d)  Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.


2)     Output yang diharapkan dari program PUAP ini adalah :
a)     Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
b)     Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha.
c)     Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan.
d)     Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
b.     Rumusan Masalah :
1)  Bagaimana karakteristik GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang Tinggi
2)  Bagaimana dampak Program PUAP di GAPOKTAN Harapan Baru.

c.      Tujuan
1)  Mengidentifikasi karakteristik GAPOKTAN Harapan Baru di Desa Tambang Tinggi
2)  Menganalisis dampak program PUAP GAPOKTAN Harapan Baru

d.      Manfaat
Hasil Evaluasi ini diharapkan berguna untuk:
1)  Bagi GAPOKTAN, sebagai bahan masukan perbaikan terhadap perkembangan GAPOKTAN di Kecamatan Cermin Nan Gedang.
2)  Bagi Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan diharapkan bisa memberi masukan dan evaluasi serta penilaian kinerja dari masing-masing GAPOKTAN hasil binaan mereka.
3)  Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam evaluasi yang akan dilakukan selanjutnya.
4). Bagi penulis untuk pengalaman dan wadah pelatihan dalam teori-teori serta\ aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan.

e.       Gambaran Umum Pelaksanaan PUAP
PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam

kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada GAPOKTAN yang telah memenuhi persyaratan. GAPOKTAN juga didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh GAPOKTAN sebagai penyalur PUAP antara lain :
1.   Memiliki SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis
2.   Memiliki struktur kepengurusan yang aktif
3.   Dimiliki dan dikelola oleh petani
4.   Dikukuhkan oleh bupati atau wali kota.
Jumlah dana yang disalurkan ke setiap GAPOKTAN sebesar Rp 100 juta. Dana tersebut disalurkan kepada anggota GAPOKTAN guna menunjang kegiatan usahataninya. Tentunya dalam penyaluran dana tersebut terdapat beberapa prosedur yang harus dipenuhi bagi mereka yang akan memanfaatkan bantuan tersebut. Oleh sebab itu, dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran dan pemanfaatan PUAP berjalan lancar, aman dan terkendali, maka dibentuk suatu timpemantau, pembinaan dan pengendalian di tingkat propinsi dan kabupaten atau kota.

f.    Evaluasi Program PUAP
Evaluasi pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan indikatorindikator yang ada. Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak berupa manfaat yang optimal dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program ini sangat diperlukan untuk menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara lain :
1). Indikator keberhasilan output meliputi :
a)  Tersalurkannya BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan
b)  Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
2). Indikator keberhasilan outcome meliputi :
a)  Meningkatnya kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelolabantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
b)  Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal usaha.
c)  Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan
d)  Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
3).  Indikator benefit dan Impact antara lain:
a)  Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.
b)  Berfungsinya GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani.
c)  Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.

4).   Pendapatan Petani
Pada akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biayabiaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya.

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi.

Penerimaan usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang dikonsumsi keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun).Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan.Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja.Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga diperhitungkan.

g.      Pelaksanaan  Kegiatan
1). Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Kegiatan evaluasi dampak dilaksanakan pada Tanggal14 Juni sampai 7 Juli 2013 bertempat di GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
2). Sasaran
Anggota Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Harapan Baru Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
3). Variabel, Indikator
Tabel.  1.  Variabel dan Indikator
No.
Variabel
Indikator
1
Pendapatan Anggota GAPOKTAN

1.    Meningkatnya pendapatan anggota GAPOKTAN
2.   Meningkatnya daya beli anggota GAPOKTAN
3.   Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
4.   Meningkatnya kegiatan dalam berusaha
5.   Bertambahnya tabungan dan saldo kas anggota GAPOKTAN
6.   Meningkatnyaproduksi usaha agribisnis
7.   Kemampuan dalam mengelola bantuan modal.
8.   Adanya Peningkatan Keuntungan dalam berusaha agribisnis.
9.   Kelancaran dalam mengembalikan pinjaman

a)     Skala Pengukuran :
Penentuan alat ukur dengan menggunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut
4       : sangat meningkat                      2          :  kurang meningkat
3       : meningkat                                  1          :  tidak meningkat
b)     Metode pengambilan sampel :
Metode merupakan pengambilan dari populasi, populasi ini adalah anggota GAPOKTAN penerima dana PUAP. Jumlah sampel yang diambil 3 Kelompoktani, dan masing-masing Kelompoktani diambil 3 responden dari anggota kelompoktani, jadi jumlah sampel keseluruhan ada 9 responden anggota kelompoktani.
c)     Metode Pengambilan Data:
Data yang dikumpulkan adalah data internal yang berasal dari responden melalui :
1)    Wawancara
2)    Pengambilan langsung atau observasi
3)    Kuisioner.
d)     Metode Analisis Data :
Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriftif, analisis ini bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.
Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan cara metode  purposive sampling (sengaja).
e)     Analisis Peningkatan Pendapatan
Pengolahan data dilakukan secara kualitatif.Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus GAPOKTAN dan data-data sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan. Data tersebut selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan kemudian dianlisis secara deskriptif.

