LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN III
DI DESA
TAMBANG TINGGI
KECAMATAN
CERMIN NAN GEDANG
KABUPATEN
SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
OLEH
H A
R T A
NIRM.04.1.10.0506
JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH
TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2013
I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan
pertanian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam rangka
mengurangi kesenjangan dan memperluas kesempatan kerja serta mampu memanfaatkan
semua peluang ekonomi yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi dan
liberalisasi perdagangan dunia. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan handal dengan ciri mandiri,
profesional, berjiwa wirausaha, mempunyai dedikasi, etos kerja dan moral yang
tinggi serta berwawasan global, sehingga petani selaku pelaku utama pembangunan
pertanian mampu mengembangkan usahatani yang berdaya saing tinggi, untuk
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan.
Pembangunan
itu sendiri tidak terlepas dari adanya masyarakat sebagai subyek pembangunan.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat perlu adanya partisipasi yang luas
dari seluruh masyarakat, baik dalam proses pembangunan itu sendiri maupun dalam
menikmati hasilnya. Dari hal tersebut, sektor petanian mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menumbuh kembangkan potensi ekonomi rakyat, terutama yang
hidup di pedesaan.
Penyuluhan
pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai peranan
yang sangat penting, petani dan keluarganya dikembangkan kemampuannya, keswadayaannya
dan kemandiriannya agar mereka dapat mengelola usahataninya secara produktif,
efektif, dan efisien sehingga mempunyai daya saing tinggi dan dapat
meningkatkan mutu hidup. Pengalaman menunjukan bahwa kegiatan penyuluhan
menjadi sangat mutlak, sebagai pemicu sekaligus pemacu atau sering di sebut
sebagai “ujung tombak” pembangunan pertanian.Dalam hal ini peran seorang
penyuluh pertanian sangat penting dalam pembangunan pertanian.
Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) sebagai lembaga pendidikan tinggi kedinasan
di Kementerian Pertanian, berperan dalam pembangunan pertanian.Melalui STPP
dapat dihasilkan sumber daya manusia yang memiliki integritas moral,
profesional, inovatif, kredibel, dan berwawasan global serta memiliki etos
kerja yang tinggi dalam membangun sistem penyuluhan pertanian. Untuk itu
diperlukan suatu proses pembelajaran yang secara optimal mendukung pencapaian
kompetensi dimaksud. Proses pembelajaran dalam konteks ini memberikan peluang
yang seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk dapat menerapkan pengetahuan teoritis
yang telah diperoleh di kampus dalam kehidupan nyata sebagai penyuluh pertanian
lapangan.
Praktik
Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan
dilaksanakan di Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun
Provinsi jambi dengan alokasi waktu dari tanggal 19 Mei 2013 sampai 17 Agustus
2013. Potensi yang mendukung untuk dapat dilaksanakannya kegiatan ini
adalah 85 % penduduk merupakan petani
baik tanaman pangan,ataupun perkebunan .
B.
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi
Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan adalah :
1.
Meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap kegiatan penyuluhan pertanian mulai dari penyusunan identifikasi
masalalah penerapan programa penyuluhan pertanian, pelaksanaan serta
hasil/dampak dari suatu kegiatan yang telah dilakukan.
2.
Mahasiswa
dapat menyusun Rancangan Jasa Konsultasi Agribisnis
3.
Melaksanakan
Pengawalan Program Pemerintah
4.
Meningkatkan proses pemberdayaan dan
pembelajaran petani dan kelompok tani.
C.
Manfaat
Manfaat
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) III Kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan adalah :
1.
Meningkatnya hubungan kerjasama
antara STPP dengan instansi lain yang terkait dengan penyelenggaraan penyuluhan
pertanian.
2.
Mahasiswa mampu memahami tugas-tugas
penyuluhan pertanian pelaksana lanjutan.
3.
Meningkatnya hubungan kerja dengan masyarakat
dan instansi terkait dengan bidang penyuluhan pertanian.
4.
Meningkatnya hubungan kerjasama
diantara sesama anggota kelompok masyarakat dan antara kelompok masyarakat yang
satu dengan kelompok yang lain dalam penyusunan perencanaan usaha tani.
II . TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Penyuluhan Pertanian
1.
Pengertian
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan
pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup (Undang-undang SPPPK, 2006).
Mardikanto
(2009) menyatakan bahwa, penyuluhan pertanian adalah proses perubahan sosial,
ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat
melalui proses berlajar bersama yang partisipatif agar terjadi perubahan perilaku
pada diri semuastakeholder yang terlibat dalam proses pembangunan
demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang
semakin sejahtera secara berkelanjutan.
2.
Tujuan
Tujuan
dalam penyuluhan pertanian yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek hanya menumbuhkan perubahan yang lebih terarah pada usahatani
yang meliputi : perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tindakan petani.
Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan petani (Kartono, 2008). Sementara itu, fungsi penyuluh menurut
Kurniawaty (2009) adalah :
a.
Menimbulkan
kesadaran petani
Penyuluh berfungsi memberikan jalan
kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang cara bertani atau
teknologi baru dalam meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraannya
sehingga dapat menimbulkan kesadaran petani agar dengan kemauan sendiri dapat
memenuhi kebutuhan tersebut.
b.
Jembatan
antara petani dan para ahli
Penyuluh berfungsi menjembatani kesenjangan antara praktik
yang harus atau biasa dijalankan oleh petani melalui bimbingan dengan
pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan petani
tersebut.Hubungan antara petani dan para ahli dapat dijembatani oleh penyuluh
yang secara langsung dapat menemukan dan menginvertarisasi serta membawa
masalah tersebut sehingga pemecahannya dapat dilakukan oleh para ahli.
c.
Pembawa
informasi kepada petani
Penyuluh berfungsi sebagai penyampai, pengusaha dan
penyesuai program nasional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani dan
sebaliknya pemerintah dapat memperhatikan keinginan petani seperti peningkatan
produksi.
d.
Pendidik
dan pembimbing
Penyuluh berfungsi memberikan
pendidikan dan bimbingan yang kontinyu kepada petani sehingga di harapkan
adanya perubahan perilaku dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
3.
Sasaran
Sasaran
dalam penyuluhan pertanian adalah pelaku utama dan pelaku usaha. Pelaku utama
adalah petani beserta keluarganya atau koperasi yang mengelola usaha dibidang
pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran satwa dan tumbuhan
didalam dan disekitar hutan, yang meliputi : usaha hulu, usahatani,
agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Sedangkan pelaku usaha adalah
perorangan atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola
usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan (Undang-undang No.16, 2006 tentang
SPPPK). Sementara itu, penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries)
adalah mereka yang secara langsung atau tidak langsung memiliki peran dalam
kegiatan pembangunan pertanian, menurut Mardikanto (2009) mereka itu dapat
dikelompokkan dalam:
a.
Pelaku
utama
Pelaku utama terdiri dari petani dan
keluarganya yang
selain sebagai juru tani, sekaligus sebagai pengelola usahatani yang berperan
dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya demi tercapainya peningkatan dan
perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani serta perlindungan dan pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lain.
b.
Penentu
kebijakan
Dalam hal ini terdiri dari aparat birokrasi pemerintahan
sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian,
termasuk elit masyarakat dari aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan
dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian.
c.
Pemangku
kepentingan yang lain
Dalam hal ini adalah mereka yang
mendukung atau memperlancar kegiatan pembangunan pertanian.Termasuk dalam
kelompok ini adalah peneliti, produsen sarana produksi, pelaku bisnis, pers,
aktivis LSM, tokoh masyarakat, artis, dan budayawan.
B.
Evaluasi
1.
Pengertian
Evaluasi
Evaluasi
adalah suatu tindakan untuk menilai (to
decide the value of) sesuatu keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu
yang sedang diamati (Hornby dan Parnwell, 1972 dalam Mardikanto dan
Sutarni, 2008).
Evaluasi
kegiatan penyuluhan pertanian merupakan upaya penilaian atas sesuatu kegiatan
oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara
sistematik mengenai; perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk
menilai relevansi, efektifitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan atau untuk
perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan (Deptan, 1995)
Evaluasi
merupakan suatu proses untuk melakukan pengamatan atau pengumpulan fakta dan
menggunakan beberapa standar atau kriteria pengamatan tertentu.
2.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi
adalah memperbaiki program/kegiatan yang sedang berjalan maupun umpan balik
untuk perbaikan program yang akan datang dan pengambilan keputusan. Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga
tujuan (Cerbea and Tepping, 1977; FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat
implisit. Berikut
dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi.
a.
Tujuan Kegiatan
(activity objective)
1) Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program
(keadaan umum daerah, sosial, teknis, ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan dan
minat, sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2) Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3) Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai
akibat intervensi program/kegiatan penyuluhan
4) Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian
tujuan program.