Efektivitas penyaluran dana PUAP bedasarkan tanggapan dari pengguna (petani) dana PUAP dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian keefektivan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skortersebut akan menggunakan skala Likert.Pengukurannya dilakukan dengan menghadapkan seorang responden pada beberapa pertanyaan, kemudian responden tersebut diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari empat tingkatan dalam skala tersebut.

Jawaban tersebut diberi skor 1 – 4, dengan pertimbangan skor terbesar adalah empat (4) untuk jawaban yang sangat mendukung/sangat meningkat, sedangkan jawaban yang tidak mendukung/tidak meningkat diberi skor satu (1).Maksudnya pemberian skor satu (1) tidak meningkat, dua (2) kurang meningkat, tiga (3) meningkat dan empat (4) sangat meningkat.
Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana PUAP. Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).
                 
                     Nilai maksimal – nilai minimal
       Selang     =                                                             - 1
                         Jumlah Katagori Jawaban

Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran dana PUAP akan dibagi ke dalam empat kategori, yaitu sangat meningkat, meningkat, kurang meningkat dan tidak meningkat. Nilai skor yang diperoleh adalah antara 81-324.Nilai skor 81 didapat dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu sembilan dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan (9 responden), atau dapat ditulis (1 x 9 x 9 = 81). Sedangkan nilai skor 342 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi (4) dengan jumlah parameter yang digunakan (9) dan dengan jumlah responden (9) atau dapat ditulis dengan (4 x 9x  9 = 324). Dan penentuan selang dalam tingkatan dapat dilakukan dengan cara nilai maksimum di kurang nilai minimum dibagi banyak kategori penilaian, dan dapat ditulis dengan  ( 324 – 81)/4 = 60,75 – 1 = 59,75 (dibulatkan menjadi 60)
Dengan rincian skor penilaian adalah sebagai berikut :
81 – 141   : tidak meningkat
142 – 202 : kurang meningkat
203 – 263 : meningkat
264 – 324 : sangat meningkat
Untuk mengetahui hasil pendapatan dapat juga dengan menghitung pengeluaran biaya produksi dan hasil produksi sebelum mendapat dana PUAP dan sesudah menerima dana PUAP.

h.   Hasil Dan Pembahasan
1)      Karakteritik GAPOKTAN Harapan Baru
GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang didirikan pada tahun 2007, dengan jumlah kelompoktaninya terdiri dari 5 kelompoktani yaitu : Pulau Betung,Tunas muda,Pulau gedang,Mangkua baru dan Tembang Tinggi. GAPOKTAN Harapan Baru ini sebelum mendapat dana PUAP, hanya berusaha jual hasil Karet ke tengkulak. Dan setelah mendapat dana PUAP pada tahun 2010, GAPOKTAN Harapan Baru ini dapat mengembangkan usahanya seperti : Mengumpulkan hasil Karet dan menjual ke pedagang besar sendiri.

2)      Keanggotaan GAPOKTAN Harapan Baru
Keanggotaan GAPOKTANHarapan Baru dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2.  Pengurus Kelompok Tani Desa Tambang Tinggi
No.
Kelompoktani
Ketua
Sekretaris
Jumlah Anggota
1.
Pulau Betung
M. Baki
M.Nuri
28 orang
2.
Tunas Muda
Suwendi
Maliki
20 orang
3.
Mangkua Baru
M.Nuh
Kadar
20 orang
4
Pulau Gedang
Kholik
Pahzan
25 orang
5
Tembang Tinggi
Zulyaden
Bawis
25 orang


3)     Struktur Organisasi GAPOKTAN Harapan Baru
Ketua                                       :  M.  Baki
Sekretaris                                :  Umar Bawis
Bendahara                               :  Zulyaden
Seksi-seksi :
Seksi Produksi                        :  Suwendi
Seksi Pengolahan Hasil          :  Mashud
Seksi Pemasaran                   :  Iskandar
LKM                                         :  M.  Nuh
                                                : Siti Maisitah

4)  Kegiatan Usaha GAPOKTAN
Jenis usaha GAPOKTAN Harapan Baru setelah mendapatkan dana PUAP adalah usaha agribisnis Tanaman Perkebunan Karet dan usaha simpan pinjam yang dikelola LKM GAPOKTAN Harapan Baru.

5)  Keadaan Arus Kas
Tabel 3.Keadaan Kas s/d bulan Desember 2012
No.
Tngl.
Uraian
Pemasukan (Rp)
Pengeluaran
Saldo
1.

2.


3.


4.


5.
2-12-12

3-12-12


3-12-12


4-12-12


7-12-12

Saldo bulan lalau

Pembayaran angsuran anggota

Pembayaran Jasa Anggota

Pengambilan uang di bank

Setor ke bank
13.262.400.-


2.450.000.-


441.000,-


3.600.000,-


-


-


-


-

1.400.000
13.262.400.-


15.712.400.-


16.153.400.-


19.753.400

18.353.400
Jumlah
19.353.400
1.400.000,-
18.353.400
Sumber : LKM GAPOKTAN Harapan Baru

Berdasarkan data arus kas diatas bahwa saldo kas sampai dengan bulan Desember 2012 berjumlah Rp.18.353.400,-.

6)  Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah adanya program PUAP
Menurut salah satu anggota kelompoktani Bapak Umar Baki bahwa hasil produksi dijual hanya kepada tengkulak sebelum adanya program PUAP,  dan setelah adanya program PUAP petani telah mampu menjual sendiri kepedagang besar. Ini berarti ada peningkatan pendapatan petani setelah adanya program PUAP.
Berikut disajikan pendapatan produksi padi setiap hektar anggota kelompoktani sebelum dan sesudah adanya program PUAP.
Uraian
Satuan
Nilai Rata-rata
Sebelum PUAP
Nilai Rata-rata
Sesudah PUAP

Penerimaan
·   Hasil Produksi
·   Hasil Tunai
·       Panen











400 kg/ha/bln







                  

                        6.000 kg
Rp.2400,000,-
Rp.800.000,-












                
                8.500 kg
Rp.3400.000,-
Rp.800.00,-












Pendapatan

Rp.1600,000,-
Rp.2600,000,-
B/C

1,4
2,4
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan data diatas bahwa, pendapatan petani rata-rata untuk setiap hektar/bulan meningkat satu juta rupiah, Artinya ada peningkatan penghasilan satu juta setiap bulan.
7)  Dampak Program PUAP terhadap Pendapatan Anggota Kelompoktani
Dampak program PUAP terhadap Pendapatan anggota Kelompoktani dapat dilihat beberapa faktor antara lain :
a)   Meningkatnya pendapatan anggota GAPOKTAN
b)  Meningkatnya daya beli anggota GAPOKTAN
c)  Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
d)  Meningkatnya kegiatan dalam berusaha
e)  Bertambahnya tabungan dan saldo kas anggota GAPOKTAN
f)    Meningkatnya produksi usaha agribisnis
g)  Kemampuan dalam mengelola bantuan modal.
h)  Adanya Peningkatan Keuntungan dalam berusaha agribisnis
i)    Kelancaran pengembalian pinjaman
Berikut hasil penilaian Responden Terhadap Pendapatan anggota kelompoktani setelah adanya program PUAP, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasi Penilaian Responden  Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani
Pertanyaan
Katagori Penilaian
Jawaban Responden (orang)
Presentase (%)
1
Sangat meningkat

0
Meningkat
9
100
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
2
Sangat meningkat
1
11,11
Meningkat
7
77,78
Kurang meningkat
1
11,11
Tidak meningkat

0
3
Sangat meningkat
2
22,22
Meningkat
7
77,78
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
4
Sangat meningkat
1
11,11
Meningkat
8
88,89
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
5
Sangat meningkat

0
Meningkat
8
88,89
Kurang meningkat
1
11,11
Tidak meningkat

0
6
Sangat meningkat

0
Meningkat
9
100
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
7
Sangat meningkat

0
Meningkat
9
100
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
8
Sangat meningkat

0
Meningkat
9
100
Kurang meningkat

0
Tidak meningkat

0
9
Sangat lancar

0
lancar
1
11,11
Kurang lancar
8
88,89
Tidak lancar

0

Berdasarkan data diatas bahwa, hasil pemilaian responden terhadap peningkatan pendapatan rata-rata 91,7 % menjawab meningkat, hanya pertanyaan no.9 tentang kelancaran pengembalian pinjaman hanya 11,11 % menjawab lancar dan 88,89 % menjawab kurang lancar.
Hasil penilaian responden terhadap tolak ukur peningkatan pendapatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