5) Mengidentifikasi “strong dan weak points” dalam
perencanaan dan pelaksanaan program.
6) Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
b.
Tujuan
Managerial (managerial objective)
1) Memberikan data/informasi sebagai dasar pertimbangan
untuk pengambilan keputusan.
2) Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
3) Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake
holder.
4) Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja
lebih baik.
c.
Tujuan
Program (Program objective)
Menilai
efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk memenuhi beberapa
tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu dilakukan evaluasi adalah
karena mungkin:
1) Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah
2) Telah terjadi perubahan struktur dan program dari
lembaga-lembaga terkait
3) Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan
dari masyarakat.
3.
Manfaat
Evaluasi
Manfaat
melakukan evaluasi adalah:
a. menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah
penyuluhan dilaksanakan;
b. perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian
petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian; dan
c. penyempurnaan
kebijakan penyuluhan pertanian
4.
Macam-Macam
Evaluasi
Evaluasi
bertujuan untuk menarik beberapa interprestasi kesimpulan dan menetapkan
keputusan tertentu.Cernea dan Tepping (1977) dalam Mardikanto (1993) membedakan
evaluasi menjadi dua, yaitu on-going
evaluation dan ex-post evaluation.
On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau
kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan.Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
ada/tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan dari program atau rencana yang
telah ditetapkan.
Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada saat program atau
kegiatan yang direncanakan telah selesai dikerjakan. Tujuan dari kegiatan
evaluasi seperti ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan telah dapat
dicapai dan seberapa jauh telah terjadi penyimpangan didalam pelaksanaan dengan
cara membandingkannya dengan kegiatan yang direncanakan.
Menurut
Mardikanto (1993) evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat
dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.Evaluasi dampak
program, biasanya diarahkan untuk mengevaluasi tujuan program atau dampak
kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan program yang telah
direncanakan. Kegiatan ini dapat dilakukan jika tujuan program benar-benar
dirumuskan secara jelas dan telah disediakan cara-cara pengukurannya, baik yang
menyangkut perubahan prilaku atau ukuran-ukuran yang lain.
5.
Kegunaan
Evaluasi
Mardikanto dan
Sutarni (1985) dalam Mardikanto (1993) mengemukakan 3 kegunaan evaluasi
penyuluhan yang mencakup :
1.
Kegunaan
bagi kegiatan penyuluhan, yakni sebagai berikut :
a.
Untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan telah dicapai.
b.
Untuk
mencari bukti, apakah seluruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang
direncanakan dan apakah semua perubahan-perubahan yang terjadi memang sesuai
dengan sasaran yang diinginkan.
c.
Untuk
mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai, yang berkaitan dengan tujuan
yang diinginkan.
d.
Untuk
mengukur efektivitas dan efisiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan
yang telah dilaksanakan.
e.
Untuk
menarik simpati para aparat dan warga masyarakat, bahwa program yang
dilaksanakan itu memang memperoleh perhatian sungguh-sungguh, untuk
selanjutnya, dengan adanya simpati mereka itu diharapkan lebih meningkatkan
aktivitas dan partisipasi mereka dalam kegiatan penyuluhan di masa-masa
mendatang.
2.
Kegunaan
bagi aparat penyuluhan, yang meliputi :
a.
Dengan
adanya kegiatan evaluasi, penyuluh merasa diperhatikan dan tidak
dilupakan,sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mampu mendorong
aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b.
Melalui
evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu
kegiatan penyuluh itu sendiri, yang sangat penting artinya karena melalui
evaluasi biasanya juga akan menentukan masa depan/promosi bagi pengembangan
karier yang bersangkutan.
c.
Dengan
adanya kegiatan evaluasi, setiap penyuluh akan selalu mawas diri, dan selalu
berusaha agar kegiatannya dapat dinilai baik, sehingga akan membiasakan dirinya
untuk bekerja tekun dan penuh tanggung jawab.
3.
Kegunaan
bagi pelaksana evaluasi, yang berupa :
a.
Kebiasaan
untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan berdasarkan
pada asumsi, praduga, atau intuiasi semata.
b.
Kebiasaan
bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
c.
Memperoleh
peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan dan mengembangkan :
1)
Teknik
pengukuran yang tepat dan teliti.
2)
Teknik
pengumpulan data yang andal.
3)
Teknik
analisis yang tepat dan tajam.
6.
Prinsip
Evaluasi
Evaluasi
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu keadaan, gejala,atau kegiatan-kegiatan
tertentu. Menurut Mardikanto (1993), kegiatan evaluasi harus memperhatikan
prinsip-prinsip evaluasi yang terdiri atas :
1.
Kegiatan
evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan
perencanaan program, artinya, tujuan evaluasi harus selaras dengan tujuan yang
ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam perencanaan programnya.
2.
Setiap
evaluasi harus memenuhi persyaratan :
a.
Obyektif,
artinya selalu berdasarkan pada fakta.
b.
Menggunakan
pedoman tertentu yang telah dibakukan (standardized).
c.
Menggunakan
metoda pengumpulan data yang tepat dan teliti.
3.
Setiap
evaluasi, harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan
evaluasi yang berbeda pula.
4.
Evaluasi
harus dinyatakan dalam bentuk :
a.
Data
kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat pencapaian tujuan dan
tingkat penyimpangan pelaksanaannya.
b.
Uraian
kualitataif, agar dapat diketahui faktor-faktor; penentu keberhasilan, penyebab
kegagalan, dan faktor penunjang serta penghambat keberhasilan tujuan program
yang direncanakan.
5.
Evaluasi
harus efektif dan efisien, artinya :
a.
Evaluasi
harus menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk meningkatkan
efektivitas (tercapainya tujuan) program.
b. Evaluasi harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdayanya sehingga tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang
terlalu rinci, tetapi tidak banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan,
melainkan harus dipusatkan pada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki
dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).
C.
Evaluasi
Dampak
1.
Pengertian
Evaluasi Dampak
Dampak
adalah gambaran nilai suatu program terhadap orang dan masyarakat. Biasanya,
dampak mengacu pada manfaat jangka panjang terhadap masyarakat. Misalnya,
peningkatan pengetahuan, efisiensi produksi, peningkatan lingkungan hidup,
keuntungan finansial, dll.
Evaluasi dampak sendiri menurut
Rossi dan freeman, (1985), adalah sebuah evaluasi yang mengukur taraf atau
tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan seseorang dalam
kehidupan yang selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari definisi
yang berbeda, misalnya menurut US
Environmental Protection Agency mengartikan bahwa evaluasi dampak adalah
sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah program dengan
membandingkan out come yang
dihasilkan dengan taksiran awal apa yang akan terjadi apabila tidak
mengikuti program yang ada (Wikipedia, 2008)
2.
Tujuan Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak bertujuan untuk
mengukur akibat jangka panjang setelah seseorang menjalankan aktivitas program
tertentu, baik yang berada dalam lingkungan rumah tangga, institusi, dan
masyarakat pada umumnya. Sehingga ada penyediaan fitback untuk membantu memperbaiki desain sebuah program atau
kebijakan.
3. Manfaat Evaluasi Dampak
Manfaat melakukan evaluasi
adalah:
a. menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah
penyuluhan dilaksanakan
b. perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasian
petani dan pelaksanaan penyuluhan pertanian
c. penyempurnaaebijakan penyuluhan pertanian
4.
Kegunaan
Evaluasi Dampak
Kegunaan
evaluasi dampak ada 2
(dua), yaitu :
a.
Bagi Perencana
1)
Mengidentifikasi kombinasi terbaik dari semua komponen
program yang berpengaruh lebih nyata terhadap pencapaian tujuan dan sasaran
kegiatan.
2)
Mengetahui efektifitas, efisiensi, relevansi, dan manfaat
dari program/ proyek
b.
Bagi Administrator/Manager
1)
Mendokumentasikan dan melaporkan manfaat dari
programkepada penyandang dana.
2)
Menyempurnakanperencanaan dan pelaksanaan.
5.
Langkah –
langkah Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi penyuluhan yaitu menetapkan obyek, menetapkan
data atau informasi yang akan dikumpulkan, cara pengumpulannya,
alat/instrumen yang digunakan, cara
mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya.
Langkah-langkah
evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:
a.
Memahami Tujuan - Tujuan Penyuluhan yang Akan di Evaluasi.
1) Unsur-unsurnya dalam tujuan penyuluhan antara lain:
a) sasaran (S)
b) perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
c) materi (M)
d) kondisi/situasi (K)
2) Tujuan dirumuskan:
SMART
S = Specifik ( sederhana dan spesifik)
M = Measurable (
dapat diukur )
A = Attainable
(dapat dicapai )
R = Realistik (realistis, yata)
T = Time-bound ( berbatas waktu/jangka waktu
tertentu )
3) Menetapkan Indikator - Indikator
untuk mengukur kemajuan-kamajuan
yang dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
a) Indikator perubahan Kognitif
b) Indikator perubahan kemampuan Afektif
c) Indikator perubahan Psikomotor
4) Mambuat Alat Pengukur untuk Mengumpulkan Data
Alat pengukur yang dapat dipakai untuk mengukur data :
a) Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengetahuan (daya mengingat)
b) Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur pengertian
c) Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah rating scale untuk mengukur ketrampilan atau kegiatan-kegiatan praktek
d) Skala sikap
e) Skala minat.
5) Membuat alat Pengukur/Instrumen Evaluasi
Membuat alat pengukur/instrumen evaluasi harus memenuhi persyaratan alat
ukur
a) Kesahihan (validity)
Sahih,
b) Keterandalan (reliability.
c) Obyektivitas
Alat ukur harus obyektif kongkrit, jelas.
d) Praktis (practicability)
.
e) Sederhana (simple)
6) Melakukan Analisis dan Interpretasi Data
Proses Ini merupakan langkah akhir yang
menentukan :
a)
lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan, hapuskan data yang
“nyleneh” (out lier)
b)
lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat memasukan data
c)
lakukan tabulasi (tally, sheet,
tabulasi sheet).
Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :
1) presentase
2) deskriptif (mean, modus, median, rerata, Standart
Deviasi)
3) statistik inferensial
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan
diambil serta pertimbangan-pertimbangan yang akan
dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan data dapat memanfaatkan alat komputasi
seperti Program excel, Program SPSS,
atau dihitung secara manual dengan kalkulator.
6. Cara Mengevaluasi Dampak
Evaluasi
dampak dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a)
Studi Lanjutan Pasca Program
Studi ini dilakukan setelah program sudah berakhir.
Sebagai contoh, suatu survey pasca latihan terhadap peserta latihan dilakukan 6
bulan setelah berakhirnya suatu latihan untuk mengetahui apakah peserta latihan
menerapkan dan atau meneruskan apa yang telah dipelajari selama latihan, dsb.
Untuk melakukan studi pasca proyek sangat dituntut adanya
pencatatan yang rapih tentang data sebelum proyek dimulai. Pencatatan yang
tidak rapih, tidak lengkap, dan hilang misalnya, mempengaruhi ketelitian (accuracy) dan reliabilitas (reliability) dari data yang pada
gilirannya menentukan haril evaluasi. Kurang lengkapnya data juga menyebabkan
keraguan tentang aopakah dampak yag diamati disebabkan oleh intervensi program
/ proyek ataukah oleh penyebab lain.
b)
Penggunaan Ekspert
Pada cara ekspert
atau konsultan untuk menilai efektivitas suatu program/proyek. Ekspert atau konsultan megunjungi lokasi
proyek untuk mengamati secara dekat pelaksanaan proyek dan membuat suatu
laporan tentang segala aspek yang menyangkut pelaksanaan, masalah yang
dihadapi, serta informasi penting lainya. Disamping melakukan pengamatan
lagsung, dapat dilakukan wawancara dengan para manager, staf, dan pelaksana
proyek. Kelemahan
dari cara ini adalah bahwa bila ekspert atau konsultan tersebut kurang
mengetahui tentang program tersebut, ada suatu kecenderungan
untuk tidak
bersifat objektif, terutama dalam
menginterprestasi
data.
c)
Evaluasi oleh Peserta
Pada cara ini peserta yang menjadi sasaran
program/proyek/latihan melakukan penilaian efektivitas. Kelemahan dari cara ini
adalah bahwa mereka yang memperoleh manfaat positif dari proyek akan memberikan
penilaian yang lebih tinggi yang didorong oleh perasaan takut bahwa memberi
kritik secara jujur akan berakibat dihentikannya bantuan-bantuan yang bermanfaat
bagi mereka.
d)
Evaluasi oleh Administrator
Pada cara ini diharapkan bahwa para administrator
melakukan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek. Kelemahan dari cara
ini ialah bahwa para administrator tersebut telah disibukkan dengan tugas-tugas
rutin sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan evaluasi. Disamping itu
para administrator tentu akan selalu memberikan penilaian yang cenderung baik
untuk membuktikanm bahwa proyek itu efektif dan bermanfaat sehingga perlu
dipertahankan dan dilanjutkan.
D.
Agribisnis
1.
Pengertian
Agribisnis
Agribisnis
menurut Arsyad dkk dalam http://pengertiandefinisi-arti.blogspot.com,agribisnis
adalah kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari
matarantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran produk-produk yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas, sedangkan Agribisnis Menurut
Wibowo dkk, (1994), Pengertian
agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosesing,
penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani
atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain.
Dengan
demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang
memiliki beberapa komponen sub sistim yaitu, sub sistim usaha tani/yang
memproduksi bahan baku; sub sistim pengolahan hasil pertanian, dan sub sistim
pemasaran hasil pertanian. Pengertian
Agribisnis menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih (1998), adalah kegiatan yang berhubungan dengan
penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi
(agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang
kegiatan.
Agribisnis
menurut Sjarkowi dan Sufri (2004), adalah setiap usaha yang berkaitan dengan
kegiatan produksi pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau
pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan hasil
pertanian.
Agribisnis,
dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan
pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran.
2.
Komponen Agribisnis
a.
Agroinput
Agroinput atau
agribisnis hulu meliputi kegiatan perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha,
perencanaan standar produksi, pengadaan tenaga kerja, serta pengadaan dan
penyaluran sarana produksi bagi usahatani. Proses Perencanaan produk dilakukan
sebelum suatu proyek pengembangan produk secara formal disetujui, sumber daya
yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar dibentuk.
Kegiatan perencanaan produk menjamin bahwa proyek pengembangan produk mendukung
strategi bisnis perusahaan yang lebih luas.
b.
Subsistem
Produksi dan Usaha Tani
Usahatani
merupakan suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi dmana pertanian
diselenggarakan seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap,
atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
sinar matahari, dan bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut
(Mosher, 1968)
Usahatani
merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha
mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan
keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan
pertanian (Kadarsan, 1992).
c.
Subsistem
Pengolahan Hasil
1) Komponen agribisnis hilir pengolahan
hasil adalah kegiatan ekonomi yang mengolah produk usahatani menjadi produk
olahan baik produk antara maupun produk akhir.
2) Pengolahan hasil atau industri
pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan operasi terhadap suatu bahan
mentah untuk diubah bentuk atau komposisnya.
3) Pelaku industri pengolahan hasil
usahatani berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau pengguna
hasil industri pengolahan. Ciri-ciri industri pengolahan hasil usahatani:
Ø
Dapat
meningkatkan nilai tambah
Ø
Menghasilkan
produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan.
Ø
Meningkatkan
daya saing, dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen.
d.
Subsistem
Pemasaran Hasil Pertanian
1) Pemasaran hasil pertanian adalah
kegiatan-kegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar
maupun olahan di dalam dan luar negeri termasuk di dalamnya kegiatan distribusi
untuk memperlancar arus komoditas dari sentra produksi ke sentra konsumsi,
promosi, informasi pasar, serta market
intelligence.
2) Pemasaran merupakan titik awal dalam
kegiatan agribisnis. Analisis pemasaran mengkaji lingkungan eksternal atau
respon terhadap produk agribisnis yang akan ditetapkan dengan melakukan
karakteristik konsumen, pengaruh kebijaksanaan pemerintah dan pasar domestik
atau pasar internasional. Pemasaran dapat dilakukan dengan melalui pendekatan
kelembagaan dengan mempertimbangkan sifat dan karakter dari pedagang perantara
(middlemen), hubungan agen dan susunan/perlengkapan
organisasi.
e.
Jasa
Layanan dan Pendukung
1) Jasa layanan dan pendukung adalah
seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti lembaga
keuangan, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan penyuluhan, sistem
informasi dan transaksi, lembaga transportasi, lembaga pemerintah dan lembaga
masyarakat.
2) Jasa layanan lembaga keuangan;
Kebijakan pembiayaan pembangunan
pertanian perlu memprioritaskan anggaran untuk sektor pertanian dan sektor
pendukungnya, kebijakan pembiayaan pertanian yang mudah diakses oleh
masyarakat.
3) Jasa layanan lembaga penelitian dan
pengembangan;
Berkaitan dengan pengembangan
teknologi dalam agribisnis, teknologi baru diciptakan melalui kegiatan
penelitian, baik dalam rangka perbaikan atau pembaharuan dari teknologi yang
sudah ada sehingga mempunyai keunggulan yang lebih banyak atau penemuan
teknologi yang sama sekali baru.
III . PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik
Kerja Lapangan ( PKL ) dilaksanakan selama 3 bulan, sejak tanggal 19 Mei 2013
sampai dengan 17 Agustus 2013, yang dilaksanakan di Desa Tambang Tinggi Kecamatan
Cermin Nan Gedang Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran
kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) III adalah : Masyarakat tani,
Kelompoktani, GAPOKTAN, Aparat desa dan Penyuluh.
C. Materi
Kegiatan
1. Mengidentifikasi
Masalah Penerapan Program Penyuluhan
2.
Menyusun Instrumen
Evaluasi Dampak
3.
Menyusun Proposal
Evaluasi Dampak
4. Melaksanakan Evaluasi Dampak
5. Menyusun Laporan Evaluasi Dampak
6. Menyusun Rancangan Jasa Konsultasi
Agribisnis
7. Pengawalan
Program pemerintah
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Data
Keragaan Wilayah
1. Deskripsi Umum Wilayah
a.
Letak Wilayah
Secara administrasi DesaTambang Tinggi termasuk wilayah
binaan BP3K Cermin Nan Gedang yang
terletak pada ketinggian antara 250 sampai 300 d.p.l. Jarak tempuh Tambang Tinggi dari Ibu kota
Kabupaten 26 km, dari Ibu kota Provinsi
210 km sedangkan jarak tempuh dari Ibu kota Negara - km.
b.
Luas
Wilayah
Luas wilayah DesaTambang Tinggi 389,278 ha
yang terbagi 3 (tiga) Dusun. Data
keragaan luas wilayah binaan DesaTambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Keragaan Luas Wilayah Binaan DesaTambang
Tinggi Berdasarkan Penggunaan Lahan
No.
|
Penggunaan
Lahan (ha)
|
D
e s a
Tambang
Tinggi
|
1.
|
Pertanian
|
90,05
|
2.
|
Ladang
/tegalan
|
23,95
|
3.
|
Peternakan
|
1,5
|
4.
|
Perikanan
|
1,8
|
5.
|
Pekarangan
|
10,25
|
6.
|
Pemukiman
|
35,243
|
|
Jumlah
|
157,953
|
c.
Batas
Wilayah
Tambang
Tinggi berbatasan dengan :
-
Sebelah
barat berbatasan dengan Desa Sekamis
-
Sebelah
timur berbatasan dengan Kampung Tujuh
-
Sebelah
utara berbatasan dengan Sungai Dingin
-
Sebelah
selatan berbatasan Desa Sungai Baung
2. Potensi Sumber Daya Alam
a.
Topografi
Wilayah binaan DesaTambang Tinggi memiliki topografi yang
bervariasi dari dataran tinggi dan bergelombang. Tingkat kemiringan lahan antara 15 – 30
derajat. Jenis tanah pada umumnya
dominan Latosol dan Grumosol dengan pH berkisar antara 4,5 –
7.
b.
Curah
Hujan
DesaTambang Tinggi termasuk daerah besar, intensitas
hujan besar yang berarti sering terjadi hujan lebat, keadaan kurang
menguntungkan dan kurang baik bagi tanaman karena dapat menimbulkan
kerusakan. Intensitas hujan dalam 10
tahun terakhir mencapai rata-rata 3942,2 mm/tahun. Rata-rata bulan basah (BB) adalah 9,5 bulan,
rata-rata bulan lembab (BL) adalah 1,5 bulan dan rata-rata bulan kering (BK)
adalah 1 bulan, (Aldeman, 1977). Tipe
curah hujan tergolong klasifikasi tipe A (sangat basah), rata-rata BB 11,5
bulan dan rata-rata BK 0,5 bulan (Schmidt dan Ferguson, 1951). Data keragaan curah hujan selama 10 tahun
terakhir di Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Data Curah Hujan Tahun 2008 – 2012 di
Kecamatan Cermin Nan Gedang
No
|
Bulan
|
Jumlah Curah Hujan
(x,mm/Bulan/Tahun)
|
|||||||||
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
|||||||
mm
|
HH
|
mm
|
HH
|
mm
|
HH
|
mm
|
HH
|
mm
|
HH
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
|
199
200
055
712
300
216,6
421
410,5
248,5
239,5
271,5
443
|
10
18
14
15
12
16
15
15
13
13
13
13
|
525
550
327
240
254
357
240
37
47
8
132
317
|
11
15
13
11
9
12
12
2
5
2
8
14
|
793
80
149
192
229
136
190
57
46
201
249
327
|
7
6
4
14
9
8
7
3
4
6
11
15
|
231
209
112
270
65,5
62
55
148,4
3605
350
269,9
202
|
7
5
14
13
6
8
6
8
8
10
10
10
|
405,5
636
217,6
258,1
186
140,5
31
427
353,5
280,5
393,7
775,5
|
12
9
14
8
5
5
3
12
11
7
12
20
|
|
Jumlah
|
4157,5
|
156
|
2828
|
|
2639
|
94
|
2630,3
|
115
|
4104, 9
|
118
|
|
Rata-Rata
|
346,5
|
13
|
235,6
|
|
219,1
|
7,8
|
219,1
|
9,5
|
342,0
|
9,8
|
Sumber : BP3K Cermin Nan Gedang 2012
3.
Klasifikasi
Lahan dan Tata Guna
Klasifikasi
lahan untuk kegiatan usaha tani dibedakan menjadi lahan basah dan lahan
kering. Wilayah binaan Tambang Tinggi
memiliki klasifikasi lahan usaha tani 84% lahan basah dan 16% lahan kering. Data keragaan klasifikasi lahan dan tata guna
lahan di wilayah binaan Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data Keragaan Klasifikasi Lahan dan Tata Guna
Lahan di Tambang Tinggi.
No.
|
Klasifikasi
dan tataguna lahan (Ha)
|
D
e s a
Tambang
Tinggi
|
|
Lahan
Basah
|
|
1.
|
Pengairan
Tehnis
|
-
|
2.
|
Pengairan
½ Tehnis
|
15,75
|
3.
|
Pengairan
Sederhana
|
74,75
|
|
Lahan
Kering
|
|
1.
|
Ladang/Tegalan
|
23,95
|
2.
|
Tadah
Hujan
|
-
|
3.
|
Kehutanan
|
-
|
4.
|
Pekarangan
|
10,25
|
5.
|
peternakan
|
1,5
|
4. Potensi Sumber Daya Manusia Pertanian
a.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Status Kepala Keluarga
Jumlah penduduk Tambang Tinggi menurut jenis kelamin dan jumlah penduduk
berdasarkan status kepala keluarga (KK) dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
No
|
Desa
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jml
|
KK Tani
|
KK Non Tani
|
Jml
|
1
|
Tambang Tinggi
|
3621
|
3277
|
6898
|
320
|
330
|
650
|
Berdasrkan data di atas
jumlah penduduk Tambang Tinggi menurut
jenis kelamin dan mata pencaharian untuk
laki-laki 51,52%, perempuan 48,48%, sedangkan masyarakat tani hanya 9,48%,
masyarakat yang bermatapencaharian non tani mencapai 90,52%.
b.
Jumlah
Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah penduduk Tambang Tinggi berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kelompok Umur.
No.
|
Desa
|
Kelompok
Umur (Jiwa)
|
|||||
0
- 15
|
16
-30
|
31
- 45
|
46
– 60
|
>
60
|
Jumlah
|
||
1.
|
Tambang
Tinggi
|
2282
|
2004
|
1497
|
849
|
268
|
6898
|
Data di atas menunjukan
usia produktif 16 – 45 tahun yang ada di
wilayah Tambang Tinggi adalah 43,19%.
c. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan
Penduduk yang ada di wilayah Tambang
Tinggi menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Tambang Tinggi Menurut
Tingkat Pendidikan
No.
|
Desa
|
Tdk
Tmt SD
|
SD
|
SLTP
|
SLTA
|
D3
|
S1
|
Jumlah
|
1.
|
Tambang
Tinggi
|
406
|
3300
|
1485
|
1680
|
25
|
2
|
6898
|
Dari tabel di atas dapat
kita lihat tingkat pendidikan penduduk yang ada di Tambang Tinggi terdiri atas
8,13% tidak tamat SD, 28,07% tamat SD, 27,58% SLTP, 32,76% SLTA, 1,75% Diploma
III, dan 1,71% Stara 1.
d. Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian
Keragaan jumlah penduduk Tambang Tinggi
menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Keragaan Jumlah Penduduk Menurut Mata
Pencaharian.