Tabel 4. Hasil perhitungan Skor Penilaian terhadap Peningkatan Pendapatan
No.
Tolak Ukur Peningkatan
Total Skor Peningkatan
Skor Maksimum
Presentase (%)
1.
Peningkatan Pendapatan
27
36
75
2.
Peningkatan Daya beli
28
36
77,78
3.
Jumlah Petani miskin
29
36
80,56
4.
Peningkatan dalam usaha
28
36
77,78
5.
Bertambahnya tabungan
27
36
75
6.
Peningkatan produksi
27
36
75
7.
Kemampuan pengelolaan
27
36
75
8.
Peningkatan keuntungan
27
36
75
9.
 Pengembalian pinjaman
21
36
58,33
Jumlah
241
324


Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa, hasil perhitungan semua skor tolok ukur diperoleh skor sebesar 241 dari skor maksimum sebesar 324. Angka ini menunjukan bahwa adanya peningkatan pendapatan setelah adanya program PUAP. Penilaian adanya peningkatan pendapatan didasarkan atas selang kriteria yang telah dibahas pada Bab IV, dimana kategori meningkat berada pada selang skor antara 203 – 263.
8)  Implikasi dari Evaluasi
Tujuan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus GAPOKTAN,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis.Terakhir dapat meningkatkan pendapatan dan kesejateraan petani yang ada di pedesaan.

2.      Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis
a.   Merencanakan Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA)
Sebelum pelaksanaan kegiatan JKA dan agar kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai petunjuk maka perlu adanya perencanaan terlebih dahulu sehingga kegiatan JKA dapat tercapai sesuai tujuan. Perencanaan telah penulis susun dalam bentuk proposal, Untuk lebih jelas mengenai perencanaan kegiatan jasa konsultasi agribisnis dapat dilihat pada Lampiran 
b.   Melaksanakan Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA)
Untuk meningkatkan kemampuan “pengusaha-pengusaha pertanian” kita, diperlukan suatu kerjasama antara pemerintah, swasta/pengusaha, dan perguruan tinggi/lembaga pendidikan/penyuluhan/pelatihan dalam bentuk “pelayanan langsung” kepada para pengusaha/calon pengusaha pertanian/ Petani/Poktan/Gapoktan, sehingga meraka dapat memperoleh informasi, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan usaha pertanian yang akan dijalankannya.
Bentuk “pelayanan langsung” berupa informasi, keterampilan, dan pengetahuan diwujudkan dalam suatu wadah khusus, agar dapat lebih dinamis, fleksibel dan cepat dalam memberikan pelayanan kepada pengusaha/calon pengusaha pertanian/Petani/Poktan/Gapoktan.
Wadah khusus ini merupakan pelayanan bagi pengusaha/calon pengusaha pertanian/Petani/Poktan/Gapoktan, sehingga setelah mereka mengikuti dan mengalami ”pelayanan langsung” tersebut mereka akan mampu menjalankan bisnisnya dengan sukses. Wadah khusus tersebut selanjutnya diberi nama Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA).
Tahapan pelaksanaan kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis meliputi :
c.   Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan kepada petani/kelompoktani, pelaku usaha dan masyarakat tani yang ada di wilayah kerja BP3K Cermin Nan Gedang, kegiatan ini dimaksudkan agar petani dan pelaku usaha agribisnis mengetahui adanya pelayanan jasa konsultasi agribisnis.
 d.   Identifikasi Kebutuhan Sasaran
 Kegiatan identifikasi dilaksanakan untuk menentukan materi dan nara sumber yangn dibutuhkan pelaku usaha agribisnis.

e.   Penetapan Materi dan Lokasi JKA
Berdasarkan hasil identifiasi dilapangan dan Rekomendasi dari BP3K Cermin Nan Gedang bahwa terdapat usaha agribisnis rintisan baru yaitu : a) usaha pembibitan karet b) usaha buah naga. Untuk lokasi kegiatan jasa konsultasi agribisnis bertempat di BP3K Cermin Nan Gedang dan di tempat pelaku usaha agribisnis. Berikut daftar jenis usaha, materi, nara sumber dan tempat konsultasi agribisnis seperti terlihat pada Tabel 24
Tabel 24. Daftar Jenis Usaha, Materi, Lokasi JKA dan Konsultan
No.
Jenis Usaha
Materi
Lokasi/
Pelaku Usaha
Konsultan

1.