No.
|
Jenis
Mata Pencaharian
|
Jumlah Penduduk Desa (orang)
Tambang Tinggi
|
1.
|
Pertanian
|
447
|
2.
|
Pertambangan
|
22
|
3.
|
Industri
|
127
|
4.
|
Bangunan
|
147
|
5.
|
Perdagangan
|
279
|
6.
|
Transportasi
|
167
|
7.
|
Jasa
|
133
|
8.
|
Pegawai
Negeri
|
57
|
9.
|
Swasta
|
45
|
10.
|
Buruh
|
456
|
11.
|
Perikanan
|
-
|
|
Jumlah
|
1880
|
Dari keragaan data di atas penduduk Tambang
Tinggi yang bermata pencaharian dibidang pertanian 18,81% dari total usia
produktif.
e.
Jumlah
Penduduk Tani Menurut Status Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan masyarakat tani di
Tambang Tinggi dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Tani Menurut Status dan
Kepemilikan Lahan
No.
|
D
e s a
|
Status Petani (orang)
|
|||||
Pemilik
|
Pemilik Penggarap
|
Penggarap
|
Penyekap
|
Buruh Tani
|
Jumlah
|
||
1.
|
Tambang
Tinggi
|
1300
|
15
|
180
|
35
|
187
|
1717
|
Dari tabel di atas jumlah petani di Tambang Tinggi menurut status
dan kepamilikan adalah pemilik 9,19%, pemilik penggarap 12,96, penggarap
29,01%, penyekap 11,41% dan buruh tani 37,43%.
f. Jumlah Petani Ikan
Jumlah Petani pembudidaya ikan di Tambang
Tinggi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Data Pembudidaya Ikan di Tambang Tinggi
No.
|
D
e s a
|
Pembenih
|
Pembesar
|
Jenis
Ikan
|
1.
|
Tambang Tinggi
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
-
|
-
|
|
g. Jumlah Penduduk Peternak
Tabel 10. Data Jumlah Penduduk Menurut Usahanya
No.
|
D
e s a
|
Ternak Kecil
|
Ternak Besar
|
Ternak Unggas
|
Jumlah
|
1.
|
Tambang Tinggi
|
-
|
26
|
43
|
69
|
5. Kelembagaan Kelompoktani
Kelembagaan tani di wilayah binaan
BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi tumbuh dan berkembang sejalan dengan
pembinaan yang dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, peternak,
perikanan, dan kehutanan, kontinuitas kegiatan penyuluhan berkesinambungan
memberikan percepatan proses penguatan kapasitas kelembagaan tani.
Data
keregaan kelembagaan tani wilayah binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Data Keragaan Kelembagaan Kelompoktani di
Desa Tambang Tinggi
No.
|
Kelembagaan Kelompoktani
|
D e s
a
Tambang Tinggi
|
1.
|
· Klp tani Tan.Pangan
|
5
|
|
· Klp tani Ternak
|
-
|
|
· Klp tani Ikan
|
-
|
|
· Kelp tani Hutan
|
-
|
2
|
Gabungan Kelompok
|
1
|
3.
|
P3A
|
-
|
a.
Data
Kelompok Tani
Sebagaimana tertuang dalam data
keragaan kelembagaan tani (tabel 11) kelompok tani yang telah ditumbuhkan
sebanyak 5, terdiri atas :
Tabel 12. Data Keragaan Kelompoktani di Tambang Tinggi
No.
|
Desa/Kelompok
|
Tgl/Bln/Th
Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jml
Agt
|
Kelas
Kelompok
|
||
Ketua
|
Sekret
|
Bend
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
|
·
Pulau
Betung
·
Mangkua
Baru
·
Pulau
Gedang
·
Tembang
Tinggi
·
Tunas
Muda
|
2003
2003
2003
2003
2003
|
M.Baki
M.Nuh
Helmi
Zulyaden
Suwendi
|
M.Nuri
Pardi
Bawis
Fauzi
Rodi
|
Maliki
Kolik
sapari
Saribi
Zahur
|
46
20
30
18
18
|
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula
|
b.
Data Kelompok Tani Ternak
Pengembangan ternak di wilayah binaan
BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi belum optimal karena pembinaan yang masih
kurang terutama sumber daya manusia pertanian.
Untuk potensi yang dimiliki cukup besar baik sumber daya alam maupun
minat para petani untuk mengembangkan peternakan. Data kelompok tani ternak dapat dilihat pada
tabel 13.
Tabel 13. Data Keragaan Kelompok Tani Ternak di Wilayah
Tambang Tinggi
No.
|
Desa/Kelompok
|
Tgl/Bln/Th
Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jml
Agt
|
Kelas
Kelompok
|
||
Ketua
|
Sekret
|
Bend
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
.
|
Tambang
Tinggi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
c. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan
Pengembangan perikanan
di wilayah BP3K Cermin Nan Gedang kecmatan Cermin Nan Gedang masih terbatas,
usaha perikanan masih bersifat sampingan artinya belum dijadikan usaha pokok,
padahal potensi sumber daya alam di Tambang Tinggi sangat mendukung. Data keragaan kelompoktani pembudidaya ikan
dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Data Keragaan Kelompok Tani Ikan di Tambang
Tinggi.
No.
|
Desa/Kelompok
|
Tgl/Bln/Th
Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jml
Agt
|
Kelas
Kelompok
|
||
Ketua
|
Sekret
|
Bend
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
.
|
Tambang
Tinggi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
d. Data Kelompok Tani Hutan/Kebun Rakyat
Komoditas kehutanan yang dapat dikembangkan adalah
budidaya jamurn keragaan kelompok tani hutan dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Data Kelompoktani Hutan di Wilayah Tambang
Tinggi
No.
|
Desa/Kelompok
|
Tgl/Bln/Th
Berdiri
|
Nama Pengurus
|
Jml
Agt
|
Kelas
Kelompok
|
||
Ketua
|
Sekret
|
Bend
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1.
.
|
Tambang
Tinggi
|
-
|
|
|
|
|
|
e. Fasilitas Penunjang Usaha Tani/Usaha
Pembudidaya Ikan dan hutan
Fasilitas
penunjang usaha tani tanaman pangan, pembudidaya ikan dan kehutanan di wilayah
binaan BP3K Cermin Nan Gedang Tambang Tinggi masih terbatas karena kendala
modal yang dimilki oleh petani. Keragaan
fasilitas penunjang usaha tani/usaha pembudidaya ikan dan hutan dapat dilihat
pada tabel 16.
Tabel 16. Data Fasilitas Penunjang Usaha
Tani/Pembudidaya Ikan/Kehutanan
No.
|
Jenis
Fasilitas
|
Desa
Binaan
Tambang
Tinggi
|
1
|
2
|
3
|
1.
|
Penggilingan padi
|
-
|
2.
|
Traktor
|
-
|
3.
|
Kios Saprodi
|
-
|
4.
|
Koperasi Tani
|
-
|
5.
|
Pasar
|
-
|
6.
|
Ternak Kerja
|
-
|
7.
|
Hand Spayer
|
6
|
B.
Hasil
Kegiatan PKL
1.
Mengidentifikasi
Masalah Penerapan Program Penyuluhan
2.
Menyusun
Instrumen Evaluasi Dampak
3.
Menyusun
Proposal Evaluasi Dampak
4.
Melaksanakan
Evaluasi Dampak
5.
Menyusun
Laporan Evaluasi Dampak
6.
Menyusun
Rancangan Jasa Konsultasi Agribisnis
7.
Pengawalan
Program pemerintah
C.
Pembahasan
1.
Melaksanakan
Evaluasi dampak PUAP
a. Latar
Belakang
Kemiskinan
di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak
dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
kesejahteraan sosial. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis
pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak
pada pengurangan penduduk miskin.
1) Tujuan dari
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan adalah
a) Mengurangi
kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha
agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah.
b) Meningkatkan
kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus GAPOKTAN, Penyuluh dan Penyelia
Mitra Tani.
c) Memberdayakan
kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha
agribisnis.
d) Meningkatkan
fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan
dalam rangka akses ke permodalan.
2) Output yang
diharapkan dari program PUAP ini adalah :
a) Meningkatnya
kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk
petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga
tani.
b) Meningkatnya
jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal
usaha.
c) Meningkatnya
aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan.
d) Meningkatnya
pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga
tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
b. Rumusan
Masalah :
1) Bagaimana
karakteristik GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang Tinggi
2) Bagaimana
dampak Program PUAP di GAPOKTAN Harapan Baru.
c.
Tujuan
1) Mengidentifikasi
karakteristik GAPOKTAN Harapan Baru di Desa Tambang Tinggi
2) Menganalisis
dampak program PUAP GAPOKTAN Harapan Baru
d.
Manfaat
Hasil
Evaluasi ini diharapkan berguna untuk:
1) Bagi
GAPOKTAN, sebagai bahan masukan perbaikan terhadap perkembangan GAPOKTAN di
Kecamatan Cermin Nan Gedang.
2) Bagi
Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan diharapkan bisa memberi
masukan dan evaluasi serta penilaian kinerja dari masing-masing GAPOKTAN hasil
binaan mereka.
3) Bagi
pembaca diharapkan dapat menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam
evaluasi yang akan dilakukan selanjutnya.
4).
Bagi penulis untuk pengalaman dan wadah pelatihan dalam teori-teori serta\
aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan.
e.
Gambaran
Umum Pelaksanaan PUAP
PUAP
merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik
petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program
ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan
lapangan kerja di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam
kegiatan
usaha di bidang pertanian sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan
memberikan kewenangan kepada GAPOKTAN yang telah memenuhi persyaratan. GAPOKTAN
juga didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani.
Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh GAPOKTAN sebagai penyalur PUAP antara lain
:
1. Memiliki
SDM yang mampu mengelola usaha agribisnis
2. Memiliki
struktur kepengurusan yang aktif
3. Dimiliki
dan dikelola oleh petani
4. Dikukuhkan
oleh bupati atau wali kota.
Jumlah
dana yang disalurkan ke setiap GAPOKTAN sebesar Rp 100 juta. Dana tersebut
disalurkan kepada anggota GAPOKTAN guna menunjang kegiatan usahataninya.
Tentunya dalam penyaluran dana tersebut terdapat beberapa prosedur yang harus
dipenuhi bagi mereka yang akan memanfaatkan bantuan tersebut. Oleh sebab itu,
dalam rangka mengantisipasi agar penyaluran dan pemanfaatan PUAP berjalan
lancar, aman dan terkendali, maka dibentuk suatu timpemantau, pembinaan dan
pengendalian di tingkat propinsi dan kabupaten atau kota.
f. Evaluasi Program PUAP
Evaluasi
pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program
tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan indikatorindikator yang ada.
Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak berupa manfaat yang optimal
dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program ini sangat diperlukan untuk
menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara lain :
1). Indikator
keberhasilan output meliputi :
a) Tersalurkannya
BLM – PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam
melakukan usaha produktif pertanian; dan
b) Terlaksananya
fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia pengelola
GAPOKTAN, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
2). Indikator
keberhasilan outcome meliputi :
a) Meningkatnya
kemampuan GAPOKTAN dalam memfasilitasi dan mengelolabantuan modal usaha untuk
petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga
tani.
b) Meningkatnya
jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang mendapatkan bantuan modal
usaha.
c) Meningkatnya
aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; dan
d) Meningkatnya
pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan rumah tangga
tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
3). Indikator benefit dan Impact antara
lain:
a) Berkembangnya
usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP.
b) Berfungsinya
GAPOKTAN sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani.
c) Berkurangnya
jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
4).
Pendapatan Petani
Pada
akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biayabiaya yang telah
dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang
dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari
usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan
yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973).
Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur
tingkat keberhasilan usahanya.
Analisis
pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan
dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan
total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari hasil perkalian antara
jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga produk tersebut. Sedangkan
pengeluaran atau biaya merupakan semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam
satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output dalam suatu periode
produksi.
Penerimaan
usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan tunai (seperti
tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang dikonsumsi
keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun dengan
nilai awal tahun).Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya
tetap dan biaya tidak tetap (variabel).Bentuk pengeluaran dalam usahatani
berupa pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan.Pengeluaran tunai
adalah pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya
pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja.Sedangkan
pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan untuk
menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga
diperhitungkan.
g.
Pelaksanaan
Kegiatan
1). Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan
Kegiatan evaluasi dampak dilaksanakan pada Tanggal14 Juni sampai 7 Juli 2013
bertempat di GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin Nan
Gedang Kabupaten Sarolangun.
2). Sasaran
Anggota
Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Harapan Baru Desa Tambang Tinggi Kecamatan Cermin
Nan Gedang Kabupaten Sarolangun.
3).
Variabel, Indikator
Tabel. 1. Variabel dan Indikator
No.
|
Variabel
|
Indikator
|
1
|
Pendapatan Anggota GAPOKTAN
|
1.
Meningkatnya pendapatan anggota GAPOKTAN
2.
Meningkatnya daya beli anggota GAPOKTAN
3.
Berkurangnya jumlah petani miskin
dan pengangguran di perdesaan.
4.
Meningkatnya kegiatan dalam
berusaha
5.
Bertambahnya tabungan dan saldo
kas anggota GAPOKTAN
6.
Meningkatnyaproduksi usaha
agribisnis
7.
Kemampuan dalam mengelola bantuan
modal.
8.
Adanya Peningkatan Keuntungan
dalam berusaha agribisnis.
9.
Kelancaran dalam mengembalikan
pinjaman
|
a) Skala
Pengukuran :
Penentuan
alat ukur dengan menggunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut
4 :
sangat meningkat 2 :
kurang meningkat
3 :
meningkat 1 :
tidak meningkat
b) Metode
pengambilan sampel :
Metode merupakan pengambilan
dari populasi, populasi ini adalah anggota GAPOKTAN penerima dana PUAP. Jumlah
sampel yang diambil 3 Kelompoktani, dan masing-masing Kelompoktani diambil 3
responden dari anggota kelompoktani, jadi jumlah sampel keseluruhan ada 9
responden anggota kelompoktani.
c) Metode
Pengambilan Data:
Data yang dikumpulkan adalah data internal
yang berasal dari responden melalui :
1) Wawancara
2) Pengambilan
langsung atau observasi
3) Kuisioner.
d) Metode
Analisis Data :
Metode analisis data
yang digunakan adalah Analisis
Deskriftif, analisis ini bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk
yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.
Dalam pengambilan
sampel dilakukan dengan cara metode purposive
sampling (sengaja).
e) Analisis
Peningkatan Pendapatan
Pengolahan data
dilakukan secara kualitatif.Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara
dengan pengurus GAPOKTAN dan data-data sekunder didapat dari pihak yang
bersangkutan. Data tersebut selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabulasi
silang dan kemudian dianlisis secara deskriptif.
Efektivitas
penyaluran dana PUAP bedasarkan tanggapan dari pengguna (petani) dana PUAP
dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian keefektivan yang
kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skortersebut akan menggunakan
skala Likert.Pengukurannya dilakukan dengan menghadapkan seorang
responden pada beberapa pertanyaan, kemudian responden tersebut diminta untuk
memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari empat tingkatan dalam skala
tersebut.
Jawaban tersebut
diberi skor 1 – 4, dengan pertimbangan skor terbesar adalah empat (4) untuk
jawaban yang sangat mendukung/sangat meningkat, sedangkan jawaban yang tidak
mendukung/tidak meningkat diberi skor satu (1).Maksudnya pemberian skor satu
(1) tidak meningkat, dua (2) kurang meningkat, tiga (3) meningkat dan empat (4)
sangat meningkat.
Berdasarkan perolehan
skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang skala atau selang untuk
menentukan efektivitas penyaluran dana PUAP. Selang diperoleh dari selisih
total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi
jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).
Nilai maksimal – nilai
minimal
Jumlah Katagori
Jawaban
Penilaian tanggapan
responden terhadap penyaluran dana PUAP akan dibagi ke dalam empat kategori,
yaitu sangat meningkat, meningkat, kurang meningkat dan tidak meningkat. Nilai
skor yang diperoleh adalah antara 81-324.Nilai skor 81 didapat dari hasil pengalian
skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan yaitu sembilan dan
dengan jumlah responden yang telah ditentukan (9 responden), atau dapat ditulis
(1 x 9 x 9 = 81). Sedangkan nilai skor 342 diperoleh dari hasil pengalian skor
tertinggi (4) dengan jumlah parameter yang digunakan (9) dan dengan jumlah
responden (9) atau dapat ditulis dengan (4 x 9x
9 = 324). Dan penentuan selang dalam tingkatan dapat dilakukan dengan
cara nilai maksimum di kurang nilai minimum dibagi banyak kategori penilaian, dan
dapat ditulis dengan ( 324 – 81)/4 =
60,75 – 1 = 59,75 (dibulatkan menjadi 60)
Dengan rincian skor penilaian adalah sebagai
berikut :
81 – 141 :
tidak meningkat
142 – 202 :
kurang meningkat
203 – 263 :
meningkat
264 – 324 :
sangat meningkat
Untuk mengetahui
hasil pendapatan dapat juga dengan menghitung pengeluaran biaya produksi dan
hasil produksi sebelum mendapat dana PUAP dan sesudah menerima dana PUAP.
h.