Usaha Pembelian Hasil Karet

-    Teknik dan tempat pengumpulan Karet yang baik
-    Pembiayaan melalui pinjaman PUAP  

-  Bapak M.Baki Desa Tambang Tinggi
-  BP3K Cermin Nan Gedang /Bpk.Ilyas,SP,.M si

-   Mashud


-  Harta

f.    Teknis Pelaksanaan JKA
Teknis pelaksanaan kegiatan jasa konsultasi agribisnis yaitu memberikan pelayanan langsung kepada pelaku usaha/klien dalam bentuk konsultasi sesuai permasalahan dan kebutuhan pelaku usaha agribisnis. kegiataan konsultasi bertempat di BP3K Jayakrta, lahan usaha maupun di rumah pelaku usaha..

g.   Proses Analisis dan Konsultasi
Untuk memberikan konsultasi yang sistematis pada pelanggan/pengguna jasa, maka dipandang perlu untuk melakukan analisis pada beberapa aspek sebagai berikut :
1)    Unit ini berlaku untuk merancang jasa konsultasi agribisnis, melakukan pendampingan jasa konsultasi yang digunakan dalam melaksanakan jasa konsultasi agribisnis.
2)    Pelayanan konsultasi teknologi agribisnis meliputi aspek kesesuaian lingkungan internal dan eksternal stratejik sasaran usaha yang komersial.
3)    Pelayanan konsultasi agribisnis  meningkatkan produktivitas usaha.
4)    Pelayanan konsultasi mengacu Good Agricultural Practice, Good Farming Practices, dan Good Manufacturing Practices.
5)    Rekomendasi teknis mencakup teknologi agribisinis
6)    Rekayasa sosial mencakup metodologi penyuluhan.
7)    Pembiayaan usaha.

IV.   KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan :
1.   GAPOKTANHarapan Baruyang ada di Desa Tambang Tinggi mempunyai karakteristik sebagai lembaga sosial ekonimi pedesaan yang memiliki jenis usaha agribisnis dan kepengurusan (adanya ketua, sektertaris, bendahara, dan seksi-seksi). GAPOKTAN ini terdiri dari 5 kelompoktani yaitu : Kelmpoktani Pulau Betung, Tunas muda,Pulau Gedang,Mangkua Baru dan Tembang Tinggi
2.   Berdasarkan hasil evaluasi dampak program PUAP  diGAPOKTANHarapan Baru Desa Tambang Tinggi dengan menggunakan uji rentang skala, bahwa ada peningkatan pendapatan setelah adanya program PUAP.
3.   Sesuai dengan data peningkatan produksi padi sebelum dan sesudah program PUAP, sebelum PUAP produksi Padi rata-rata 4500 kg GKG/ha, dan sesudah PUAP produksi padi mencapai 5500kg GKG/ha, artinya ada peningkatan produksi padi 1000 kg GKG/ha.
B.  Saran :
1.   Kepada GAPOKTAN Harapan Baru diharapkan lebih kreatif dan fofesional serta mempunyai kemampuan untuk mengelola dana bantuan PUAP agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota kelompoktani.
2.   Kepada dinas terkait domohon adanya pembinaan-pembinaan kepada GAPOKTAN Harapan Baru agar bantuan yang diberikan pemerintah dapat berdayaguna dan berhasilguna.
3.   Kepada anggota kelompoktani yang meminjam dana bantuan PUAP dapat mengembalikan dengan tepat waktu.








DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 1995. Jenis dan Tujuan Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Departemen Pertanian.
Effendy L, 2011, Evaluasi Penyuluhan, Diktat Mata Kuliah Pilihan I, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor.
Kementan, 2009, Evaluasi Penyuluhan Pertanian, Modul Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Penyuluh Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
Kusnadi, 2013, Evaluasi Dampak Penyuluhan, materi perkuliahan masalah khusus, STPP Bogor
Mardikanto, T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Padmowiharjo, S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suriatna, Sumardi. 1987. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Thomas Soedarsono, et. al. 2005. Programa & Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Universitas Terbuka.
Van den Ban, A. W. dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius



Tidak ada komentar:

 
Blogger Templates