Hasil Dan Pembahasan
1)
Karakteritik GAPOKTAN
Harapan Baru
GAPOKTAN Harapan Baru Desa Tambang
Tinggi Kecamatan Cermin Nan Gedang didirikan pada tahun 2007, dengan jumlah
kelompoktaninya terdiri dari 5 kelompoktani yaitu : Pulau Betung,Tunas
muda,Pulau gedang,Mangkua baru dan Tembang Tinggi. GAPOKTAN Harapan Baru ini
sebelum mendapat dana PUAP, hanya berusaha jual hasil Karet ke tengkulak. Dan
setelah mendapat dana PUAP pada tahun 2010, GAPOKTAN Harapan Baru ini dapat
mengembangkan usahanya seperti : Mengumpulkan hasil Karet dan menjual ke
pedagang besar sendiri.
2)
Keanggotaan GAPOKTAN Harapan Baru
Keanggotaan
GAPOKTANHarapan Baru dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2. Pengurus Kelompok Tani Desa Tambang Tinggi
No.
|
Kelompoktani
|
Ketua
|
Sekretaris
|
Jumlah Anggota
|
1.
|
Pulau Betung
|
M. Baki
|
M.Nuri
|
28 orang
|
2.
|
Tunas Muda
|
Suwendi
|
Maliki
|
20 orang
|
3.
|
Mangkua Baru
|
M.Nuh
|
Kadar
|
20 orang
|
4
|
Pulau Gedang
|
Kholik
|
Pahzan
|
25 orang
|
5
|
Tembang Tinggi
|
Zulyaden
|
Bawis
|
25 orang
|
3)
Struktur Organisasi GAPOKTAN Harapan Baru
Ketua :
M. Baki
Sekretaris : Umar Bawis
Bendahara : Zulyaden
Seksi-seksi
:
Seksi
Produksi : Suwendi
Seksi
Pengolahan Hasil : Mashud
Seksi
Pemasaran : Iskandar
LKM :
M. Nuh
:
Siti Maisitah
4)
Kegiatan Usaha GAPOKTAN
Jenis
usaha GAPOKTAN Harapan Baru setelah mendapatkan dana PUAP adalah usaha
agribisnis Tanaman Perkebunan Karet dan usaha simpan pinjam yang dikelola LKM GAPOKTAN
Harapan Baru.
5)
Keadaan Arus Kas
Tabel
3.Keadaan Kas s/d bulan Desember 2012
No.
|
Tngl.
|
Uraian
|
Pemasukan (Rp)
|
Pengeluaran
|
Saldo
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
2-12-12
3-12-12
3-12-12
4-12-12
7-12-12
|
Saldo bulan lalau
Pembayaran angsuran anggota
Pembayaran Jasa Anggota
Pengambilan uang di bank
Setor ke bank
|
13.262.400.-
2.450.000.-
441.000,-
3.600.000,-
|
-
-
-
-
1.400.000
|
13.262.400.-
15.712.400.-
16.153.400.-
19.753.400
18.353.400
|
Jumlah
|
19.353.400
|
1.400.000,-
|
18.353.400
|
Sumber
: LKM GAPOKTAN Harapan Baru
Berdasarkan data arus kas diatas bahwa
saldo kas sampai dengan bulan Desember 2012 berjumlah Rp.18.353.400,-.
6)
Pendapatan Petani Sebelum
dan Sesudah adanya program PUAP
Menurut
salah satu anggota kelompoktani Bapak Umar Baki bahwa hasil produksi dijual
hanya kepada tengkulak sebelum adanya program PUAP, dan setelah adanya program PUAP petani telah
mampu menjual sendiri kepedagang besar. Ini berarti ada peningkatan pendapatan
petani setelah adanya program PUAP.
Berikut
disajikan pendapatan produksi padi setiap hektar anggota kelompoktani sebelum
dan sesudah adanya program PUAP.
Uraian
|
Satuan
|
Nilai Rata-rata
Sebelum PUAP
|
Nilai Rata-rata
Sesudah PUAP
|
Penerimaan
·
Hasil Produksi
·
Hasil Tunai
·
Panen
|
400 kg/ha/bln
|
6.000 kg
Rp.2400,000,-
Rp.800.000,-
|
8.500 kg
Rp.3400.000,-
Rp.800.00,-
|
Pendapatan
|
|
Rp.1600,000,-
|
Rp.2600,000,-
|
B/C
|
|
1,4
|
2,4
|
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan
data diatas bahwa, pendapatan petani rata-rata untuk setiap hektar/bulan
meningkat satu juta rupiah, Artinya ada peningkatan penghasilan satu juta
setiap bulan.
7)
Dampak Program PUAP terhadap
Pendapatan Anggota Kelompoktani
Dampak program PUAP terhadap
Pendapatan anggota Kelompoktani dapat dilihat beberapa faktor antara lain :
a)
Meningkatnya pendapatan anggota GAPOKTAN
b) Meningkatnya
daya beli anggota GAPOKTAN
c) Berkurangnya
jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
d) Meningkatnya
kegiatan dalam berusaha
e) Bertambahnya
tabungan dan saldo kas anggota GAPOKTAN
f) Meningkatnya
produksi usaha agribisnis
g) Kemampuan
dalam mengelola bantuan modal.
h) Adanya
Peningkatan Keuntungan dalam berusaha agribisnis
i) Kelancaran
pengembalian pinjaman
Berikut
hasil penilaian Responden Terhadap Pendapatan anggota kelompoktani setelah
adanya program PUAP, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasi
Penilaian Responden Terhadap Peningkatan
Pendapatan Petani
Pertanyaan
|
Katagori Penilaian
|
Jawaban Responden
(orang)
|
Presentase (%)
|
1
|
Sangat meningkat
|
|
0
|
Meningkat
|
9
|
100
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
2
|
Sangat meningkat
|
1
|
11,11
|
Meningkat
|
7
|
77,78
|
|
Kurang meningkat
|
1
|
11,11
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
3
|
Sangat meningkat
|
2
|
22,22
|
Meningkat
|
7
|
77,78
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
4
|
Sangat meningkat
|
1
|
11,11
|
Meningkat
|
8
|
88,89
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
5
|
Sangat meningkat
|
|
0
|
Meningkat
|
8
|
88,89
|
|
Kurang meningkat
|
1
|
11,11
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
6
|
Sangat meningkat
|
|
0
|
Meningkat
|
9
|
100
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
7
|
Sangat meningkat
|
|
0
|
Meningkat
|
9
|
100
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
8
|
Sangat meningkat
|
|
0
|
Meningkat
|
9
|
100
|
|
Kurang meningkat
|
|
0
|
|
Tidak meningkat
|
|
0
|
|
9
|
Sangat lancar
|
|
0
|
lancar
|
1
|
11,11
|
|
Kurang lancar
|
8
|
88,89
|
|
Tidak lancar
|
|
0
|
Berdasarkan data
diatas bahwa, hasil pemilaian responden terhadap peningkatan pendapatan rata-rata
91,7 % menjawab meningkat, hanya pertanyaan no.9 tentang kelancaran
pengembalian pinjaman hanya 11,11 % menjawab lancar dan 88,89 % menjawab kurang
lancar.
Hasil penilaian
responden terhadap tolak ukur peningkatan pendapatan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4. Hasil perhitungan Skor
Penilaian terhadap Peningkatan Pendapatan
No.
|
Tolak Ukur Peningkatan
|
Total Skor Peningkatan
|
Skor Maksimum
|
Presentase (%)
|
1.
|
Peningkatan
Pendapatan
|
27
|
36
|
75
|
2.
|
Peningkatan Daya beli
|
28
|
36
|
77,78
|
3.
|
Jumlah Petani miskin
|
29
|
36
|
80,56
|
4.
|
Peningkatan dalam usaha
|
28
|
36
|
77,78
|
5.
|
Bertambahnya tabungan
|
27
|
36
|
75
|
6.
|
Peningkatan produksi
|
27
|
36
|
75
|
7.
|
Kemampuan pengelolaan
|
27
|
36
|
75
|
8.
|
Peningkatan keuntungan
|
27
|
36
|
75
|
9.
|
Pengembalian
pinjaman
|
21
|
36
|
58,33
|
Jumlah
|
241
|
324
|
|
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan
bahwa, hasil perhitungan semua skor tolok ukur diperoleh skor sebesar 241 dari
skor maksimum sebesar 324. Angka ini menunjukan bahwa adanya peningkatan
pendapatan setelah adanya program PUAP. Penilaian adanya peningkatan pendapatan
didasarkan atas selang kriteria yang telah dibahas pada Bab IV, dimana kategori
meningkat berada pada selang skor antara 203 – 263.
8) Implikasi
dari Evaluasi
Tujuan dari program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran
melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan
sesuai dengan potensi wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis,
Pengurus GAPOKTAN,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani.Memberdayakan
kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha
agribisnis.Terakhir dapat meningkatkan pendapatan dan kesejateraan petani yang
ada di pedesaan.
2.
Merencanakan
dan Melaksanakan Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis
a.
Merencanakan
Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA)
Sebelum
pelaksanaan kegiatan JKA dan agar kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai
petunjuk maka perlu adanya perencanaan terlebih dahulu sehingga kegiatan JKA
dapat tercapai sesuai tujuan. Perencanaan telah penulis susun dalam bentuk
proposal, Untuk lebih jelas mengenai perencanaan kegiatan jasa konsultasi
agribisnis dapat dilihat pada Lampiran
b.
Melaksanakan
Kegiatan Jasa Konsultasi Agribisnis (JKA)
Untuk meningkatkan kemampuan “pengusaha-pengusaha pertanian”
kita, diperlukan suatu kerjasama antara pemerintah, swasta/pengusaha, dan
perguruan tinggi/lembaga pendidikan/penyuluhan/pelatihan dalam bentuk
“pelayanan langsung” kepada para pengusaha/calon pengusaha pertanian/ Petani/Poktan/Gapoktan, sehingga meraka dapat memperoleh
informasi, keterampilan, dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan
usaha pertanian yang akan dijalankannya.
Bentuk
“pelayanan langsung” berupa informasi, keterampilan, dan pengetahuan diwujudkan
dalam suatu wadah khusus, agar dapat lebih dinamis, fleksibel dan cepat dalam
memberikan pelayanan kepada pengusaha/calon pengusaha
pertanian/Petani/Poktan/Gapoktan.
Wadah
khusus ini merupakan pelayanan bagi pengusaha/calon pengusaha
pertanian/Petani/Poktan/Gapoktan, sehingga setelah mereka mengikuti dan
mengalami ”pelayanan langsung” tersebut mereka akan mampu menjalankan bisnisnya
dengan sukses. Wadah khusus tersebut selanjutnya diberi nama Jasa Konsultasi
Agribisnis (JKA).
Tahapan pelaksanaan kegiatan Jasa
Konsultasi Agribisnis meliputi :
c.
Sosialisasi
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan
kepada petani/kelompoktani, pelaku usaha dan masyarakat tani yang ada di
wilayah kerja BP3K Cermin Nan Gedang, kegiatan ini dimaksudkan agar petani dan
pelaku usaha agribisnis mengetahui adanya pelayanan jasa konsultasi agribisnis.
d.
Identifikasi
Kebutuhan Sasaran
Kegiatan
identifikasi dilaksanakan untuk menentukan materi dan nara sumber yangn
dibutuhkan pelaku usaha agribisnis.
e.
Penetapan
Materi dan Lokasi JKA
Berdasarkan hasil identifiasi dilapangan dan Rekomendasi
dari BP3K Cermin Nan Gedang bahwa terdapat usaha agribisnis rintisan baru yaitu
: a) usaha pembibitan karet b) usaha buah naga. Untuk lokasi kegiatan jasa
konsultasi agribisnis bertempat di BP3K Cermin Nan Gedang dan di tempat pelaku
usaha agribisnis. Berikut daftar jenis usaha, materi, nara sumber dan tempat
konsultasi agribisnis seperti terlihat pada Tabel 24
Tabel 24. Daftar Jenis Usaha, Materi,
Lokasi JKA dan Konsultan
No.
|
Jenis
Usaha
|
Materi
|
Lokasi/
Pelaku
Usaha
|
Konsultan
|
1.
|
Usaha
Pembelian Hasil Karet
|
-
Teknik
dan tempat pengumpulan Karet yang baik
-
Pembiayaan
melalui pinjaman PUAP
|
- Bapak M.Baki Desa Tambang Tinggi
- BP3K Cermin Nan Gedang /Bpk.Ilyas,SP,.M
si
|
- Mashud
- Harta
|
f.
Teknis
Pelaksanaan JKA
Teknis pelaksanaan kegiatan jasa konsultasi agribisnis
yaitu memberikan pelayanan langsung kepada pelaku usaha/klien dalam bentuk
konsultasi sesuai permasalahan dan kebutuhan pelaku usaha agribisnis. kegiataan
konsultasi bertempat di BP3K Jayakrta, lahan usaha maupun di rumah pelaku
usaha..
g.
Proses
Analisis dan Konsultasi
Untuk memberikan konsultasi yang sistematis pada
pelanggan/pengguna jasa, maka dipandang perlu untuk melakukan analisis pada
beberapa aspek sebagai berikut :
1)
Unit ini berlaku untuk merancang jasa konsultasi
agribisnis, melakukan pendampingan jasa konsultasi yang digunakan dalam
melaksanakan jasa konsultasi agribisnis.
2)
Pelayanan konsultasi teknologi agribisnis meliputi aspek
kesesuaian lingkungan internal dan eksternal stratejik sasaran usaha yang
komersial.
3)
Pelayanan konsultasi agribisnis meningkatkan produktivitas usaha.
4) Pelayanan
konsultasi mengacu Good Agricultural Practice, Good
Farming Practices, dan Good Manufacturing Practices.
5)
Rekomendasi teknis mencakup teknologi agribisinis
6)
Rekayasa sosial mencakup metodologi penyuluhan.
7)
Pembiayaan
usaha.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
:
1. GAPOKTANHarapan
Baruyang ada di Desa Tambang Tinggi mempunyai karakteristik sebagai lembaga
sosial ekonimi pedesaan yang memiliki jenis usaha agribisnis dan kepengurusan
(adanya ketua, sektertaris, bendahara, dan seksi-seksi). GAPOKTAN ini terdiri
dari 5 kelompoktani yaitu : Kelmpoktani Pulau Betung, Tunas muda,Pulau
Gedang,Mangkua Baru dan Tembang Tinggi
2. Berdasarkan
hasil evaluasi dampak program PUAP diGAPOKTANHarapan
Baru Desa Tambang Tinggi dengan menggunakan uji rentang skala, bahwa ada
peningkatan pendapatan setelah adanya program PUAP.
3. Sesuai
dengan data peningkatan produksi padi sebelum dan sesudah program PUAP, sebelum
PUAP produksi Padi rata-rata 4500 kg GKG/ha, dan sesudah PUAP produksi padi
mencapai 5500kg GKG/ha, artinya ada peningkatan produksi padi 1000 kg GKG/ha.
B. Saran
:
1. Kepada
GAPOKTAN Harapan Baru diharapkan lebih kreatif dan fofesional serta mempunyai
kemampuan untuk mengelola dana bantuan PUAP agar dapat dimanfaatkan oleh
seluruh anggota kelompoktani.
2. Kepada
dinas terkait domohon adanya pembinaan-pembinaan kepada GAPOKTAN Harapan Baru agar
bantuan yang diberikan pemerintah dapat berdayaguna dan berhasilguna.
3. Kepada
anggota kelompoktani yang meminjam dana bantuan PUAP dapat mengembalikan dengan
tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad dkk, http://pengertiandefinisi-arti.blogspot.com/2012/03/pengertian-definisi
agribisnis. .html, diakses tanggal 25 Maret 2013.
Departemen Pertanian. 1995. Jenis dan Tujuan Evaluasi Penyuluhan
Pertanian. Jakarta : Departemen
Pertanian.
Effendy L, 2011, Evaluasi Penyuluhan, Diktat Mata Kuliah Pilihan I, Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Bogor.
Kementan, 2009, Evaluasi Penyuluhan Pertanian, Modul Pendidikan dan Pelatihan
Fungsional Penyuluh Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
Kadarsan, 1992, http://pengertiandefinisi-arti.blogspot.com/2012/03/pengertian-definisi
agribisnis. .html, diakses tanggal 25 Maret 2013.
Kusnadi, 2013, Evaluasi Dampak Penyuluhan, materi perkuliahan masalah khusus, STPP
Bogor
Mardikanto, T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press,
Surakarta.
Mosher, 1068, http://pengertiandefinisi-arti.blogspot.com/2012/03/pengertian-definisi
agribisnis. .html, diakses tanggal 25 Maret 2013.
Padmowiharjo, S. 2002. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Prasko, http://zona-prasko.blogspot.com/2012/10/pengertian-konsultasi-dan-proses.html diakses tanggal 25 Maret
2013.
Suriatna,
Sumardi. 1987. Metode Penyuluhan
Pertanian. Jakarta : PT. Mediyatama Sarana Perkasa.
Thomas Soedarsono, et. al. 2005. Programa & Evaluasi Penyuluhan Pertanian.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Van den Ban, A. W. dan
Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar